Jadi Menlu yang Sibuk Tugas Negara, Retno Marsudi Bagi Tips Mengatur Waktu Antara Bekerja & Keluarga

Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Lestari Priansari Marsudi membeberkan cara membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.

TRIBUN/DANY PERMANA
Menteri Luar Negeri Retno Priansari Masudi di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (26/10/2014). 

Pada 1997, Retno Marsudi menjabat sebagai sekretaris satu bidang ekonomi di Kedutaan Besar Indonesia di Belanda.

Di sana, Retno Marsudi menjabat hingga 2001.

Selanjutnya, Retno Marsudi dipercaya menjadi Direktur Eropa dan Amerika.

Pada 2003, Retno Marsudi mendapatkan promosi menjadi Direktur Eropa Barat.

Selang dua tahun kemudian, Retno Marsudi menjadi Dubes RI di Norwegia dan Islandia.

Selanjutnya, Retno Marsudi dipercaya menjadi Direktur Jenderal Amerika dan Eropa.

Bagi Retno Marsudi, dunia diplomasi sangatlah menarik dan dinamis.

Dijatuhi Teguran Tertulis pada Sidang Bawaslu, Adelia Pasha Mengaku Tidak akan Banding

Banyak penghargaan yang telah diterima oleh Retno Marsudi, di antaranya adalah penghargaan tertinggi warga sipil dari Pemerintah Peru.

Penghargaan tersebut diberikan saat pertemuan bilateral dengan Menlu Peru, Néstor Francisco Popolizio Bardales, di Torre Tagle (23/05/2018).

Dikutip TribunPalu.com dari Tribunnews.com, Retno Marsudi menerima penghargaan El Sol del Peru atau The Sun of Peru, dengan peringkat Grand Cross dari Pemerintah Peru.

Pemerintah Peru mengganjar penghargaan kepada Retno Marsudi atas upayanya memajukan hubungan dan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Peru.

Saat menjabat Dirjen Amerika dan Eropa, Retno Marsudi diketahui mengambil langkah untuk meningkatkan kerja sama bilateral Indonesia-Peru, termasuk membentuk mekanisme dialog bilateral kedua negara.

Retno Marsudi juga menerima anugerah sebagai agen perubahan dari UN Women and Global Partnership Forum dfi markas PBB, New York, Amerika Serikat.

Dikutip TribunPalu.com dari tayangan acara Kompas Siang yang diunggah di kanal Youtube KOMPASTV pada 21 September 2017, penghargaan ini menjadi pengakuan terobosan Indonesia terkait penanganan berbagai isu global melalui diplomasi kemanusiaan dan perdamaian.

Tidak hanya soal terobosan diplomasi, anugerah ini juga mengapresiasi upaya Indonesia memajukan pembangunan berkelanjutan.

Salah satu yang juga menjadi sorotan, tentu saja peran Indonesia dalam diplomasi damai terkait konflik Rohingya di Myanmar.

(TribunPalu.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved