Palu Hari Ini

Hampir Setahun Pascabencana, Pedagang Ambal dan Jepa Mulai Berjualan di Pesisir Pantai Teluk Palu

Hampir setahun berlalu pascagempa dan tsunami, pedagang ambal atau jepa khas pesisir Pantai Teluk Palu, kembali berjualan, Sabtu (10/8/2019) sore.

Penulis: Haqir Muhakir |
TRIBUNPALU.COM/Muhakir Tamrin
Pascabencana gempa bumi dan tsunami tahun lalu, pedagang ambal atau jepa khas pesisir Pantai Teluk Palu sudah kembali berjualan, Sabtu (10/8/2019) sore. 

TRIBUNPALU.COM, PALU -- Hampir setahun berlalu pascagempa dan tsunami, pedagang ambal atau jepa khas pesisir Pantai Teluk Palu, kembali berjualan, Sabtu (10/8/2019) sore.

Ambal yang juga dikenal dengan sebutan jepa merupakan jajanan tradisional dengan bahan baku sagu dan kelapa.

Beberapa bulan sebelum bencana alam yang terjadi pada 28 September 2018, jajanan khas Sulawesi Tengah ini bisa dijumpai hampir sepanjang lokasi wisata Pantai Teluk Palu.

Yakni, mulai dari Pantai Taman Ria di Kelurahan Lere, sampai Pantai Talise di Kelurahan Talise.

Pascabencana gempa bumi dan tsunami tahun lalu, pedagang ambal atau jepa khas pesisir Pantai Teluk Palu sudah kembali berjualan, Sabtu (10/8/2019) sore.
Pascabencana gempa bumi dan tsunami tahun lalu, pedagang ambal atau jepa khas pesisir Pantai Teluk Palu sudah kembali berjualan, Sabtu (10/8/2019) sore. (TRIBUNPALU.COM/Muhakir Tamrin)
Pascabencana gempa bumi dan tsunami tahun lalu, pedagang ambal atau jepa khas pesisir Pantai Teluk Palu sudah kembali berjualan, Sabtu (10/8/2019) sore.
Pascabencana gempa bumi dan tsunami tahun lalu, pedagang ambal atau jepa khas pesisir Pantai Teluk Palu sudah kembali berjualan, Sabtu (10/8/2019) sore. (TRIBUNPALU.COM/Muhakir Tamrin)

Namun sejak terjadi gempa dan tsunami di pantai itu, puluhan pedagang ambal atau jepa yang sebagian besar berasal dari Kota Donggala itu, tidak berjualan.

Munira, pedagang ambal atau jepa asal Desa Kolakola, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala mengatakan, dirinya bersama dua orang teman kembali berjualan sejak dua bulan terakhir.

Mereka berjualan setiap hari, dan harus pulang balik dari Kota Palu menuju Desa Kolakola.

Lokasi mereka berjualan tepat di bibir pantai eks Anjungan Nusantara, atau di simpang empat Tugu Patung Kuda.

"Kita buka dari hari jam 4 sore sampai jam 9 malam," kata Munira.

Bantu Metabolisme, Ini 5 Kebiasaan Sebelum Tidur yang Dapat Turunkan Berat Badan

Menteri Perhubungan RI: Terminal Tipe A Induk Mamboro Akan Dilengkapi Feeder

Menteri Perhubungan RI Janjikan Rehab Terminal Induk Mamboro Mulai Akhir Tahun 2019

Menikah Pada 17 Agustus 2019, Roger Danuarta dan Cut Meyriska Dapat Kejutan Bridal Shower

Pendapatan pedagang ambal atau jepa cukup menjanjikan, dalam sehari Munira bisa mendapatkan total penjualan sampai Rp300 ribu.

"Dari situ, sudah ada modal beli bahan dan ongkos pulang balik ke desa," tambah Munira.

Ambal yang juga dikenal dengan sebutan jepa dimasak menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu atau sabut kelapa.

Bahan utamanya adalah sagu dan kelapa, ditambah beberapa jenis topping atau tambahan di bagian atas.

Biasanya topping ambal atau jepa ada dua macam, yakni gula merah dan sambal ikan como-como.

Cara memasaknya, sagu dipanggang dalam dua buah dange atau sejenis dandangean yang berbentuk piringan bulat dan terbuat dari tanah liat.

Sumber: Tribun Palu
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved