Nelayan Hilang Saat Melaut di Perairan Tojo Una-una Ditemukan Tewas, Jenazah Terapung di Desa Tete

Seorang nelayan bernama Ahmad Tampe (42) di Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah ditemukan tewas.

Humas Polres Touna
Nelayan yang hilang saat melaut di perairan Tojo Una-una ditemukan tewas, Kamis (19/9/2019). 

TRIBUNPALU.COM, PALU - Seorang nelayan di Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah ditemukan tewas.

Pria yang diketahui bernama Ahmad Tampe alias Eko (42) itu ialah warga Kelurahan Uentanaga Atas, Kecamatan Ratolindo.

Informasi yang dihimpun Tribunpalu.com, korban tenggelam saat melaut di perairan Buka-buka, Kabupaten Tojo Una-Una.

Korban ditemukan terapung di bibir pantai Desa Tete B, Kecamatan Ampana Tete.

Jenazah nelayan pertama kali ditemukan oleh nelayan setempat bernama Samsu M. Taher (45).

Nelayan di Tojo Una-una ditemukan tewas, Kamis (19/9/2019).
Nelayan di Tojo Una-una ditemukan tewas, Kamis (19/9/2019). (Humas Polres Touna)

"Korban ditemukan Kamis (19/9/2019), sekitar pukul 06.00 WITA dalam keadaan terapung," kata Kapolres AKBP Boyke Karel Wattimena, saat dikonfirmasi melalui sanbungan telepon, Jumat (20/9/2019).

Boyke mengatakan, pihaknya kemudian melakukan identifikasi jenazah dan memeriksa sejumlah saksi, keluarga, serta teman korban untuk mengumpulkan informasi.

"Dari ciri fisik dan celana yang digunakan terakhir oleh korban, memang identik dengan bapak Ahmad Tampe,” sebutnya.

Sejak kemarin, kata Boyke, pihak keluarga telah menerima jasad korban dan langsung mengebumikannya.

Sebelumnya, Ahmad Tampe dikabarkan pergi memancing dari Ampana menuju Pulau Una-una pada Jumat (13/9/2019) pekan lalu.

Negara Berencana Tarik Konsensi Lahan Perusahaan Sukanto Tanoto Sebelum Akhir Tahun 2019

Adelia Pasha Blak-blakan Ungkap Penghasilan Suami Jadi Wakil Walikota Palu, Lebih Besar dari Band?

Polres Palu Berikan Penyuluhan Bahaya Narkoba bagi Siswa-siswi SMP

Ketika itu, ia bersama dua rekannya yang bernama Usta Rahman J. Saru dan Yakob.

Namun, naas perahu mereka diterjang gelombang dan angin kencang.

Saat itu, kondisi perahu dimasuki air laut hingga mengakibatkan mesin perahu mati.

Selang dua hari, tepatnya pada Minggu (15/9 2019), pukul 15.00 WITA korban meninggalkan perahu dan berenang ke Pulau Buka-buka menggunakan jerigen ukuran 30 Liter dan dua lembar papan sebagai pelampung.

Namun, 30 menit berselang, korban tidak terlihat karena arus yang kencang.

Sumber: Tribun Palu
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved