6 Fakta dan Penjelasan Ilmiah Seputar Fenomena Langit Merah di Jambi Akibat Kabut Asap Karhutla

Kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Jambi membuat langit siang berubah warna menjadi merah.

Facebook: Qha Caslley
Kondisi Jambi berwarna merah pada Sabtu (21/9/2019) pukul 12.53 WIB. 

Jarak pandang di jalan utama dan permukiman sempat turun ke 20 meter, mengutip KompasTV.

Kabut asap disertai debu yang berterbangan membuat warga khawatir.

Kondisi kabut asap merupakan yang terparah dibanding sebelumya.

Kebakaran Hutan dan Lahan 2019, Apa Saja Komentar Para Pejabat dan Tokoh Politik?

5 Provinsi Perolehan Suara Jokowi-Maruf Bersaing Ketat dengan Prabowo-Sandi, Jakarta hingga Maluku

4. Penyebab langit merah di Jambi.

Penyebab fenomena langit merah di Jambi dijelaskan oleh Plt Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo Soetarno.

Agus mengungkapkan bahwa warna merah terjadi karena pergerakan kabut asap dari titik api atau hotspot.

"Warna merah tersebut merupakan kabut asap yang bergerak dari hotspot yang ada di provinsi bagian selatan Provinsi Riau," ujar Agus saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (21/9/2019) malam.

Menurutnya, titik api ini sudah ada sejak pertengahan Agustus 2019.

4. Dikenal sebagai Hamburan Rayleigh.

Kondisi Jambi berwarna merah pada Sabtu (21/9/2019) pukul 12.53 WIB.
Kondisi Jambi berwarna merah pada Sabtu (21/9/2019) pukul 12.53 WIB. (Facebook: Qha Caslley)

Fenomena langit merah di Jambi juga tidak disebabkan oleh tingginya suhu atau pengaruh api.

Hal ini dijelaskan oleh astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo.

Saat dikonfirmasi terpisah Kompas.com, Sabtu (21/9/2019), Marufin menjelaskan, "Ini nampaknya fenomena Hamburan Rayleigh. Hamburan Rayleigh itu hamburan elastis pada cahaya oleh partikel-partikel mikro/nano di udara yang ukurannya lebih kecil dari panjang gelombang cahaya tampak.".

Marufin mengungkapkan bahwa fenomena ini umum dijumpai.

Pasalnya, fenomena Rayleigh ini menjadi penyebab langit berwarna biru pada siang hari dan memerah kala senja atau fajar.

"Dalam kasus Jambi ini, kepadatan partikel-partikel mikro/nano di udara nampaknya cukup besar sehingga lebih padat ketimbang konsentrasi partikel pada udara normal," ujar Marufin.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved