Surat Terbuka dari Papua untuk Mendikbud Nadiem Makarim: Ibu Guru, Kami Takut Meja Patah

Seorang Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) di Kabupaten Mappi mengirim surat terbuka pada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.

KOMPAS.com/IRSUL PANCA ADITRA
Kondisi anak-anak di Kampung Kaibusene, Mappi, Papua. 

TRIBUNPALU.COM - Seorang Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) di Kabupaten Mappi mengirim surat terbuka pada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.

Guru tersebut bernama Diana Cristiana Da Costa Ati.

Diana menuliskan surat terbuka untuk Mendikbud Nadiem Makarim di Facebook pada 7 November 2019.

Hingga Senin (11/11/2019) malam, tulisan tersebut telah dibagikan 313 kali dan direspon oleh 517 akun.

Di surat tersebut, Diana menceritakan tentang kondisi pendidikan di kampung tempatnya bertugas yakni di Kaibusune, Kabupaten Mappi, Papua.

Kompas.com kemudian menghubungi Diana melalui telepon seluler untuk megklarifikasi surat tersebut.

Diana membenarkan menulis surat terbuka yang ia tulis itu untuk Menteri Nadiem.

Bertugas 2 tahun di Kabupaten Mappi



Kondisi anak-anak di Kampung Kaibusene, Mappi, Papua.
Kondisi anak-anak di Kampung Kaibusene, Mappi, Papua. (Kompas.com/IRSUL PANCA ADITRA)

Diana terpilih sebagai GPDT dalam program yang dibuat oleh Bupati Mappi terpilih, Kritosimus Yohanes Agawemu yang bekerjasama dengan Gugus Tugas Papua UGM.

Diana tiba di Tanah Cenderawasih pada 3 Oktober 2018.

Dengan menggunakan perahu ketinting, Diana bersama dua teman guru GPDT, Antonius Tampani dan Inda Rovitha Meyok menuju Kampung Kaibusene, Distrik Assue dengan menempuh perjalanan selama sembilan jam.

Perjalanan yang cukup berat karena ia dan rombongan harus melewati rumpun tebu rawa yang menghalangi perahu yang mereka gunakan.

16 November 2018, Diana tiba dan Kampung Kaibusene.

Relawan Joko Widodo Asal Papua Nekat ke Jakarta, Ingin Diangkat Jadi Staf Khusus

Gubernur Papua Lukas Enembe Apresiasi Penunjukkan Wempi Wetipo Menjadi Wamen

Di surat terbukanya, Diana bercerita bahwa sekolah tempatnya mengajar hanya memiliki tiga ruangan.

Para siswa harus berbagi ruang untuk belajar.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved