Azyumadi Azra Tanggapi Kasus Sukmawati: Orang Berbicara Itu Harus Berpikir

Cendekiawan muslim, Azyurmardi Azra menanggapi kasus yang menjerat Putri Presiden Pertama RI Ir Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri.

Editor: Imam Saputro
TRIBUNNEWS.COM/IRWAN RISMAWAN
Putri Presiden pertama RI Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri saat memberikan keterangan kepada wartawan terkait puisi Ibu Indonesia yang dibacakannya di Jakarta, Rabu (4/4/2018). Dalam keterangannya, Sukmawati memimta maaf kepada berbagai kalangan, khusunya di kalangan umat Islam terkait kontroversi puisi Ibu Indonesia. 

"Jalan yang lebih elegan adalah minta maaf, terlepas dari apakah ada hasil editan pootngan sebagainya, tapi kegaduhan sudah mulai muncul kalau tidak diatasi bisa membesar gitu," pungkasnya.

Penggalan Pernyataan Sukmawati Saat Menyinggung Soal Jasa Nabi Muhammad SAW dan Bung Karno

Berdasarkan penelusuran Tribunnews, pernyataan tersebut disampaikan dalam acara diskusi bertajuk 'Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme' pada Senin (11/11).

Dalam diskusi tersebut, Sukmawati diundang berbicara dengan empat tokoh lainnya yang berasal dari BNPT, NU hingga Polri. Adapun acara tersebut diselenggarakan dalam memperingati Hari Pahlawan 10 November 2019.

Berikut penggalan pernyataan Sukmawati:

'Di dalam perjuangan membangun bangsa dan negara bangsa Indonesia ini. Saya dari kecil umur 6 tahun, saya menjadi saksi hidup di umur 6 tahun, saya menyinggung soal terorisme. Saksi hidup mulainya adanya terorisme

Bung Karno (saat itu) diundang satu sekolah oleh perguruan Cikini untuk membuka bazar. Bazar sudah siap sedia untuk menyambut presiden datang. Presiden itu turun dari mobil, anak-anak sekolah, guru dan lain sebagainya begitu turun (ada ledakan). Mereka itu islam sempit pikiran yang hanya melihat paling mulia adalah yang mulia nabi Muhammad dan hanya boleh Alquran dan hadis. Lain pengetahuan, lain ilmu atau apa itu kafir, toghut.

Jadi mereka itu dalam tulisannya bendera atau bendara dibawah bendera revolusi. Kalau mereka itu mereka yang Islam sempit pikiran, yang kelompoknya bung Karno menyebutnya takfiri, mereka itu royal atau mengumbar-ngumbar selalu ngomongnya kafar kafir kafar kafir.

Omongan saya ini pro tulisannya menkopolhukam yang baru, pak Mahfud. Tapi sama juga omongannya kafar kafir kafar kafir. Apa-apaan sih ini. Jadi pada zaman Bung Karno, kelompok sempit pikiran itu sudah ada, sampai saya nenek-nenek masih ada.

Jadi oh ini loh yang dimaksud pemimpin saya atau bapak saya ya bung Karno, kelompok sempit pikiran yang suka royal dengan kata-kata kafar kafir kafar kafir. (Bedanya) dulu bukan bom tapi dulu granat tapi mereka modus operandinya suka sama bom.

Sukmawati Soekarnoputri Dilaporkan ke Bareskrim Polri atas Dugaan Penistaan Agama

Kalau untuk merekrut yang namanya hijrah kek atau calon radikalis, katanya infonya, itu ditanya mana lebih bagus Pancasila sama Alquran. Sekarang saya mau tanya, yang berjuang di abad 20 itu nabi yang mulia Muhammad atau insinyur Soekarno? untuk kemerdekaan Indonesia. Saya mau tanya, jangan perempuan, kan kaum radikalisme kebanyakan laki-laki ya.

Ketika itu salah mahasiswa UIN, Jakarta bernama Maulana berusaha menjawab.

"Memang benar pada saat awal abad ke-20 itu yang berjuang adalah insinyur Soekarno..," kata Maulana

Belum sempat melanjutkan, Sukmawati langsung memberhentikan pernyataan mahasiswa tersebut.

"Oke, setop. Hanya itu yang Ibu mau tanya," potongnya.

Sumber: Tribun Palu
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved