Tanggapi Ketegangan Iran-AS, SBY: Saya Berhak Cemas, Pemimpin Dunia Tak Boleh Lakukan Pembiaran

Memanasnya hubungan Iran dan Amerika Serikat (AS) memicu respons Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI
Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

TRIBUNPALU.COM - Memanasnya hubungan Iran dan Amerika Serikat (AS) memicu respons Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Dikutip Tribunnews dari laman Facebook resmi SBY, ia mengungkapkan tidak mempercayai panasnya Iran dan Amerika Serikat akan berujung pada perang besar.

"Saya pribadi termasuk orang yang tak mudah percaya, krisis di Timur Tengah saat ini bakal menjurus ke sebuah perang besar. Apalagi perang dunia," ujarnya.

Namun, SBY mengaku memiliki hak untuk cemas.

Ketegangan Iran dan AS Meningkat, FAA Larang Maskapai Terbang di Atas Wilayah Timur Tengah

Qasem Soleimani Tewas, Sutradara Michael Moore Minta Maaf kepada Iran atas Nama Bangsa Amerika

UPDATE: Pasca-Serangan Iran ke Pangkalan AS, Jumlah Korban hingga Trump yang Akan Buat Pernyataan

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memberikan paparan saat Refleksi Pergantian Tahun Partai Demokrat di Jakarta, Rabu (11/12/2019) malam.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memberikan paparan saat Refleksi Pergantian Tahun Partai Demokrat di Jakarta, Rabu (11/12/2019) malam. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

SBY menyerukan agar para pemimpin di dunia tidak melakukan pembiaran.

Para pemimpin dunia menurut SBY harus melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

"Namun, saya punya hak untuk cemas dan sekaligus menyerukan kepada para pemimpin dunia agar tidak abstain, dan tidak melakukan pembiaran," ungkap SBY.

Selain itu, SBY juga menyebut Persatuan Bangsa-Bangsa juga harus melakukan tindakan dan tidak melakukan pembiaran.

"Maksud saya, janganlah para 'world leaders' itu 'do nothing'. Mereka, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), harus 'do something'," ujarnya.

Harapan SBY

SBY berharap Amerika Serikat, Iran, maupun Irak mampu menahan diri untuk meghindari perang besar.

"Harapan saya adalah apa yang harus dilakukan oleh Amerika Serikat, Iran dan Irak dan dunia pada umumnya, agar sebuah peperangan di kawasan yang rakyatnya sudah cukup menderita itu dapat dicegah dan dihindari," ujarnya.

"Saya orang biasa dan tak punya kekuasaan yang formal. Namun, sebagai warga dunia yang mencintai perdamaian dan keadilan, secara moral saya merasa punya kewajiban untuk 'to say something'," ungkap SBY.

Qassem Soleimani.
Qassem Soleimani. (Twitter / ABACA via Daily Mirror)

Pemicu Ketegangan

Sementara itu, panasnya hubungan Iran dan Amerika Serikat mencuat seusai terbunuhnya Komandan Brigade Quds Garda Revolusi Iran, Qassem Soleimani oleh Amerika Serikat.

Soleimani tewas setelah konvoi mobil yang ditumpanginya dihantam rudal di Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020) lalu.

Amerika Serikat kemudian mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Amerika Serikat melalui Pentagon menyatakan Qassem Soleimani merencanakan serangan terhadap warga Negeri Paman Sam.

Ketegangan Iran dan AS Meningkat, Kemenlu RI Imbau WNI di Irak, Iran, dan Sekitarnya Waspada

Serangan Udara Tewaskan Jenderal Iran Qasem Soleimani, Upaya Pengalihan Isu Pemakzulan Donald Trump?

BREAKING NEWS: Pesawat Berpenumpang 180 Orang Jatuh di Dekat Bandara Internasional Iran

Sosok Qassem Soleimani
Sosok Qassem Soleimani (Kolase TribunNewsmaker - Ahad TV dan Serambinews via En.shafaqna)

Bendera Merah

Sementara itu, Iran merespons kejadian tersebut dengan mengibarkan bendera merah di atas Masjid Jamkaran, di Kota Suci Syiah Qom, Iran.

Pengibaran bendera tersebut disiarkan secara langsung atau live di stasiun-stasiun televisi.

Diketahui ini merupakan pertama kali sepanjang sejarah, bendera merah dikibarkan di atas Masjid Jamkaran.

Bendera merah telah berkibar di Iran.
Bendera merah telah berkibar di Iran. (The Sun)

Arti Pengibaran Bendera Merah

Diwartakan Kompas.com sebagaimana dikutip dari The Times of India, bendera merah Iran berarti panggilan untuk melakukan pembalasan terhadap kematian Soleimani.

Bendera merah dalam tradisi Syiah melambangkan darah yang tumpah secara tidak adil dan sebagai panggilan untuk membalas seseorang yang terbunuh.

Konon, bendera merah dikibarkan di tempat suci Imam Hussain di Karbala setelah kematiannya dalam Pertempuran Karbala (680 M).

Sejak saat itu bendera tersebut belum diturunkan sampai sekarang.

Sejalan dengan tradisi Syiah, bendera itu hanya akan diturunkan begitu kematian Imam Hussain dibalas.

Sementara saat ini, pengibaran bendera merah menggarisbawahi keseriusan seruan Iran untuk membalas kematian Soleimani.

(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P) (Kompas.com/Mela Arnani)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Iran-Amerika Memanas, SBY Ungkap Kecemasan, Serukan Pemimpin Dunia dan PBB Tak Lakukan Pembiaran

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved