Tak Hanya Amerika, Ternyata Iran Juga Dapat Keuntungan dari Meninggalnya Qassem Soleimani, Mengapa?

Pengamat politik Timur Tengah, Faizal Assegaf mengungkapkan ada beberapa hal yang menarik dari konflik antara Iran dan Amerika Serikat.

Daily Mail
Presiden AS Donald Trump dan Jenderal Iran Qassem Soleimani 

"Buat saya begini kehilangan seorang prajurit harus dibalas prajurit musuh,makin tinggi misalnya satu letnan harus sepuluh orang satu mayor 15 orang seorang jenderal harus berapa? Itu konsekuensi yang harus diperhitungkan Amerika ," pungkasnya.

Tanggapi Ketegangan Iran-AS, SBY: Saya Berhak Cemas, Pemimpin Dunia Tak Boleh Lakukan Pembiaran

UPDATE: Pasca-Serangan Iran ke Pangkalan AS, Jumlah Korban hingga Trump yang Akan Buat Pernyataan

Pakar Ungkap Serangan Iran yang dapat Membuat Amerika Kedodoran

Pakar Timur Tengah Universitas Indonesia Abdul Muta'ali memberikan tanggapan terkait aksi balas dendam Iran ke Amerika Serikat.

Seperti diketahui aksi ini merupakan dampak dari serangan rudal Amerika Serikat yang menewaskan Komandan Pasukan Quds, Qasem Soleimani dan Kepala Hashed, Abu Mahdi al-Muhandis di Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020).

Akibat hal ini Iran lantas melakukan serangan balasan ke pangkalan militer AS di Ain Al Asad Provinsi Anbar Irak menggunakan rudal jelajah.

Serangan dilakukan langsung pasukan artileri Korps Garda Republik Iran.

Namun menurut Abdul Muta'ali aksi ini bukanlah pemicu serangan balas dendam yang akan dilakukan oleh Iran.

Abdul mengatakan bahwa Iran akan membuat kalkulasi yang sangat kuat untuk melancarkan aksi balas dendamnya.

"Ini tidak serta merta dilakukan Iran sebagai pemicu serangan balas dendam yang sangat masif, Iran akan melakukan kalkulasi yang sangat kuat," ungkap Abdul Muta'ali, dilansir dari Youtube tvOneNews.

Tak hanya itu Abdul Muta'ali menyebutkan bahwa serangan rudal ini bukanlah serangan kuat yang dilakukan Iran.

Akan ada serangan yang lebih membahayakan lagi yang dapat membuat Amerika kedodoran.

Yaitu serangan cyber.

"Karena itu mungkin rudal ini hanya permukaan saja tapi yang bergerak yang paling lebih berbahaya yang paling ditakutkan adalah serangan cyber," ujarnya.

Serangan cyber ini dinilai sebagai kekuatan yang dimiliki oleh Iran.

"Karena kekuatan pasukan luar Iran itu adalah di cyber, Amerika sempat kedodoran, sehingga mesti meratifikasi penjagaan nuklirnya dengan Iran," pungkasnya.

Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump.
Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump. (Anthony Behar via time.com)

Qasem Soleimani Tewas, Sutradara Michael Moore Minta Maaf kepada Iran atas Nama Bangsa Amerika

Halaman
1234
Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved