Update Penyelamatan Buaya Berkalung Ban di Kota Palu: Pasang Umpan, Tim Penyelamat Gunakan Drone
Berikut update Upaya penyelamatan Buaya Berkalung Ban(B3) di Kota Palu terus dilakukan oleh tim gabungan.
Penulis: Imam Saputro |
Kepala Satgas Penanganan Satwa Buaya Berkalung Ban Haruna mengatakan, memang benar kedua warga negara asing itu telah bergabung dengan timnya di bawah komando Kepala BKSDA Sulawesi Tengah Hasmuni Hasmar.
Kata Haruna, kedatangan keduanya untuk membantu proses penyelamatan buaya berkalung ban di Sungai Palu.
Haruna menegaskan, tim yang memiliki izin resmi dari Direktorat KKH hanya tim yang pimpin.
Tim itu terdiri dari unsur Balai KSDA Sulawesi Tengah, BKSDA NTT, Polairud, Matt Wright dan Chris Wilson.
Terkait perkembangan yang ada saat ini tambah Haruna, Tim Satgas sedang mempersiapkan kembali peralatan serta strategi yang ada, dengan bantuan para ahli dari Australia tersebut.
"Sehingga dapat memaksimalkan waktu yang ada, untuk segera melakukan penanganan terhadap buaya berkalung ban tersebut," ujar Haruna.

Dua ahli asing tersebut telah mempersiapkan metode yang aman untuk mengevakuasi buaya berkalung ban itu.
Persiapan saat ini, tim Satgas tengah membuat perangkap untuk 'maskot Kota Palu' tersebut.
Perangkap itu dibuat dengan ukuran panjang 4 meter, lebar 1,2 meter, dan tinggi 1 meter.
Matt Wright mengatakan, trap atau perangkap ini akan dipasang di Jembatan II, Jalan Gusti Ngurah Rai, Kota Palu, Sulawesi Tengah dengan menggunakan umpan satu ekor bebek hidup.
"Saya berharap trap ini bisa berhasil berdasarkan pengalaman kami di lapangan. Sudah banyak buaya yang kami tangkap dengan menggunakan trap atau jebakan ini," kata Matt, seperti dikutip dari Kompas.com pada Selasa (11/2/2020).
Tim Satgas menyiapkan dua trap untuk menangkap dan melepaskan ban di leher buaya.
Namun, baru satu yang digunakan.
Matthew Nicolas Wright dan Chris Wilson merupakan ahli sekaligus pemerhati buaya dari Australia.
Kedatangan mereka semata-mata untuk membantu penanganan satwa buaya berkalung ban tersebut.