Miris Lihat Guru Tersangka Susur Sungai Digunduli, Sudjiwo Tedjo Sampaikan Uneg-uneg ke Kapolri

Sudjiwo Tedjo ikut menyoroti tindakan aparat kepolisian Polres Sleman yang menggunduli guru dan pembina Pramuka SMPN 1 Turi, Sleman.

Kolase TribunPalu.com
Sudjiwo Tedjo sampaikan uneg-uneg ke Kapolri Idham Azis terkait penggundulan tiga guru tersangka susur sungai SMPN 1 Turi. 

TRIBUNPALU.COM - Budayawan Sudjiwo Tedjo ikut menyoroti tindakan aparat kepolisian Polres Sleman yang menggunduli guru dan pembina Pramuka SMPN 1 Turi, Sleman, yang ditetapkan menjadi tersangka insiden susur sungai.

Tiga tersangka tersebut di antaranya, pembina Pramuka IYA (36), R (58), dan DDS (58).

IYA merupakan guru Olahraga dan R adalah guru Seni Budaya di sekolah tersebut.

Keduanya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Sementara DDS merupakan pembina Pramuka dari luar sekolah.

Gunduli 3 Tersangka Kasus Susur Sungai SMPN 1 Turi, Para Guru Geram:Koruptor Saja Masih Bisa Bergaya

Sosok-sosok Heroik di Balik Tragedi Susur Sungai, Mbah Diro hingga Kodir yang Pertaruhkan Nyawa

UPDATE Tragedi Susur Sungai SMPN 1 Turi, Tersangka Berharap Dimaafkan Hingga Akui Tak Survei Lokasi

TONTON JUGA:

Ia merupakan pekerja swasta yang memiliki sertifikat kursus mahir dasar (KMD).

Terkait penggundulan tersebut Sudjiwo Tedjo menyampaikan uneg-unegnya kepada Kapolri Jendera Pol Idham Azis.

Sudjiwo Tedjo mengaku bahwa dirinya merasa terusik dengan adanya aksi penggundulan terhadap ketiga guru tersebut.

Hal ini lantaran ketiga guru SMPN 1 Turi tersebut tidak memiliki niat jahat untuk mencelakai anak didiknya.

Oleh karena itu Sudjiwo Tedjo merasa tidak sepatutnya jika mereka mendapa tindakan penggundulan rambut.

Budayawan tersebut berpendapat bahwa seharusnya perlakuan tersebut lebih pantas diterapkan kepada sejumlah guru yang melakukan tindakan kriminal seperti pemerkosaan kepada anak didik.

Kepolisian Polres Sleman menghadirkan tiga tersangka pembina pramuka SMPN 1 Turi yang Dijadikan Tersangka Tragedi Susur Sungai Sempor
Kepolisian Polres Sleman menghadirkan tiga tersangka pembina pramuka SMPN 1 Turi yang Dijadikan Tersangka Tragedi Susur Sungai Sempor (TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI)

"Yth, Bapak Kapolri Jenderal Pol Idham Azis, dan dengan segala empati kepada murid-murid yang meninggal, luka-luka, traumatis dan lain-lain dari peristiwa susur sungai, beserta keluarganya, izinkan saya jujur bahwa agak terusik melihat guru-guru tersangka itu digunduli."

"Digunduli dan diarak seperti pesakitan tertentu.
Saya tak pernah terdidik sedikit pun ilmu kepolisian, sehingga bisa saja pendapat yang ini keliru: Rasanya, tidak mungkin guru-guru tersangka itu punya niat jahat sejak awal, berbeda dengan, misalnya, guru yang memerkosa muridnya," tulis Sudjiwo Tedjo di akun Twitter.

"Pada kasus perkosaan guru ke murid, patut diduga ada awal niat jahat.
Tapi, rasanya, yg terjadi pada kasus susur sungai ini bukan adanya niat jahat sejak awal dari para guru tersangka. Barangkali yang ada adalah kelalaian. Patutkah mereka diperlakukan seperti pesakitan tertentu?" papar Sudjiwo Tedjo.

Sudjiwo Tedjo juga mengatakan bahwa di dunia tidak ada bekas guru.

Dari tangan seorang guru maka munculah orang-orang yang bisa sukses seperti Presiden Joko Widodo.

"Apalagi yg diperlakukan spt pesakitan tertentu itu guru. Krn tidak ada bekas guru, sebagaimana tidak ada bekas orangtua dan bekas anak. Sekali pernah menjadi guru, setidaknya bagi saya, selamanya dia guru saya. Mereka berasal dari dharma yg dari dharma itulah muncul Pak Jokowi."

"Dari tangan para guru muncul Pak Jokowi sampai para pemimpin di tingkat RT, termasuk Jenderal Idham Azis sendiri dan para orangtua murid yang kini sedang menyandang prihatin," ungkapnya.

Dengan adanya kejadian seperti ini, Sudjiwo Tedjo khawatir nantinya akan guru yang merasa takut membuat kreasi-kreasi dalam mendidik para muridnya.

Menahan Tangis, Pembina SMPN 1 Turi Minta Maaf & Akui Lalai hingga 10 Siswa Tewas Susur Sungai

Pakai Baju Tahanan, 3 Tersangka Sampaikan Permintaan Maaf dan Ungkap Alasan Gelar Susur Sungai

"Kita akan membayar mahal sekali untuk masa depan, bila setelah penggundulan dan arak-arakan bagai pesakitan tertentu ini para guru lain jadi takut membuat kreasi-kreasi dalam mendidik para muridnya. Padahal kreasi-kreasi itu dibutuhkan agar peserta didik menjadi tegar," sambungnya.

Di akhir pernyataannya Sudjiwo Tedjo berharap nantinya aparat kepolisian lebih bijaksana dalam memberikan hukuman .

"Artinya, setiap upaya dari para guru untuk berkreasi membuat peserta didik tegar, harus dihargai. Bila ternyata lalai. Hukum kelalaiannya. Tapi martabatnya sebagai guru tetap harus dijunjung tinggi, kecuali kalau perbuatan mereka dilandasi oleh niat jahat sejak awal," tuturnya.

"Demikian uneg2 saya Pak Kapolri Jenderal Pol Idham Azis. Mohon maaf atas kesalahan, karena, itu tadi, saya tidak pernah dididik dalam ilmu kepolisian, sehingga bisa saja polisi atas pemeriksaan patut menduga sudah ada niat jahat para tersangka sejak awal," pungkasnya.

Alasan Penggundulan Terhadap Guru Tersangka Susur Sungai SMPN 1 Turi

 Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) DIY bersama Dinas Pendidikan Sleman, menemui tiga tersangka peristiwa susur Sungai Sempor, Rabu (26/2/2020).

Selain untuk melihat kondisi ketiga tersangka, PGRI juga ingin mengkonfirmasi mengenai alasan polisi menggunduli kepala ketiganya.

Pihak yang hadir mengunjungi ketiga tersangka di Mapolres Sleman yaitu Andar Rujito Kepala Biro Advokasi Perlindungan Hukum dan Penegakan Kode Etik PGRI DIY, Sukirno Ketua Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum PGRI DIY , Arif Haryono Plt Kepala Dinas Pendidikan Sleman, dan Penjabat Sekda Sleman Hardo Kiswoyo.

Keempat orang ini lantas berbincang cukup lama dengan IYA, R, dan DDS di Aula Mapolres Sleman.

Keempatnya berbincang mengenai kondisi para tersangka selama ditahan dan termasuk kepala yang gundul.

Telah Resmi Ditahan Polisi, Berikut Identitas Tiga Tersangka Tragedi Susur Sungai SMPN 1 Turi

Polda DIY Tetapkan 2 Tersangka Baru Tragedi Susur Sungai, Hanya Tunggu di Sekolah & Lokasi Finish

"Kami minta diluruskan bahwa kami itu baik-baik saja. Tolong nanti supaya di luar diluruskan," ujar IYA saat pertemuan di Aula Mapolres Sleman, Rabu.

IYA menuturkan, dia, R, dan DDS menjalani proses hukum dengan baik, sesuai koridor hukum.

Selama ditahan di Mapolres Sleman, ketiganya diperlakukan dengan baik.

"Kami diperlakukan secara baik, tidak diintimidasi, tidak diperlakukan semena-mena," tegasnya.

Usai mendengar penjelasan itu, Arif bertanya mengenai kepala ketiganya yang gundul.

"Digundul ini permintaan kami. Yang jelas untuk faktor keamanan," ucap IYA.

IYA menjelaskan, dirinya, R dan DDS meminta gundul agar sama dengan teman-teman ditahanan Mapolres Sleman. Sebab yang ditahanan juga berkepala gundul.

Ketiganya juga mengenakan baju oranye agar sama dengan tahanan lain.

Sehingga tidak ada perbedaan satu sama lain di dalam tahanan. Sebab semua sama di mata hukum.

"Kalau sama dengan teman-teman di dalam kan saya tenang ketika di sini. Saya tidak masalah gundul, biar sama dengan lainya yang di dalam," tegasnya.

Kisah Suraji, Kehilangan Putri Semata Wayangnya yang Jadi Siswa SMPN 1 Turi Korban Susur Sungai

Tim SAR Gabungan melakukan pencarian korban yang hilang saat susur sungai di Sungai Sempor, Sleman, Yogyakarta, Jumat (21/2/2020)
Tim SAR Gabungan melakukan pencarian korban yang hilang saat susur sungai di Sungai Sempor, Sleman, Yogyakarta, Jumat (21/2/2020) (KOMPAS.com/WIJAYA KUSUMA)

IYA menegaskan, proses hukum harus dijalankan. IYA bersama R dan DDS memang harus mempertanggungjawabkan atas apa yang terjadi.

"Ini kan risiko kami, memang harus dipertanggungjawabkan. Pertama kami harus mempertanggungjawabkan kepala Allah, yang kedua keluarga korban, yang ketiga mempertanggungjawabkan pada hukum," tandasnya.

Pada kesempatan ini, IYA dihubungkan melalui telepon dengan Ketua Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum (LKBH) PB PGRI Ahmad Wahyudi.

Kepada Ahmad, IYA menceritakan hal yang sama mengenai kondisinya dan mengenai kepalanya yang gundul.

Di akhir pertemuan, IYA mengucapkan terima kasih atas dukungan para guru.

"Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan teman-teman guru. Yang jelas mohon dukunganya secara koridor hukum, jadi bisa melalui satu pintu," ungkapnya.

Usai pertemuan, Arif telah mendengar sendiri bahwa ketiganya tidak dalam tekanan.

"Saya sudah mendengar sendiri bahwa mereka mengikuti proses hukum ini dan tidak ada tekanan. Mereka sehat, baik, dan tidak ada satu permasalahan," tuturnya.

Terkait dengan kepala gundul, merupakan permintaan dari ketiganya. Supaya sama tahanan lain.

Kepala Biro Advokasi Perlindungan Hukum dan Penegakan Kode Etik PGRI DIY Andar Rujito mengajak semua guru agar bangga dengan ketiga tersangka.

"Saya mengajak guru se Indonesia banggalah kepada teman-teman kita yang hari ini menjalani proses hukum. Bukan bangga atas peristiwanya, tetapi bagimana mereka siap bertanggungjawab atas perbuatanya," ujarnya.

"Merasakan sama di depan hukum. Kalau tahanan lain digundul, tidak pakai sandal dan pakaiannya seperti itu, maka mereka ingin dipersamakan. Guru tidak harus diistimewakan, itu yang mereka sampaikan," imbuhnya.

Ia menyebut banyak orang yang tidak tahu kondisi ketiganya selama ditahan.

Tetapi setelah bertemu, kondisi mereka baik-baik saja.

"Dengan media sosial kemarin karena tidak tahu persis kita menjadi prihatin bersama, pasti kita bergejolak, semua guru pada menangis. Tetapi hari ini saya mendengar langsung bahwa mereka sangat memahami dan menerima apa yang diperlakukan dan harus diperlakukan dalam proses hukum," ujar dia.

(TribunPalu.com/Kompas.com)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved