Virus Corona
25 Ilmuwan WHO Dikirim ke China untuk Lakukan Penelitian Virus Corona, Ini Temuan Mereka
25 ilmuwan WHO menggambarkan sejumlah temuan mengenai bagaimana penyebaran dan siapa saja yang paling mudah terjangkit virus corona.
TRIBUNPALU.COM - Merebaknya wabah virus corona jenis baru COVID-19 membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melakukan langkah cepat.
Belum lama ini, WHO mengirim 25 ilmuwan ke China untuk melakukan penelitian terhadap virus corona jenis baru.
Hasil penelitian mereka pun sudah dilaporkan.
Dalam laporan penelitian tersebut, para ilmuwan menggambarkan sejumlah temuan mengenai bagaimana penyebaran penyakit dan siapa saja yang paling mudah terjangkit.
Berikut TribunPalu.com telah merangkum temuan penelitian 25 ilmuwan di China mengenai virus corona jenis baru dari laman Business Insider.
1. Median umur
Per akhir Februari 2020, median umur orang-orang yang terjangkit virus corona COVID-19 di China adalah 51 tahun.
Mayoritas penderita, sekitar 78 persen, merupakan orang-orang yang berusia antara 30 hingga 69 tahun.
2. Kelelawar diduga kuat sebagai sumber virus corona.
Kelelawar diduga kuat sebagai sumber virus corona, tetapi masih belum dipastikan jenis mana yang menjadi inang perantara yang menularkan virus corona ke manusia.
• Kisah Susanto dan Anaknya, Penyintas Kanker yang Berjalan dari Desa ke Desa demi Mencari Masker
• Harga Masker Melonjak Drastis, Anies Baswedan: Alhamdulillah Punya Daya Beli, Tapi Ini Tidak Sehat
3. Cara penyebaran virus corona.
Virus corona jenis baru COVID-19 ditularkan lewat kontak dekat yang tak terlindungi (close unprotected contact).
Laporan penelitian ini menyebutkan, penularan lewat udara tidak diyakini sebagai faktor pendorong utama dari penyebaran virus corona.
4. Menyebar di lingkungan keluarga.
Penularan antar manusia di China, sebagian besar terjadi di lingkungan keluarga.
Sekitar 78 hingga 85 persen cluster virus corona berada di lingkungan keluarga.
5. Tak ada kekebalan (imunitas).
Virus corona saat ini merupakan patogen yang baru teridentifikasi.
Saat ini, belum ada imunitas pada tubuh manusia yang diketahui dapat melawan virus tersebut.
"Diyakini, setiap orang rentan terjangkit, meskipun kemungkinan ada faktor-faktor risiko yang meningkatkan kerentanan terhadap infeksi," demikian yang disebutkan dalam laporan WHO.
• Siswi SMP Bunuh Bocah Perempuan Berusia 6 Tahun: Terinspirasi dari Film, Serahkan Diri ke Polisi
• Adik Ipar BCL Ungkap Momen Terakhirnya Bersama Ashraf Sinclair: 10 Hari Sebelum Ia Pergi
6. Anak-anak dan virus corona jenis baru.
Laporan WHO ini menyebutkan, orang-orang yang berusia di bawah 18 tahun memiliki angka keterjangkitan yang relatif rendah.
Laporan tersebut menemukan, tak ada kasus positif virus corona pada anak-anak di Wuhan pada bulan November dan Desember 2019 maupun dua minggu pertama Januari 2020.
Dalam laporan tersebut, orang-orang yang diwawancarai oleh para peneliti disebut tidak bisa mengingat contoh kasus anak-anak menularkan virus ke orang dewasa.
7. Jenis gejala.
Gejala infeksi virus corona COVID-19 bervariasi, mulai dari tak ada gejala apa pun hingga pneumonia parah dan kematian.
Rata-rata, gangguan pernafasan ringan dan demam bermula lima hingga enam hari setelah infeksi.
Dalam lebih dari 55.000 kasus yang diteliti, gejala virus corona COVID-19 meliputi:
- Demam (87,9 persen)
- Batuk kering (67,7 persen)
- Kelelahan (38,1 persen)
- Produksi dahak, liur, dan mukus dari sistem pernafasan (33,4 persen)
- Nafas pendek-pendek (18,6 persen)
- Sakit tenggorokan (13,9 persen)
- Sakit kepala(13,6 persen)
- Menggigil (11,4 persen)
8. Tingkat keparahan.
Sekitar 80 persen dari pasien yang terkonfirmasi positif virus corona memiliki tingkat keparahan menengah.
13,8 persen penderita mengalami kasus yang parah dan 6,1 persen kondisinya kritis, dengan disertai kegagalan pernafasan dan organ.
• Gelaran Formula E di DKI Jakarta Terancam Dibatalkan akibat Virus Corona
• Juru Bicara Penanganan COVID-19: Kondisi 4 Pasien Positif Corona Membaik
9. Orang-orang dengan risiko tertinggi.
Usia dan kondisi/riwayat kesehatan yang dimiliki dapat mempengaruhi tingkat keparahan orang yang terinfeksi virus corona COVID-19.
Orang-orang dengan usia lebih dari 60 tahun dan orang-orang yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, seperti hipertensi, diabetes, penyakit kardiovaskular, penyakit pernafasan kronis, dan kanker memiliki risiko paling tinggi mengalami sakit yang fatal akibat COVID-19.
Pada anak-anak, sakit yang dialami terlihat relatif jarang dan ringan.
Hanya 2,5 persen kasus virus corona jenis baru pada anak-anak disebut parah.
Sementara, hanya 0,2 persen yang kritis.

Menyebar Lewat Droplet, Berapa Lama Virus Corona Bisa Bertahan Hidup di Permukaan Benda?
Hasil penelitian memastikan bahwa virus corona menyebar lewat droplet pernapasan (percikan kecil air liur) yang melayang ke udara ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin.
Droplet itu bisa mengenai orang yang berada di dekat orang yang terinfeksi corona, atau jatuh ke permukaan benda-benda di sekitarnya.
Lantas, berapa lama virus itu akan hidup di permukaan benda? Susah untuk memastikannya.
Namun demikian, menurut salah satu penelitian, virus bisa bertahan beberapa jam hingga sembilan hari pada suhu yang hangat.
Penelitian lain juga menyebutkan, Covid-19 kemungkinan bisa menyebar melalui feses, seperti halnya penyakit tifus.
• Pemkot Depok Disebut Pernah Diminta Rahasiakan Temuan Virus Corona, Fadli Zon: Ini Skandal Besar
• Pemerintah RI Tambah Rumah Sakit Rujukan Virus Corona Jadi 137, Terus Lakukan Upaya Tracking
• Wanita di AS Tunjukkan Eksperimen Kuman dengan Roti, Lihat Dampaknya Jika Tak Cuci Tangan
Ini berarti, jika seseorang yang terinfeksi virus ini tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, tangannya yang kotor itu akan membuat virusnya tertinggal di pegangan pintu, tombol lift, ataupun pegangan di kendaraan umum.
Itu sebabnya, sangat penting bagi kita untuk selalu menjaga kebersihan tangan dengan mencucinya di bawah air mengalir menggunakan sabun.
Permukaan benda-benda di tempat umum memang menjadi salah satu titik berkumpulnya bakteri dan kuman.
Studi tahun 2018 menemukan, bakteri penyebab penyakit dari usus manusia dan feses bisa ditemukan di hampir semua permukaan yang sering disentuh orang di tempat umum.
Hampir semua produk tisu yang mengandung disinfektan mengklaim bisa membunuh 99,9 persen kuman, dan di dunia yang sempurna hal itu benar.
“Covid-19 adalah virus yang mengandung lemak (lipid), yang berarti bisa dengan mudah dibunuh dengan penyeka mengandung disinfektan,” kata Dr Charles Gerba, profesor mikrobiologi dan imunologi dari Universitas Arizona.
Namun, menurut Gerba, kita tidak hidup di dunia yang sempurna.
• Simak Cara Meningkatkan Sistem Imun dan Mencuci Tangan yang Benar Menurut WHO Cegah Virus Corona
Kebanyakan orang tidak menggunakan penyeka tersebut dengan benar sehingga tidak efektif.
Sebagai contoh, sebuah penelitian menunjukkan, walau tisu mengandung disinfektan bisa menghapus bakteri dari permukaan, tetapi patogen itu masih bertahan dalam tisunya.
Jika tisu itu dipakai ulang, bakterinya akan berpindah ke lokasi baru.
Untuk mencegahnya, segera buang tisu setelah dipakai.
Selain memperhatikan kebersihan permukaan benda, cara paling efektif menghindari paparan kuman adalah dengan tidak sering-sering menyentuh wajah.
Rata-rata orang menyentuh wajahnya 23 kali dalam satu jam.
“Jangan malas mencuci tangan secara benar, semua permukaan dan sela jari harus digosok dengan sabun. Jangan lupa juga untuk mengeringkannya karena virus bisa bertahan di tangan yang basah,” kata Dr Robert Amler, mantan pimpinan di CDC Amerika.
(TribunPalu.com/Rizki A.) (Kompas.com: "Berapa Lama Virus Corona Bisa Hidup di Permukaan Benda?")