Virus Corona

Dokter Tirta Tanggapi Penolakan Tenaga Medis dan Jenazah Covid-19: Yang Harus Diedukasi itu Society

Dokter sekaligus influencer, Tirta Mandira Hudhi, pun kembali menyuarakan pendapatnya terkait adanya stigma dalam masyarakat yang menyikapi Covid-19.

Instagram/dr.tirta
Tirta Mandiri Hudhi atau Dokter Tirta. Dokter sekaligus influencer, Tirta Mandira Hudhi, pun kembali menyuarakan pendapatnya terkait adanya stigma dalam masyarakat yang menyikapi virus corona Covid-19. 

TRIBUNPALU.COM - Merebaknya wabah virus corona Covid-19 disertai munculnya masalah baru.

Yakni, stigma negatif di tengah masyarakat.

Di tengah pandemi, stigma negatif harus dialami oleh tak hanya tenaga medis, tetapi juga mereka yang berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien dalam Pengawasan.

Mengutip sebuah artikel di laman Kompas.com, para dokter dan perawat mendapat stigma negatif karena merawat pasien virus corona Covid-19.

Sebab, para tenaga medis dikhawatirkan dapat menjadi sumber penularan virus yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China tersebut.

Menurut cuitan jurnalis Kompas TV Sofie Syarief yang diberitakan dalam artikel tersebut, ada sejumlah hal yang dialami oleh tenaga medis akibat stigma negatif dari masyarakat.

Seperti pengusiran oleh tetangga karena dianggap pembawa virus.

Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Daeng M Faqih membenarkan informasi adanya dokter yang mendapat stigma negatif karena merawat pasien virus corona Covid-19.

"Iya saya dapat laporan seperti itu (tenaga medis mendapat stigma negatif dari masyarakat), rupanya masyarakat takut petugas kesehatan tertular," kata Daeng saat dihubungi Kompas.com, Selasa (24/3/2020).

Pasien Covid-19 Semakin Bertambah, Ketua IDI: Kebutuhan APD untuk Tenaga Medis Masih Sangat Banyak

Dokter di Italia Meninggal Akibat Corona, Sempat Beri Pesan Terakhir Ini untuk Tim Medis

Sementara itu, stigma juga dialami oleh seorang ODP di Surakarta, Jawa Tengah.

Dilansir Sosok.Grid.ID, seorang perempuan berstatus orang dalam pemantauan (ODP) dijadikan bahan guyonan saat mengunjungi toko ponsel di Pasar Singosaren, Solo.

"Wah, iki kowe jelas-jelas positif (ini kamu jelas-jelas positif)." kata perekam, disusul suara tawa, menganggapnya hanya guyonan.

Ketua Paguyuban Pelaku Bisnis Pasar Singosaren Solo Puguh Ratyanto membenarkan adanya video yang dimaksud.

"Video itu dibikin (buat) bercandaan, 'wah iki kowe jelas-jelas positif (ini kamu jelas-jelas positif)'. Padahal bukan positif, maksudnya dia bercanda," kata Puguh.

Lebih lanjut, Puguh menerangkan bahwa wanita itu menjalani karantina mandiri di rumah.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved