Tangani Covid-19, Pemerintah Diminta Alokasikan Anggaran Infrastruktur untuk APD Tenaga Medis

Pemerintah diminta merealokasikan semua dana pengembangan infrastruktur 2020 termasuk dana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru.

Instagram Pramono Anung
Untuk mengantisipasi penyebaran virus corona (Covid-19) yang semakin meluas, Presiden Joko Widodo melakukan rapat terbatas bersama sejumlah menteri secara online. 

TRIBUNPALU.COM -  Pemerintah diminta merealokasikan semua dana pengembangan infrastruktur 2020 termasuk dana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru untuk dipakai membeli Alat Pelindung Diri (APD) tenaga medis guna menghadapi wabah corona atau covid-19.

Sekjen Gerakan Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS), Hardjuno Wiwoho mengatakan  APD tenaga medis dalam mengatasi penyebaran covid-19 ini sangat minim. 

Padahal, mereka ‘panglima perang’ dalam upaya memutus mata rantai penyebaran virus yang mematikan ini.

“Sampai saat ini, saya mendapatkan banyak keluhan dari para dokter tentang minimnya dukungan APD. Untuk itu, saya harapkan pemerintah harus realistis melihat kondisi bangsa saat ini," ujar Hardjuno di Jakarta, Rabu (1/4/2020).

Jika Alami Gejala Ringan Virus Corona, Baiknya Isolasi Sendiri di Rumah dan Selalu Pantau Gejala

Ustaz Abdul Somad & AA Gym Kompak Ajak Masyarakat Ikuti Fatwa MUI untuk Salat di Rumah Selama Corona

Menurut dia, kalau memang dana membeli APD ini tidak cukup maka hentikan proyek-proyek infrastruktur, termasuk proyek ambisius Ibu Kota Negara Baru.

"Nah, dana-dana ini dialihkan untuk pengendalian Covid-19 termasuk membeli APD untuk tenaga medis,” tegas Hardjuno.

Menurutnya, peranan tenaga medis sangat besar sebab mereka garda terdepan dalam memerangi covid-19 ini.

Karenanya, kata dia, kebutuhan APD bagi tenaga medis ini sangat mendesak dan tidak bisa ditawarkan.

Apalagi, persebaran Covid-19 ini makin meluas, bukan hanya di Jakarta tapi seluruh Indonesia.

“Saya pastikan, petugas medis kedodoran tanpa dukungan APD ditengah lonjakan pasien Covid-19 ini,” jelasnya.

Bahkan saat ini, sudah banyak tenaga medis, termasuk dokter bertumbangan karena terinfeksi Covid-19 ni.

“Sudah banyak kasus pasien virus corona meninggal dunia karena rumah sakit rujukan tak mampu lagi menampung tingginya pasien,” tuturnya.

Tukang Gas Disemprot Disinfektan 32 Kali dan Ingin Resign: Bukan Virusnya, Tapi Saya yang Mati Pak

Pelaksanaan Haji Tahun 2020 Masih Belum Pasti, Ini Penjelasan Pemerintah Arab Saudi

Efek lanjutanya ujar Hardjuno, banyak pasien dan calon pasien non Covid-19 yang terbengkalai dan akhirnya meninggal dunia, karena tenaga medis di rumah sakit energinya terkuras untuk menghandle pasien Covid-19.

“ Jika tenaga medis tertular karena minimnya APD, maka risikonya sangat besar sekali. Bisa menularkan ke pasien lain, ke keluarganya dan tidak bisa menolong pasien. Dan akhirnya korban pasien Covid-19 makin tak terbendung serta makin eskalatif,” tugasnya.

Meskipun agak terlambat, Hardjuno mendukung langkah pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Sekjen Gerakan Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS), Hardjuno Wiwoho saat menerima audensi dengan beberapa Tenaga Medis di Jakarta, Rabu (1/4/2020)
Sekjen Gerakan Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS), Hardjuno Wiwoho saat menerima audensi dengan beberapa Tenaga Medis di Jakarta, Rabu (1/4/2020) (Istimewa via Tribunnews.com)

Penggunaan Masker Non-Medis saat Pandemi Virus Corona, Apa Kata Ahli Kesehatan Dunia?

Kekhawatiran Fairuz A Rafiq saat Tahu Sang Kakak Praktik di RS Rujukan Virus Corona Covid-19

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved