Terjadi Vandalisme di Tembok Besar Pasca Dibuka Kembali, Cina Berlakukan 'Blacklist' untuk Wisatawan
Tembok Besar Cina akhirnya resmi dibuka kembali untuk umum setelah sempat ditutup akibat mewabahnya virus corona.
TRIBUNPALU.COM - Tembok Besar Cina akhirnya resmi dibuka kembali untuk umum setelah sempat ditutup akibat mewabahnya virus corona.
Tepatnya pada 24 Maret 2020 lalu, pemerintah setempat secara resmi membuka destinasi wisata tersebut.
Bagian yang diperbolehkan untuk dikunjungi turis untuk saat ini ialah Tembok Besar Badaling.
Objek wisata itu sendiri akhirnya diputuskan untuk kembali dibuka bagi publik setelah situasi di Cina berangsur pulih.
• Kasus Virus Corona di Cina Alami Penurunan, Tembok Besar Cina kembali Dibuka untuk Wisatawan
Seperti yang diketahui, Cina menjadi negara di mana kasus virus corona pertama kali ditemukan.
Namun, dalam beberapa waktu belakangan otoritas setempat melaporkan penurunan angka kasus di sana.
Untuk itulah sejumlah kebijakan dalam rangka mencegah peneybaran virus mulai dilonggarkan bahkan dicabut.
Satu di antaranya ialah dengan membuka kembali salah satu bagian dari Tembok Besar Cina.
Sayangnya, kabar baik ini tidak sepenuhnya disikapi dengan baik oleh sejumlah pengunjung.

Tepat di hari pertama pembukaan kembali area tersebut, seorang pengunjung tertangkap kamera tengah melakukan aksi vandalisme atau perusakan.
Turis yang tidak disebutkan identitasnya itu terlihat melakukan vandalisme menggunakan kunci.
Berita mengenai aksi tidak terpuji itu pun langsung menjadi viral di lini media sosial Cina hingga digaungkan tagar yang berbunyi 'Tembok Besar dirusak pada hari pertama dibuka kembali.'
• Menanti 10 Tahun, Dua Panda di Hong Kong akhirnya Kawin saat Kebun Binatang Sepi akibat Virus Corona
Pihak pengelola terapkan kebijakan baru untuk tangani aksi vandalisme
Menanggapi hal itu, pihak pengelola Tembok Besar pun segera menerapkan aturan baru untuk menangani vandalisme.
Dilansir dari CNN, kebijakan tersebut mulai diberlakukan sejak 6 April 2020 lalu.