Jenazah Perawat Ditolak Warga, Suami Ungkap Kondisi Anak-anaknya: Tentu Trauma, Mereka Masih Kecil

Joko Wibowo menceritakan kondisi anaknya setelah melihat kejadian jenazah sang ibu mendapat penolakan dari warga.

Youtube channel Najwa Shihab
Joko Wibowo cerita pada Najwa Shihab soal kondisi anaknya saat melihat jenazah sang ibu mendapatkan penolakan dari warga. 

TRIBUNPALU.COM - Seorang perawat di bagian geriatri RSUP dr Kariadi Semarang, Nuria Kurniasih (38), meninggal akibat terinfeksi virus corona pada Kamis (9/4/2020).

Semula, jenazah sang perawat akan dimakamkan di wilayah tempat tinggalnya, yakni Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sewakul, Ungaran Barat.

Namun, tiba-tiba warga Sewakul menolak kedatangan jenazah tersebut.

Kejadian penolakan jenazah Nuria pun membuat pihak keluarga merasa sangat terpukul.

Bahkan anak-anak dari almarhumah mengalami stres dan trauma akibat tragedi yang menimpa jenazah ibunya.

Hal ini diungkapkan suami almarhumah, Joko Wibowo, kepada Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa, Rabu (15/4/2020).

"Ya awalnya tentu stres, trauma melihat ibunya seperti itu, sudah merawat pasien sampai dia mengorbankan diri meninggal," ujar Joko Wibowo.

Sebagai orangtua, Joko Wibowo mencoba memberikan pengertian kepada anak-anaknya.

Respons Kasus Penolakan Pemakaman Perawat di Semarang, Polri Siapkan Sanksi Berat bagi Pelanggar

Penolakan Jenazah Perawat Covid-19, IDI: Kami Mengecam Keras dan Tindakan Tersebut tidak Pantas

FOTO HANYALAH ILUSTRASI. Foto-Prosesi pemakaman jenazah PDP virus corona di TPU Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Senin (6/4/2020) sekira pukul 17.00.
FOTO HANYALAH ILUSTRASI. Foto-Prosesi pemakaman jenazah PDP virus corona di TPU Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Senin (6/4/2020) sekira pukul 17.00. (Istimewa via TribunJateng.com)

"Tentu saat pertama trauma, tapi saya sebagai orangtua tetap harus mengedukasi sehingga bisa menerima bahwa manusia itu hanyalah sekedar hidup di dunia ini," kata Joko.

"Tuhan yang menentukan, akhirnya anak-anak bisa menerima itu mbak Najwa," paparnya.

Melihat kejadian ini, Joko Wibowo berharap nantinya tidak akan terulang lagi tragedi-tragedi serupa.

"Mudah mudahan ini terakhir yang terjadi pada istri saya, karena memang rasanya pahit, rasanya getir melihat itu," ucapnya.

Lantas, dia berharap anak-anaknya juga tidak dikucilkan di lingkungannya.

Joko Wibowo khawatir jika ketiga anaknya akan mendapatkan pandangan negatif dari orang lain.

"Kedua, saya berharap di kemudian hari anak anak kami tidak diisolasikan oleh penduduk lagi, anak anak ini masih kecil nanti ketika dia masuk sekolah jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan," kata Joko Wibowo.

"Mudah-mudahan anak saya dapat melanjutkan pendidikan yang lebih baik tanpa ibu di sampingnya," pungkasnya.

Kronologi Penolakan Jenazah Perawat di Ungaran

Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Semarang, Alexander Gunawan menjelaskan kronologi terjadinya penolakan terhadap jenazah perawat di Ungaran tersebut.

"Tiba-tiba ada penolakan dari warga."

"Padahal awalnya dari RT setempat tidak ada masalah," jelasnya, seperti yang dikutip dari TribunJateng.com.

Di kawasan TPU tersebut, menurut Alex, sebenarnya liang lahat untuk pemakaman perawat ini juga telah dipersiapkan.

"Tapi ada sekelompok orang yang tiba-tiba menolak di situ," ungkapnya.

Alex mengungkapkan, setelah adanya penolakan tersebut, pemakaman jenazah dipindahkan.

"Jadi kami menyampaikan, untuk update terakhir pemakaman dipindahkan," katanya.

Dikutip dari Kompas.com, Sekretaris Daerah Kabupaten Semarang, Gunawan Wibisono mengatakan, karena ada penolakan tersebut, akhirnya tempat pemakaman dipindah.

Polda Jateng Resmi Tangkap Ketua RT yang Tolak Pemakaman Perawat di Semarang

Begini Nasib Ketua RT yang Tolak Pemakaman Jenazah Perawat di Ungaran, Akun Medsos Dibanjiri Bullyan

"Oleh keluarga kemudian dimakamkan di Bergota makam keluarga RS Kariadi Semarang."

"Karena almarhumah bertugas di sana," jelas Gunawan saat dihubungi.

Gunawan mengungkapan turut prihatin dengan adanya penolakan tersebut.

"Sebenarnya secara medis proses pemulasaran dan pemakaman jenazah sudah aman karena dilakukan oleh petugas khusus, jadi masyarakat tidak perlu khawatir yang berlebihan," ungkapnya.

Pemkab Semarang, lanjutnya, segera penyediaan makam umum yang dikelola oleh pemerintah melalui DPU.

Menurutnya, Pemkab Semarang sebelumnya telah menyiapkan lahan untuk makam yang berada di kantor DPRD Kabupaten Semarang.

"Untuk makam yang berada di belakang kantor DPRD sebenarnya itu untuk darurat sementara."

"Kami ingin menyiapkan yang lebih luas sekitar 3000 meter persegi," jelas Gunawan.

IDI Kecam Keras Tindakan Penolakan Jenazah Perawat Covid-19

Organisasi profesi yang terlibat dalam penatalaksanaan pasien dalam kondisi wabah covid-19 mengecam keras peristiwa ini.

Hal tersebut tertuang dalam pernyataan sikap bersama yang dikeluarkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), bersama lima organisasi lainnya.

Di antaranya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), serta Ikatan Ahli Masyarakat Indonesia (IAKMI).

“Kami mengecam keras atas respon penolakan dari oknum masyarakat di lokasi pemakaman, tindakan tersebut sangat tidak pantas dilakukan kepada seorang tenaga kesehatan yang telah berjibaku mempertaruhkan nyawa dengan segala resiko demi kemanusiaan,” demikian tertulis pada poin pertama dalam surat pernyataan IDI.

IDI dan lima organisasi tersebut menegaskan jenazah perawat di RSUP Semarang itu dipastikan telah dilakukan perawatan dan pemulasaran jenazah sesuai protokol yang ditentukan.

“Jadi tidak beralasan untuk menolak dan memberikan stigma negatif yang berlebihan kepada almarhumah sejawat kami yang telah gugur sebagai pahlawan kemanusiaan,” ujar pernyataan tersebut.

Dalam pernyataan bersama tersebut juga tertulis, para petugas medis memastikan seluruh masyarakat telah diberikan layananan kesehatan berdasarkan kode etik, sumpah profesi, dan standar profesi.

“Tertanam sejak menjadi seorang tenaga kesehatan dengan semangat nasionalisme yang tinggi, tulus, ikhlas, mengutamakan kepentingan pasien diatas kepentingan pribadi,” katanya.

IDI dan lima organisasi profesi juga mendesak pemerintah dan aparat penegak hukum memberikan perlindungan, keselamatan dan dukungan moral yang sesuai dengan harkat martabat manusia pada seluruh petugas medis.

Mereka juga meminta aparat untuk menindak tegas oknum warga yang melakukan penolakan kepada jenazah tenaga kesehatan yang gugur saat menjalankan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah NKRI.

Hal itu untuk menghindari kejadian serupa terulang kembali.

(TribunPalu.com)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved