Anies Sebut Pemprov DKI Jamin Pendidikan Anak Tenaga Medis yang Gugur karena Corona hingga Kuliah
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan memberi santunan kematian atas meninggalnya tenaga medis yang menangani pasien virus corona di Jakarta.
TRIBUNPALU.COM - Tim medis saat ini menjadi garda terdepan dalam melawan pandemi virus corona atau Covid-19.
Mereka rela mengerahkan semua tenaga bahkan hingga nyawa demi menyembuhkan pasien covid-19.
Banyak tim medis yang telah gugur dalam melawan Covid-19.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan memberi santunan kematian atas meninggalnya tenaga medis yang menangani pasien virus corona di Jakarta.
Hal itu disampaikan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan di akun Instagram resminya @aniesbaswedan, Minggu (10/5/2020).
Selain santunan kematian, Pemprov DKI Jakarta juga akan menjamin seluruh biaya pendidikan putra-putri tenaga kesehatan yang gugur tersebut hingga jenjang kuliah.
• Soal Penanganan Covid-19, Media Australia Sebut Sikap Anies Baswedan Serupa Gubernur New York
• DPRD DKI Sebut Menkeu Sri Mulyani Pojokkan Gubernur Jakarta Anies Baswedan
• Pemprov DKI Disebut Tak Punya Anggaran Bansos, Anies: Kami Sediakan Anggaran Rp 5,032 Triliun
Unggahan Anies ini menindaklanjuti pernyataannya di acara Mata Najwa, Rabu (6/5/2020).
Saat itu, Anies disambungkan dengan suami tenaga medis yang meninggal setelah merawat pasien virus corona.
"Rabu lalu dipertemukan dengan Pak Syahrul Rahmadi di @MataNajwa, beliau suami dari almarhumah Ninuk Dwi, perawat RSCM, tenaga medis pertama di Indonesia yg gugur dalam tugas melawan COVID-19," ungkapnya.
Saat itu, Syahrul bercerita bahwa keluarganya belum mengetahui hasil tes swab sejak bulan Maret.
Sehingga ia dan anak-anaknya masih berstatus orang dalam pemantauan (ODP).
"Pak Syahrul bercerita mengenai kesulitan yang ia dan keluarga hadapi pasca meninggalnya sang istri.
Delapan orang keluarganya menjadi ODP dan diambil tes swab bulan Maret, namun hingga sekarang lebih dari 40 hari kemudian ia belum mengetahui hasilnya," jelasnya.

Menurut Anies, keluarga dari korban virus corona, tak boleh terdampak seperti yang dialami oleh Syahrul.
"Akibat ketidakpastian ini ia tidak bisa bekerja, dan seluruh anggota keluarganya masih dalam isolasi mandiri.
Ini tidak bisa dibiarkan, keluarga tenaga kesehatan yang ditinggalkan tidak boleh terbebani lagi oleh hal-hal semacam ini," terang Anies.