Kerumunan di Bandara dan Masyarakat Buka Peti Jenazah Positif Covid-19 Jadi Sorotan Media Asing
Sejumlah insiden yang meningkatkan risiko penularan virus corona Covid-19 di Indonesia menjadi sorotan media asing.
"Saya secara pribadi menyaksikan bagaimana orang-orang masih berkeliling tanpa mengenakan masker, dan karena ini adalah Bulan Suci Ramadhan, orang-orang memadati warung makan (untuk berbuka puasa) di jalan tanpa benar-benar memperhatikan peraturan," tambahnya.
• Peringati Hari Kebangkitan Nasional, Jusuf Kalla Ajak Masyarakat Berjuang Lawan Covid-19
• Banyak Kerumunan di Bandara Soetta dan McD, Sudjiwo Tedjo yang Sudah Dua Bulan di Rumah Merasa Gidik

Bahkan beberapa ahli percaya pandemi mungkin akan memburuk karena orang-orang akan keluar rumah saat Idul Fitri.
Menurut pemerintah, setidaknya ada 19,5 juta penduduk yang mudik selama periode tahun lalu.
Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, menegaskan memang sulit menghentikan orang berlalu-lalang saat Idul Fitri.
Sebab trandisi ini sudah sangat mendarah daging bagi umat Muslim di tanah air.
"Kecuali para ulama minggu ini dapat membujuk orang untuk tidak bertemu keluarga dan teman-teman mereka, dan alih-alih menggunakan telepon, media sosial, Zoom atau Skype," jelas Pandu.
Pandu memperkirakan Indonesia mungkin mengalami lonjakan infeksi setelah Idul Fitri, antara akhir Mei hingga awal Juni.
Tim Pandu di UI juga memperkirakan ada lebih dari 140.000 korban jiwa dan 1,5 juta kasus dari seluruh negeri pada Mei ini.
Kecuali bila pemerintah mau mengambil sikap lebih keras pada kebijakan yang sudah ada.
Bagaimanapun juga, Pandu tidak berharap perkiraan ini akan terjadi di tanah air.
Kekacauan dalam penanganan corona di Indonesia menurut kritikus diperburuk dengan pesan yang saling silang antar pemerintah terkait mudik.
Presiden Jokowi pada 21 April lalu melarang mudik.
Setelah itu, pada 24 April kementerian transportasi menghentikan semua penerbangan penumpang antar kota hingga 1 Juni.
Namun, gugus tugas Covid-19 melonggarkan pembatasan perjalanan udara pada 6 Mei untuk kelompok-kelompok tertentu, termasuk pejabat negara, pekerja penting, pasien darurat, orang yang membutuhkan repatriasi, dan anggota keluarga orang yang meninggal.
Alhasil kerumunan tidak terbendung terjadi di Bandara Soekarno-Hatta.