Istilah ''New Normal'' Disebut-sebut akan Membuat Buruh dan Rakyat Kecil Bingung

Said Iqbal menyarankan pemerintah tidak menggunakan istilah “new normal”, tetapi tetap menggunakan istilah physical distancing yang terukur.

TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal. 

TRIBUNPALU.COM - Istilah new normal atau kenormalan baru yang sedang dipersiapkan pemerintah dinilai dapat membingungkan para buruh dan masyarakat kecil.

Hal ini disampaikan oleh Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal.

Said Iqbal juga menyarankan pemerintah tidak menggunakan istilah “new normal”, tetapi tetap menggunakan istilah physical distancing yang terukur.

Misalnya, untuk kalangan buruh yang bekerja di perusahaan diliburkan bergilir, untuk mengurangi keramaian di tempat kerja.

"Dengan jumlah orang keluar rumah untuk bekerja berkurang, maka physical distancing lebih mudah dijalankan. Inilah yang terukur. Sehingga disamping panyebaran pandemic corona bisa ditekan, ekonomi bisa tetap bergerak dan tumbuh,” ujar Said Iqbal, Jumat (29/5/2020).

Dia menilai istilah new normal bisa membingungkan para buruh dan masyarakat kecil di Indonesia.

Sebab jika diberi sedikit kelonggaran, yang terjadi di masyarakat justru akan semakin banyak yang dikerjakan.

Akhirnya hal ini justru kembali meningkatkan jumlah masyarakat yang postitif terpapar Covid-19.

Dia mengungkapkan kebijakan new normal tidak tepat.

Joko Widodo Tak Ingin 245 Proyek Nasional Mangkrak di Tengah Pandemi Covid-19

Petugas Laboratorium ITD UNAIR Terpapar Covid-19, Dokter Jelaskan Kondisi Terkininya

Isi Surat Terbuka Ruslan Buton, Minta Presiden Jokowi Mundur saat Pandemi dan Berkaca pada Soeharto

Di Rumah Saja selama Pandemi Covid-19 dan Tidak Pakai KB, Angka Kehamilan di Jawa Timur Melonjak

Setidaknya ada lima fakta berikut yang menjadi alasan.

Fakta pertama, jumlah orang yang positif corona masih terus meningkat.

Bahkan pertambahan orang yang positif, setiap hari jumlahnya masih mencapai ratusan.

Fakta kedua, sejumlah buruh yang tetap bekerja akhirnya positif terpapar corona.

Fakta ketiga, saat ini sudah banyak pabrik yang merumahkan dan melakukan PHK akibat bahan baku material impor makin menipis dan bahkan tidak ada.

Seperti yang terjadi di industri tekstil, bahan baku kapas makin menipis.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved