New Normal Dunia Pendidikan, Dokter Anak Tak Setuju Sekolah Dibuka Kembali, Apa Alasannya?
Ada 14 anak yang meninggal dunia dari total sekitar 500 anak yang positif terjangkit virus corona Covid-19.
TRIBUNPALU.COM - Menjelang bermulanya era new normal atau tatanan kehidupan baru, pemerintah berencana membuka kembali sekolah.
Namun, rencana pembukaan kembali sekolah dan diadakannya kegiatan belajar mengajar di kelas menuai sejumlah kritikan.
Seperti yang diketahui, tahun ajaran baru rencananya akan dimulai kembali pada 13 Juli 2020 nanti.
Dari sisi tenaga medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan agar sekolah baru dibuka pada bulan Desember 2020 mendatang.

• Ibadah Haji 2020 Dibatalkan, Ini Penjelasan Menteri Agama Soal Nasib Uang Jamaah yang Sudah Disetor
• Seputar Pamitnya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kepada Warga Surabaya
• Cuitan Bambang Widjojanto: Penangkapan Eks Sekretaris MA Nurhadi Dipimpin oleh Novel Baswedan
Anjuran tersebut merujuk dari angka pasien Covid-19 anak-anak yang meninggal.
Dikutip dari acara iNews Siang, Senin (1/6/2020), awalnya Dokter Spesialis Anak Yeni Rachmania menyinggung soal anjuran dari IDAI.
Anjuran tersebut menyarankan agar kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk ditunda terlebih dahulu.
Alasan penundaan dibukanya sekolah melihat tren kasus Covid-19 yang masih bertambah.
"Kenapa? Karena dari yang kita tahu angka kejadiannya masih meningkat, yang sakit Covid masih bertambah terus," terangnya.
Kemudian alasan selanjutnya adalah angka kematian anak karena Covid-19 di Indonesia disebut cukup tinggi.
"Kemudian data terakhir angka kematian pada anak yang dikumpulkan dari seluruh dokter anak di Indonesia itu ternyata cukup tinggi," terang dr. Yeni.
"14 anak meninggal dari sekitar 500 anak yang terjangkit Covid yang positif."
Berdasarkan dua alasan tersebut IDAI mengambil langkah untuk menganjurkan penundaan dibukanya sekolah.
"Jadi dari apa yang dinilai oleh IDAI, kami menilai bahwa belum bisa anak-anak masuk sekolah seperti biasa," papar dr. Yeni.
Solusi sementara yang dianjurkan oleh IDAI adalah kembali melanjutkan kegiatan belajar mengajar melalui media daring atau online.
"Dan anjurannya adalah tetap melanjutkan skema pembelajaran seperti tiga bulan terkahir, yaitu melalui jarak jauh," tuturnya.
Sembari menunggu kondisi membaik, dr. Yeni mengatakan harus ada perhatian terhadap cara sekolah menangani pasien Covid-19.
"Jadi apakah nanti harus ada kewajiban sekolah menyediakan misalnya alat kebersihan untuk cuci tangan, seberapa banyak di tiap kelas atau tiap sekolah," ujar dr. Yeni.
IDAI menyarankan kegiatan belajar mengajar langsung bertatap muka di sekolah untuk dibuka pada bulan Desember mendatang.
"Tapi tentunya akan dievaluasi terus, untuk saat ini anjuran dari IDAI memang menunda proses belajar yang seperti biasa dilakukan, sampai dengan bulan Desember 2020," tandasnya.
Simak videonya mulai menit ke-4.30:
• Pendaftaran UTBK-SBMPTN 2020 Dibuka Selasa, 2 Juni 2020 Hari Ini, Simak Alur dan Persyaratannya
• Total Kekayaan Nurhadi Eks Sekretaris MA yang Diciduk KPK setelah Sempat Buron, Jumlah Capai Rp33 M
• Pandemi COVID-19 Belum Berakhir, WHO Laporkan Adanya Wabah Ebola Baru di Kongo
Tegal Tak Ingin Gegabah Buka Sekolah
Kota Tegal kini telah memasuki era new normal dimana masyarakat sudah mulai diperbolehkan beraktivitas seperti biasa dengan tetap mengindahkan protokol kesehatan Covid-19.
New normal di Tegal telah berjalan sejak Sabtu (30/5/2020) lalu, yang nantinya akan dilaksanakan hingga Selasa (30/6/2020).
Meskipun sudah masuk ke new normal, Wakil Wali Kota Tegal Muhammad Jumadi enggan gegabah membuka kembali kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Dikutip dari acara SAPA INDONESIA PAGI, Senin (1/5/2020), Jumadi mengatakan sektor pendidikan perlu perhatian khusus sebelum bisa dibuka kembali.
"Saya melihatnya pendidikan ini perlu treatment (penanganan) khusus," kata dia.
"Ini perlu bicara dengan kementerian," tambahnya.

Jumadi menjelaskan bahwa kegiatan belajar mengajar memang harus terus dilanjutkan baik melalui media online atau melalui tatap muka.
"Kita cepat atau lambat memang harus dibuka pendidikan," ucapnya.
Terkait kegiatan belajar mengajar online atau daring, Jumadi menyinggung masih belum adanya panduan yang jelas.
Anak-anak Pasti Bermain, Berinteraksi
Jumadi mengatakan standar prosedur operasi pelaksanaan pendidikan di new normal akan dibuat dengan hati-hati.
"Khusus untuk pendidikan kita bikin SOP khusus agar kita lebih hati-hati," kata dia.
"Anak-anak ini masa depan bangsa, untuk itu kita enggak mau gambling (bertaruh/ambil risiko -red)."
"Pemerintah Kota Tegal akan mencoba membikin SOP yang sangat-sangat detil," sambungnya.
Terkait solusi pasti di sektor pendidikan, Jumadi mengatakan pihaknya telah berkomunikasi dengan para tenaga pendidik dan nantinya juga akan berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat.
"Ini harus dijadikan solusi yang komprehensif," tegas Jumadi.
Apabila kegiatan belajar mengajar tetap dilakukan secara daring, ia meminta kejelasan panduan kegiatan belajar secara daring.
"Kalau kita mau online, online-nya yang seperti apa," ucapnya.
Ia mengatakan apabila ada penanganan khusus maka akan lebih mudah diterapkan ke golongan remaja yang telah duduk di bangku SMA dibandingkan anak-anak kecil.
"Menurut saya mungkin yang paling tepat adalah, oke yang masih SMA mungkin masih bisa di-treatment (ditangani -red) ulang," ujar Jumadi.
"Tapi anak-anak kecil saya kira ini harus diperhatikan, TK, SD, SMP itu pasti dia akan bermain, berinteraksi, ini harus lebih hati-hati."
"Kalau tidak, bisa berbahaya," tandasnya.
• Panduan Kementerian Agama Terkait Kegiatan di Rumah Ibadah selama New Normal Pandemi Covid-19
• New Normal di Tengah Pandemi? Berikut Panduan New Normal di Tempat Kerja Sesuai Protokol Kemenkes
• Tatanan New Normal Dilaksanakan Secara Bertahap, Ini Penjelasan Achmad Yurianto
Berdasarkan laporan wartawan Kompas di Tegal, ditemukan banyak warga yang tidak mengindahkan protokol kesehatan pada hari pertama berjalannya new normal.
Pada Sabtu (30/5/2020) malam nampak masyarakat mengerumuni Alun-alun Kota Tegal.
Beberapa di antara mereka nampak tidak menggunakan masker dan tidak menjaga jarak satu sama lain.
Simak videonya mulai menit ke-3.30:
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Tak Setuju Sekolah Buka saat New Normal, Dokter Anak: 14 Anak Meninggal dari Sekitar 500 Jiwa