Kesalahan Penanganan Covid-19, Pakar Epidemiologi: Harusnya Kesehatan yang Terpenting, Bukan Ekonomi

Pemerintah seharusnya terlebih dahulu memikirkan soal kesehatan masyarakat, bukan justru mementingkan urusan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.

YouTube KOMPASTV
Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono 

TRIBUNPALU.COM - Pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono mengkritik kebijakan pemerintah menangani pandemi virus corona Covid-19.

Bahkan, tak ragu-ragu Pandu menegur seorang Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP), Dany Amrul Ichdan.

Diberitakan sebelumnya, pemerintah telah bersiap membuka mal serta sejumlah tempat ibadah meski kasus virus corona terus mengalami kenaikan.

Terkait hal itu, Pandu Riono lantas mengungkap kesalahan pemerintah sejak awal menangani virus corona.



Peta persebaran Virus Corona di Jawa Timur per Jumat (5/6/2020).
Peta persebaran Virus Corona di Jawa Timur per Jumat (5/6/2020). (laman Covid-19 Jawa Timur/infocovid19.jatimprov.go.id)

Hal itu disampaikannya melalui kanal YouTube Apa Kabar Indonesia tvOne, Minggu (7/6/2020).

"Saya mau koreksi Pak Dani itu, jangan menggunakan produk tidak aman, aman dan produkif. Aman dulu baru produktif," kata Pandu.

Jokowi Teken PP No. 25 Tahun 2020 tentang Tapera, Gaji PNS dan Karyawan Swasta Dipotong 2,5 Persen

Seputar Penyelenggaraan Umroh saat New Normal: Protokol Kesehatan hingga Kemungkinan Biaya Naik

Pakar Mikro Ekspresi Bongkar Sifat Asli Kekeyi, Sebut Tak Selugu yang Dicitrakan

Selandia Baru Yakin Telah Hapus Virus Corona di Negaranya, Pasien Covid-19 Terakhir Sudah Sembuh

Menurut Pandu, pemerintah seharusnya terlebih dahulu memikirkan soal kesehatan masyarakat.

Bukan justru mementingkan urusan ekonomi di tengah pandemi.

"Jadi kesehatan dulu yang paling penting dan ini narasinya semua harus sama, aman dan produktif," ujar Pandu.

"Karena saya melihat bahwa pemerintah lebih mengarah ke produktif dan aman, ini keliru menurut saya."

Ia menambahkan, kini masyarakat sudah bisa menginisiasi cara hidup aman di tengah pandemi.

"Jadi aman inilah yang harus kita promosikan, bagaimana perilaku aman?" tanya Pandu.

"Ya itu tadi, pembatasan sosialnya sekarang harus sudah diinisiasi oleh masyarakat."

Lantas, Pandu menyebut masyarakat kini seharusnya dijadikan garda terdepan penanganan virus corona.

Hal itu bahkan bisa dilakukan dari level rukun warga (RW).

Bungkam Soal Curhatan Aurel dan Azriel, Psikolog Ini: Tak Semua Perceraian Berjalan Mulus

Nicholas Sean Unggah Foto Memancing saat Banjir, Ahok Beri Tanggapan dan Ungkap Kondisi Keluarga

"Jadi pembatasan sosial berbasis komunitas, berbasis lingukungan. Kalau di kota itu RW, kalau di daerah-derah pedesaan desa," jelas Pandu."

Jadi mereka yang akan menjadi tulang punggung atau garda terdepan melaksanakan perilaku aman ini."

Karena itu, Pandu pun meminta pemerintah memercayakan penanganan virus corona kepada masyarakat.

Ia lantas menyinggung kesalahan yang dilakukan sejak awal penanganan virus corona.

"Ini yang menurut saya sudah waktunya pemerintah menyerahkan pada masyarakat," tutur Pandu.

"Karena kesalahan kita sejak awal adalah terlalu didominasi oleh pemerintah."

"Jadi lupa mengajak masyarakat, masyarakat ini seperti dibiarkan saja," tandasnya.

Simak video berikut ini menit ke-8.37:

Akademisi UI Sebut Kemungkinan Gagasan Pakar Epidemiologi Tidak Sampai pada Kebijakan Pemerintah

Dalam penanganan pandemi virus corona Covid-19 di Indonesia, sebenarnya sudah banyak peran pakar epidemiologi dari berbagai macam perguruan tinggi Tanah Air.

Hal ini disampaikan oleh Akademisi Universitas Indonesia Ikrak Sulhin.

Menurutnya, Indonesia tidak kekurangan para ahli di bidang kesehatan masyarakat.

"Tapi memang yang menjadi masalah adalah sejauh mana pemikiran-pemikiran mereka mendapatkan ruang," ujarnya dalam diskusi virtual, Senin (1/6/2020).

Ketua Studi Departemen Kriminologi UI tersebut meyakini para epidemiolog sudah banyak menyumbang gagasan lewat berbagai macam platform, baik media massa maupun media sosial.

"Mungkin (pendapat) mereka enggak sampai pada policy pemerintah atau negara. Dan juga ada faktor, ada variabel agency misalnya, ada banyak kepentingan di situ, ada banyak orang-orang yang berpikir di situ, bahwa para penentu kebijakan yang bisa saja berpikiran lain," ujarnya.

 Tersandung Kasus Narkoba, Dwi Sasono Ajukan Asesmen Rehabilitasi kepada Pihak Kepolisian

 Update Covid-19 Global Selasa, 2 Juni 2020 Pagi: Kasus Kematian Tercatat Sebesar 375.526

 Viral Kisah Murid SMP Dapat Tugas Aneh dari Gurunya, Disuruh Chat Donald Trump hingga Bill Gates

 Pria Bertato Peta Indonesia di Kerusuhan Amerika Serikat: Saya Warga Negara AS yang Dinaturalisasi

Ikrak memberi contoh bahwa banyak pandemi di Indonesia yang berpendapat bahwa kesehatan masyarakat adalah yang utama dalam masa pandemi.

"Tapi kalau kita lihat selintas, Perppu yang muncul pertama itu kan Perppu yang bicara soal urusan keuangan, justru bukan soal kesehatan masyarakat. Nah, ini kan sudah mengindikasikan terlihat bahwa ekonomi yang lebih didahulukan," lanjutnya.

Ikrak menduga pemerintah punya pertimbangan lain mengapa justru variabel ekonomi yang lebih diperhatikan.

"Apakah para epidemiolog berbicara? Mereka bicara, tapi kalau sudah bicara soal kebijakan, inilah yang menjadi problem kemudian," ujarnya.

(Tribunnews.com, Reza Deni)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 'Para Epidemiolog Sudah Banyak Menyumbang Gagasan, Mungkin Tak Sampai pada Policy Pemerintah'

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Tegur KSP, Pakar Epidemiologi Ungkap Kesalahan Penanganan Corona: Terlalu Didominasi
Penulis: Jayanti tri utami

Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved