Bulutangkis
Media Asing Ulas Kegagahan Bulutangkis Indonesia, Marcus Gideon: Semua Orang Berharap Kami Menang
Jelang Olympic Tokyo 2020, media asing The New York Times ulas kegagahan bulutangkis Indonesia berjudul 'When you say badminton, you say Indonesia'.
TRIBUNPALU.COM - Ditundanya pagelaran olahraga terkemuka di dunia, Olympic Tokyo 2020 yang tertunda akibat pandemi Covid-19 menjadi pukulkan telak bagi dunia bulutangkis Indonesia.
Sebab, terbukti bahwa hanya bulutangkis yang berhasil mengibarkan bendera dan mengumandangkan Indonesia Raya di parade olahraga prestisius itu.
Antusias sekaligus rasa khawatir pegiat bulutangkis menjadi hal yang dibicarakan media asing, The New York Times yang tayang Jumat, 7 Agustus lalu.
Presiden Komite Olimpiade Indonesia, Raja Sapta Oktohari menjelaskan jika semangat bulutangkis di Indonesia begitu luar biasa.
• Jarang Terekspos, Ini Kisah Marcus Gideon Berkarier di Badminton: Sering Nangis karena Diejek Pendek
Baginya, bulutangkis bukan hanya sekadar hobi santai untuk mengisi waktu luang, tetapi bulutangkis membuat wajah Indonesia dilirik dunia.
"Kalau berbicara bulutangkis, kamu juga berbicara Indonesia," jelas Raja Sapta Oktohari saat diwawancarai awal tahun ini.

Sayang antusias itu harus tertahan lantaran pandemi Covid-19 yang membuat Olympic 2020 harus diundur hingga tahun depan.
Alhasil budaya kemenangan bulutangkis untuk Indonesia sedikit mengalami goncangan di periode ini.
James Hill menuliskan dalam artikel itu, bulutangkis adalah satu-satunya cabang olahraga di mana Indonesia telah memenangkan mendali emas Olimpiade sebanyak tujuh kali.
Tetapi, meski komitmen semangat itu diuji, The Times telah menyaksikan sendiri pada Februari ini saat mendokumentasikan bagaimana bulutangkis dalam keseharian masyarakat Indonesia.
Dan hasilnya, tidak ada yang meredupkan antusias itu meski Olympic 2020 ditunda hingga tahun depan.
• Media Olympic Puji Kehebatan Minions, Marcus Gideon/Kevin Sanjaya: Tak Semudah yang Terlihat, Tapi
Artikel berjudul 'When You Say Badminton, You Say Indonesia' itu, juga mengulas sejarah budaya medali emas Olympic di cabang olahraga bulutangkis bagi Indonesia.
Satu di antaranya adalah peran penting pemain Pelatnas era 70 sampai 80-an, Christrian Hadinata.
Legenda hidup bulutangkis itu merasakan adanya kewajiban baginya untuk meneruskan budaya bulutangkis di Indonesia.
Hal itu ia rasakan sejak Olympic Munich 1972, saat pertama kalinya bulutangkis diperkenalkan di ajang tersebut.
Christian Hadinata saat itu memenangkan sektor ganda putra, tetapi kemenangan tersebut tidak dihiasi medali atau lagu kebangsaan.

• Hendra Setiawan Ungkap Kenangan Pahit selama Berkarier, Akui Penyesalan saat Gagal di Olympic 2016
Lalu, saat bulutangkis diperkenalkan dua dekade kemudian sebagai olahraga resmi di Olympic Barcelona 1992, Indonesia meraih lima medali.
Pemain-pemain berpengaruh dalam budaya medali Olympic, diulas secara menarik dalam artikel itu.
Susi Susanti menjadi pemain pertama yang merebut emas bagi Indonesia di tunggal putri.
Tak hanya itu, Liliyana Natsir, peraih medali emas ganda campuran di Olympic Rio 2016 pun ikut dibahas dalam artikel tersebut.

Selain gengsi di kancah Olympic, pemain bintang seperti Rudy Hartono menyebut jika ajang beregu internasional juga turut mempopulerkan bulutangkis Indonesia.
Yakni saat pertama kali Indonesia memenangkan Thomas Cup pada tahun 1958.
• Kerap Kalahkan The Daddies, Marcus Gideon Kagumi Hendra Setiawan: Sudah jadi Legend di Badminton
Meski demikian, tingkat kesuksesan dari generasi sebelumnya justru menjadi tekanan yang sangat besar bagi setiap generasi pebulutangkis Indonesia secara turun-temurun.
Saat ini misalnya, saat Olympic 2020 harus diundur satu tahun lamanya, timnas Indonesia harus memikul beban baru di bahu mereka.
Bulutangkis Indonesia di era sekarang ini menjadi ancaman yang kuat bagi negara lain.
Bagaimana tidak?
Indonesia mendominasi kuat di sektor tunggal putra, ganda putra, dan ganda campuran.

• Jadwal Laga Thomas Uber Cup 2020, Indonesia: Tim Putra Berpeluang Besar, Tim Putri di Grup Neraka
Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, ditambah kekuatan dari Shesar Hiren Rhustavito cukup menjadi ancaman bagi negara lain.
Kecemerlangan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti di era ini juga memperkuat posisi Indonesia.
Ditambah dengan kekuatan penuh ganda putra Indonesia yang memiliki tiga pasang yang betah berada di posisi delapan besar dunia.
Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, serta Fajar Alfian/Rian Ardianto harus memikul beban besar baik di Thomas Cup maupun Olympic 2020.

• Injak Usia 25 Tahun, Kevin Sanjaya Ungkap Harapan dalam Berkarier: Yang Belum Tercapai Masih Banyak
Sekarang, mereka harus kembali menemukan cara untuk tetap termotivasi karena tekanan yang terus meningkat.
Satu di antaranya adalah pemain ganda putra nomor satu dunia, Marcus Gideon yang mengungkapkan kesungguhannya untuk memanfaatkan peluang kuat itu demi merebut medali emas di Olympic 2020.
"Semua orang mengharapkan kami menang," kata Marcus Gideon.
"Karena (harapan) ini tentang bulutangkis dan Indonesia," lanjutnya.
(TribunPalu.com/Isti Prasetya)