Presiden Jokowi Turut Berduka Cita atas Meninggalnya Mantan Wantimpres Abdul Malik Fadjar
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan ucapan duka cita atas meninggalnya Abdul Malik Fadjar.
TRIBUNPALU.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan ucapan duka cita atas meninggalnya Abdul Malik Fadjar.
Abdul Malik Fadjar adalah tokoh Muhammadiyah yang juga mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) periode pertama Presiden Jokowi.
Diketahui, Abdul Malik Fadjar meninggal dunia pada Senin (7/9/2020) kemarin.
Almarhum meninggal dunia dalam usia 81 tahun.
• Pilkada 2020: Banyak Calon Kepala Daerah Langgar Protokol Kesehatan, Ini Kata Bawaslu dan Kemendagri
• Atta Halilintar Akui Sempat Terpikir untuk Akhiri Hidupnya: Kalau Gak Percaya Allah Sudah Bunuh Diri
Tokoh kelahiran Yogyakarta, 22 Februari 1939 ini tercatat pernah memimpin Kementerian Agama pada era Presiden BJ Habibie.
Ia juga tercatat pernah menjadi menteri pendidikan nasional periode 2001-2004.
Pada tahun 2015 dan 2019 ia juga menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI.
Lewat sebuah cuitan di akun Twitternya, Presiden Jokowi menuliskan ucapkan duka cita.
Berikut unggahan lengkap Presiden Jokowi:
"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Turut berduka cita atas kepergian Bapak Abdul Malik Fadjar, seorang tokoh dan guru bangsa, di Jakarta, semalam.
Semoga almarhum mendapatkan tempat nan lapang di sisi Allah SWT, dan kepada keluarga yang ditinggalkan kiranya diberi kesabaran," tulis Presiden Jokowi.
• Daftar Daerah Penerima Subsidi Gaji Rp 600 Ribu, Ini 5 Provinsi dengan Penerima Terbanyak
Mengenang Sosok Abdul Malik Fadjar
Tokoh Muhammadiyah, Abdul Malik Fadjar, meninggal dunia, pada Senin (7/9/2020).
Ia meninggal pada usia 81 tahun di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan, pukul 19.00 WIB.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, Abdul Malik merupakan sosok yang bersahaja, gigih dan penuh prestasi di bidang pendidikan.
"Beliau tokoh Muhammadiyah, umat Islam dan bangsa yang bersahaja, gigih, penuh prestasi di bidang pendidikan, berpikiran maju, inklusif dan diterima banyak pihak," kata Haedar kepada Kompas.com, Senin (7/9/2020).
• Piet Pagau Positif Covid-19: Baru Diketahui Saat Jalani Tes Swab Sebelum Syuting, Tanpa Gejala
Haedar mengatakan, Abdul Malik kerap bekerja untuk membangun umat. Ia juga menilai pengabdian Abdul Malik pada bangsa sangat besar.
"Kita kehilangan tokoh besar yang dimiliki bangsa ini. Beliau lebih banyak bekerja bangun pusat keunggulan dan membawa umat untuk maju ketimbang banyak bicara," ujar dia.
Abdul Malik Fadjar pernah menjabat sebagai Menteri Agama pada era Presiden ke-3 RI BJ Habibie dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Presiden Megawati Soekarnoputri.
Kemudian, ia sempat menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) ad-interim menggantikan Jusuf Kalla yang ketika itu mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada Pemilu 2004.
Di luar bidang pemerintahan, Abdul Malik aktif di Ikatan Cendekiwan Muslim Indonesia (ICMI) dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS). Ia juga dikenal sebagai tokoh bangsa yang sangat peduli pada dunia pendidikan.
Darah pendidik menancap kuat dalam dirinya, terutama sejak ia menjadi guru agama di daerah terpencil di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 1959, yaitu Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Taliwang.
Perjalanan hidupnya tak pernah lepas dari dunia pengajaran dan pendidikan. Selama puluhan tahun menjadi guru di Muhammadiyah, ia tak sekadar menjadi seorang pendidik, tapi juga berkontribusi besar membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah dan perpustakaan desa di daerah Yogyakarta dan Magelang.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenang Abdul Malik Fadjar, Tokoh Muhammadiyah yang Gigih dan Penuh Prestasi",
(TribunPalu.com/Lita Andari) (Kompas.com/Sania Mashabi)