Puncak Covid-19 di Medan Diperkirakan akan Terjadi pada Bulan September dan Oktober
Ketua IDI cabang Kota Medan mengatakan peningkatan Covid-19 di Medan masih sangat agresif.
TRIBUNPALU.COM - Hampir semua rumah sakit di Kota Medan menerima pasien Covid-19. Pasien dirawat di ruang isolasi, namun tetap satu gedung dengan pasien non-Covid 19.
Setiap hari melewati pintu Instalasi Gawat Darurat (IGD) menuju lift baru sampai ke ruang isolasi.
Lalu lintas menuju ruang isolasi ini yang berpotensi menyebarkan virus antara pasien non-Covid atau tenaga kesehatan (nakes) yang tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD) level tiga.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kota Medan dr Wijaya Juwarna mengatakan, APD level tiga dipakai di ruang isolasi untuk melakukan trakeostomi atau intubasi bagi spesialis anestesi.
• Data Covid-19 Dunia, Kamis 10 September 2020: Meningkat, India Catat 95 Ribu Kasus Baru dalam 24 Jam
• Pandemi Global Virus Corona: WHO Tak Yakin Vaksin Covid-19 Tersedia Pada Pertengahan 2021
Atau mereka yang bertugas di poli THT, poli gigi dan mulut, ini wajib mengenakan APD level tiga. Keadaannya saat ini, pastilah ada satu waktu APD tersebut berkurang karena tidak hanya fokus di ruang isolasi.
"Makanya saya pernah bilang, kalau bisa ada khusus rumah sakit yang menangani Covid, supaya tidak bercampur-aduk lalu lintas ini..." kata Wijaya kepada Kompas.com lewat sambungan telepon pada Rabu (9/9/2020).
"Dalam rangka apa? untuk meminimalkan kontak penyebaran dan mengendalikan penggunaan APD. Coba banyangkan, kalau gabung satu bangunan, lewatlah di IGD, mau tak mau petugas IGD harus memakai APD level tiga juga. Selama ini mereka memakai APD level dua dan satu, ketika ada nakes yang kena, justru yang tidak bekerja di ruang isolasi. Analisis saya, mereka terkena di lalu lintas - lalu lintas ini..." ucap dokter ramah ini.
Jumlah nakes positif Covid-19 di Kota Medan yang saat ini dirawat di rumah sakit dan melakukan isolasi mandiri di rumahnya sebanyak 15 orang. Nakes yang meninggal dunia sebanyak 11 orang, dari jumlah tersebut, yang menangani Covid-19 cuma dua orang.
• Pasien Meninggal Dunia Dinyatakan Positif Covid-19 Diduga Tanpa Tes Swab, Pihak Keluarga Kecewa
• Kasus Covid-19 di DKI Jakarta Mengkhawatirkan, Anies Baswedan Siapkan Lahan untuk 6.000 Makam
"Artinya sembilan orang tidak langsung menangani Covid, di manalah kenanya, kan gitu? Analisis saya, mereka tidak memakai APD level tiga, berada di lalu lintas penyebaran, bisa saja dia jumpa pasien yang OTG atau positif Covid," katanya dengan logat Medan yang kental.
Dijelaskan Wijaya, APD level tiga seperti astronot. Terdiri dari hazmat, face shield atau helmet dan masker N-95. Kalau level dua, hazmat bertukar menjadi gaun medis tapi maskernya N-95.
Masker ini menurutnya masih yang masih banyak kekurangan sehingga terkadang berulang kali dipakai nakes.
"Beberapa kawan-kawan yang melakukan operasi, sampai lima kali pakai baru diganti rumah sakit. Idealnya, kalau di luar negeri, sekali pakai. Hazmat juga perlulah kita penambahan..." tuturnya.
Covid-19 masih agresif
Ditanya tren peningkatan kasus Covid-19 di Kota Medan, Wijaya mengatakan masih sangat agresif. Indikasinya dari jumlah nakes yang dirawat bertambah.
Kalau sudah dokter menjadi pasien, berarti benteng pertahanan sudah diserang, apalagi masyarakat yang tidak mengetahuinya.