Angka Kematian Global akibat Covid-19 Capai 1 Juta, WHO: Bukan Tidak Mungkin Mencapai Dua Juta

Jumlah kasus infeksi kini mencapai 33 juta. Sementara itu, jumlah kasus kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia telah melampaui angka satu juta.

OLGA MALTSEVA / AFP
Pekerja pemakaman yang mengenakan alat pelindung saat mengubur jenazah pasien virus corona Covid-19 di pemakaman di pinggiran Saint Petersburg pada 6 Mei 2020. 

TRIBUNPALU.COM - Pandemi global virus corona Covid-19 masih terus merebak, dengan angka kasus infeksi yang semakin meningkat.

Sejak awal mula merebak pada Desember 2019, ratusan negara telah terdampak wabah Covid-19.

Jumlah kasus infeksi global kini mencapai 33 juta.

Sementara itu, jumlah kasus kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia telah melampaui angka satu juta.

Angka-angka ini diketahui dari data yang diupdate oleh John Hopkins University per Senin (28/9/2020).

Lonjakan kasus infeksi dan kematian hingga setinggi ini hanya terjadi dalam kurun waktu sembilan bulan sejak kasus pertama dilaporkan di Wuhan, China.

Kasus Covid-19 di Berbagai Negara

Dikutip dari cbsnews.com, Amerika Serikat saat ini menjadi negara dengan kasus infeksi dan kasus kematian tertinggi dunia.

Pada 22 September 2020, ada lebih dari 200.000 kasus kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat, hanya delapan bulan setelah negara ini melaporkan kasus infeksi pertamanya.

Saat ini, ada 29 negara bagian di Amerika Serikat yang melaporkan lonjakan kasus infeksi baru jika dibandingkan kurun waktu dua minggu yang lalu.

Sementara, negara-negara bagian di wilayah Midwest melaporkan angka kasus dan perawatan di rumah sakit yang tinggi.

Jumlah kasus infeksi di India diperkirakan tak lama lagi akan menyalip Amerika Serikat.

Tingkat kasus infeksi Covid-19 yang diharuskan untuk dirawat di rumah sakit semakin meningkat di kota-kota besar, seperti Mumbai dan New Delhi.

Seorang petugas kesehatan mengambil sampel tes swab di pusat tes di New Delhi, India.
Seorang petugas kesehatan mengambil sampel tes swab di pusat tes di New Delhi, India. (Sky News)

Guru di China Dihukum Mati Gara-gara Racuni 25 Muridnya

BMKG Ingatkan Riset Soal Potensi Tsunami 20 Meter di Selatan Jawa Dilakukan untuk Dorong Mitigasi

Tanggapi Sindiran Nurul Ghuffron setelah Mundur dari KPK, Ini Jawaban Febri Diansyah

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson melaporkan model respon penanganan Covid-19 yang baru berdasarkan pengalaman Swedia, yang memiliki 5.800 kasus kematian akibat Covid-19 di antara 10 juta populasi penduduknya.

Di Inggris, angka kasus positif Covid-19 telah melampaui 441.000 dan masih terus mengalami peningkatan.

Di Brazil, kondisi yang buruk dan peraturan yang longgar mendorong angka kasus infeksi Covid-19 hingga melebihi 4,7 juta kasus, dengan 141.700 kasus kematian.

Virus Corona Covid-19 dan Wabah-wabah yang lain

Memang, wabah virus corona Covid-19 masih bisa dikatakan belum mendekati pandemi terfatal dalam sejarah, yakni wabah Flu Spanyol tahun 1918 yang menewaskan sekitar 50 juta orang.

Namun, angka kematian dan tingkat sintasan (survival rate) Covid-19 membuat wabah ini berbeda dan mematikan di antara pandemi modern lainnya.

Kini, ada lebih dari 31 juta kasus infeksi virus corona jenis baru di seluruh dunia yang tersebar di negara-negara besar.

Sebagai perbandingan, wabah virus flu H1N1 tahun 2009 'hanya' menyebabkan sekitar 18.500 kasus kematian.

Wabah Ebola memiliki tingkat fatalitas kasus sekitar 50 persen, ini membuatnya jauh lebih mematikan ketimbang virus corona, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Joko Widodo Lebih Pilih Mini Lockdown: Generalisir Satu Kota akan Merugikan Banyak Orang

Soal Cecaran Najwa Shihab untuk Terawan, Fadli Zon: Sejak Maret Menganjurkan Menkes Diistirahatkan

Pengamat Minta Masyarakat Jangan Terlalu Mengharapkan Kehadiran Menkes: Langsung ke Bosnya Saja

Perbedaan besar antara virus corona dan Ebola adalah, Ebola dapat ditularkan melalui kontak dekat.

Sifat penularan lewat udara yang minim pada virus Ebola membuat wabah ini lebih mudah dikendalikan dengan cara mengisolasi individu yang bergejala.

Sementara, penyakit-penyakit seperti Hepatitis B dan C juga memiliki angka kematian yang tinggi, kebanyakan terjadi di negara-negara miskin dan Dunia Ketiga di mana sistem perawatan kesehatannya masih buruk.

Di Australia, negara dengan 24 juta penduduk, otoritas setempat melaporkan kurang dari 900 kasus kematian akibat Covid-19.

Australia dianggap bisa meminimalisir kasus kematian akibat Covid-19 berkat penerapan lockdown sejak awal.

Meski begitu, negara-negara dengan angka kasus kematian akibat Covid-19 yang rendah masih mengalami lonjakan kasus.

Selandia Baru memasuki fase kedua lockdown hanya enam bulan setelah Perdana Menteri Jacinda Ardern menyatakan virus corona telah hilang dari negara tersebut.

Wawancara Eksklusif dengan Akmal Taher, Ungkap Alasannya Mengundurkan Diri dari Satgas Covid-19

ILUSTRASI vaksin Covid-19.
ILUSTRASI vaksin Covid-19. (europeanpharmaceuticalreview.com)

Harapan akan Vaksin Covid-19

Dunia berharap dapat kembali ke kehidupan normal setelah dikembangkannya vaksin virus corona.

Dikutip TribunPalu.com dari laman CNN, saat ini ada 35 vaksin Covid-19 yang diujicobakan terhadap manusia di seluruh dunia.

Namun, belum ada kepastian vaksin mana yang bisa digunakan untuk umum.

Dr. Soumya Swaminathan, Kepala Bidang Ilmu Pengetahuan WHO, telah memperingatkan kemungkinan baru pada tahun 2020 manusia bisa mulai berharap kembali ke kehidupan seperti sebelum Covid-19 merebak.

Angka kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia terus meningkat.

Hanya butuh dari masa awal pandemi Covid-19 hingga Juni 2020 bagi angka kematian itu untuk mencapai 500.000.

Sementara, angka itu melonjak dua kali lipat tiga bulan sejak 29 Juni 2020.

Kepala Program Darurat WHO, Dr. Mike Ryan pun berkomentar mengenai prospek jumlah kematian akibat Covid-19 secara global yang bisa mencapai angka 2 juta.

"Itu memang sulit dibayangkan... tetapi bukan tidak mungkin," katanya.

Sementara itu, otoritas kesehatan juga berharap, pengujian vaksin Covid-19 akan memasuki fase final pada akhir tahun 2020.

Namun, perlu diingat sebuah vaksin tidak akan 100 persen berhasil dan disuntikkan kepada setiap penduduk.

Sehingga, sebuah vaksin yang sukses sekalipun tidak bisa menggantikan langkah-langkah pencegahan virus corona, seperti mengenakan masker, pembatasan fisik/sosial (physical/social distancing), dan rajin-rajin mencuci tangan.

Hal ini diungkapkan oleh pakar penyakit menular dari Amerika Serikat, Dr. Anthony Fauci.

Sumber: CBS News, CNN

(TribunPalu.com/Rizki A.)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved