Peringatan Dua Tahun Gempa Bumi di Kota Palu, Adelia Pasha Unggah Video Ziarah ke Kuburan Massal

Dalam unggahan itu, Adelia Pasha mengenang kejadian gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi yang terjadi di Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 lalu.

TRIBUNPALU.COM Muhakir Tamrin
Istri Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu, Adelia Pasha. 

TRIBUNPALU.COM - Pada Senin (28/9/2020) kemarin, tepat dua tahun terjadinya gempa bumi dan likuefaksi di Kota Palu.

Tentu peristiwa ini meninggalkan bekas kesedihan yang mendalam bagi para korban.

Setidaknya, 82.775 warga mengungsi di berbagai titik akibat gempa bumi dan likuefaksi ini.

Kemudian, ada 10.679 orang mengalami luka berat, 671 orang dinyatakan hilang, dan 2.086 orang meninggal dunia.

Tak hanya itu,  kerugian material pun tak terhindarkan.

Sebanyak 67.310 rumah, 2.736 sekolah, 20 fasilitas kesehatan, dan 12 titik jalan rusak berat.

Momen dua tahun gempa bumi dan likuefaksi di Kota Palu juga diperingati oleh istri Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu, Adelia Pasha.

Di akun Instagramnya, @adeliapasha, Adelia Pasha mengunggah tiga video singkat jajaran pemerintahan Kota Palu dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) berziarah di sebuah pekuburan massal korban gempa bumi di Kota Palu.

Yakni, di Pekuburan Massal Poboya yang terletak di Kecamatan Mantikulore.

Deretan Gempa Bumi Baru-baru Ini yang Jadi Bukti Aktifnya Sesar dan Zona Subduksi di Indonesia

Penjelasan BMKG dan UNHAS Soal Zona Megathrust Sulawesi Berpotensi Sebabkan Gempa dan Tsunami

Gempa Palu Dinyatakan sebagai Fenomena Supershear, Kecepatan Capai 4,1 Km Per Detik

Selain Gempa Palu di Sulawesi Tengah, Kenali 4 Gempa Supershear Langka yang Terjadi di Dunia

Tampak mereka juga mengirimkan doa dan menabur bunga di pekuburan massal tersebut.

Dalam unggahan itu, Adelia Pasha mengenang kejadian gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi yang terjadi pada 28 September 2018 lalu.

Adelia Pasha mengaku, peristiwa bencana alam itu masih terus teringat karena ia dan jajaran pemerintahan Kota Palu turut merasakannya.

Kemudian, ia berharap semoga peristiwa ini menjadi pengingat bahwa usia tidak mengenal waktu dan untuk terus menjadi manusia yang lebih baik.

Berikut caption lengkap unggahan Adelia Pasha:

Hari ini adalah tepat 2 tahun kejadian gempa,tsunami dan liquifaksi di kota Palu...

dari jajaran pemerintahan kota Palu dan juga forkompinda berziarah ke perkuburan masal poboya untuk memberikan doa kepada korban yang wafat ketika bencana 2 tahun lalu yang selalu teringat oleh kami yang merasakan pada saat itu juga,,,

mudah2an ini selalu menjadi pengingat kita jika umur tidak mengenal waktu...

mudah2an kita bisa menjadi manusia yang lebih baik

Gempa Bumi, Tsunami, dan Likuefaksi di Kota Palu, 28 September 2018.

Saat peristiwa ini terjadi, dalam satu hari, wilayah Sulawesi Tengah diguncang 13 kali gempa bumi.

Berbagai wilayah, seperti Palu, Sigi, Parigi Moutong, dan Donggala mengalami kehancuran.

Akses komunikasi pun terputus.

Tak lama berselang setelah terjadinya gempa bumi, tsunami melanda bibir pantai Kota Palu, Donggala, dan Mamuju.

Gempa pertama yang terjadi pada pukul 14.00 WIB, mengakibatkan satu orang meninggal dunia, 10 orang luka, dan puluhan rumah rusak di Singaraja, Kabupaten Donggala.

Kemudian berturut-turut gempa susulan terjadi.

Ditanya Alasan Tak Ikut Mengolok-olok Menkes, Sudjiwo Tedjo: Aku Tidak Hidup dari Mengolok-olok

Angka Kematian Global akibat Covid-19 Capai 1 Juta, WHO: Bukan Tidak Mungkin Mencapai Dua Juta

Pengamat Minta Masyarakat Jangan Terlalu Mengharapkan Kehadiran Menkes: Langsung ke Bosnya Saja

Kondisi pascabencana gempa bumi dan tsunami di Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Kondisi pascabencana gempa bumi dan tsunami di Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah. (Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz)

Pada pukul 17.02 WIB, gempa dengan magnitudo 7,4 kembali mengguncang.

Adapun pusat gempa berada di kedalaman 10 kilometer di jalur sesar Palu Koro.

Saat itu, gempa membawa serta bencana tsunami ke perairan di Teluk Palu.

Sebelum terjadinya tsunami, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan status tsunami Siaga dan Waspada.

Namun, 30 menit setelah peringatan, BMKG mencabut statusnya pada pukul 17.37.

Akan tetapi, tsunami benar-benar terjadi pada pukul 17.22 dengan ketinggian enam meter.

Bencana ini terjadi akibat adanya longsoran sedimen dasar laut di kedalaman 200-300 meter.

Suasana Kampung Petobo pascagempa dan tsunami di kawasan Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (3/10/2018)
Suasana Kampung Petobo pascagempa dan tsunami di kawasan Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (3/10/2018) (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Sedimen dari sungai-sungai yang bermuara di Teluk Palu belum terkonsolidasi kuat sehingga runtuh dan longsor saat gempa, dan memicu terjadinya tsunami.

Sementara itu, di bagian luar dari Teluk Palu, tsunami disebabkan oleh gempa lokal.

Adapun titik tertinggi tsunami tercatat 11,3 meter, terjadi di Desa Tondo, Palu Timur, Kota Palu.

Sedangkan titik terendah tsunami tercatat 2,2 meter, terjadi di Desa Mapaga, Kabupaten Donggala.

Selain gempa dan tsunami, masyarakat juga dikejutkan dengan fenomena likuefaksi yang menerjang wilayah Petobo, Palu.

Saat itu, tanah di permukiman warga berubah menjadi lumpur layaknya cairan dan kehilangan kekuatannya.

Fenomena ini sendiri dapat terjadi jika terdapat material lepas berupa pasir dan lanau yang berada di bawah muka air tanah yang memungkinkan ruang pori antar butir terisi air.

Wawancara Eksklusif dengan Akmal Taher, Ungkap Alasannya Mengundurkan Diri dari Satgas Covid-19

BMKG Ingatkan Riset Soal Potensi Tsunami 20 Meter di Selatan Jawa Dilakukan untuk Dorong Mitigasi

Masjid Terapung Palu
Masjid Terapung Palu (Instagram @alyasafitrii_)

Kemudian, tanah yang terlikuefaksi tidak dapat menahan berat apapun yang berada di atasnya, baik itu berupa lapisan batuan di atasnya maupun bangunan yang akhirnya mengakibatkan hilangnya daya dukung pada pondasi bangunan.

Akibatnya, wilayah seluas 180,6 hektar di Petobo dan 202,1 hektar di Jono Oge, Kabupaten Sigi mengalami kehancuran luar biasa.

Di wilayah Petobo sendiri, likuefaksi mengakibatkan 2.050 bangunan mengalami kerusakan. Sementara di Jono Oge, sebanyak 366 bangunan mengalami kerusakan.

(TribunPalu.com/Rizki A.) (Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Ini dalam Sejarah: Gempa, Tsunami, dan Likuefaksi Menghantam Palu"/Rosiana Haryanti)

Sumber: Tribun Palu
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved