Palu Lifestyle
Kenang TrioBencana Sulteng, 60 Pemuda Sigi Bangun Ranjang Gantung di Sigi Likuefaksi Park
Taman likuefaksi berlokasi di Desa Lolu jadi destinasi wisata baru di Kabupaten Sigi, sekitar 16 km dari Kota Palu, atau 35 menit perjalanan darat
“Butuh tiga bulan untuk membersihkan tanah likuefaksi ini menjadi taman seperti sekarang ini. Korbankan tenaga dan biaya,” ucap salah satu pemuda Desa Lolu, Mohammad Izmul Azam (27), Kamis (28/1/2021).
Sebelumnya, tanah geser itu adalah hutan pohon jati.
Kondisi pohon yang sudah mati dan kering jadi ciri khas Taman Likuefaksi.
“Kami patungan untuk membeli bunga taman. Mempercantik taman dan kita kerjakan sama-sama,” sebut Azam.
Taman ini dibuka mulai pagi hingga malam hari.
Pengunjung juga diizinkan untuk menginap.
Tidak perlu takut, taman ini sudah diberi penerang.
Bahkan ada juga lampu hias berwarna warni.
“Soal situasi sekitar, aman. Kami jaga 24 jam,” tuturnya.

Para pemuda desa ini menyiapkan "ranjang gantung" atau hammock.
Menarik taman ini juga dilengkapi dengan foto-foto peristiwa pascagempa dan likuefaksi di Sigi.
Beberapa potret kejadian diabadikan di taman ini.
“Sesuai namanya. Sebagai pengingat ya kita taruh foto-fotonya agar pengunjung bisa lihat,” kata Azam.
Taman Likuefaksi biasanya ramai di sore hari hingga malam.
Pengunjung hanya akan dibebankan ongkos Rp 5 ribu per orang.
Untuk biaya masuk ini kemudian dialokasikan menjadi biaya pemeliharaan.
Jangan kuatir, Taman Likuefaksi ini juga taat protokol kesehatan.
Pengunjung wajib menggunakan masker, menjaga jarak, serta mencuci tangan.
“Beberapa kali ada event di sini. Kita tetap protokol kesehatan,” jelasnya. (*)