Virus Corona di Sulteng

Rentan Terpapar Covid-19 Lewat Sampah Rumah Tangga, Begini Nasib Pemulung di TPA Kawatuna Palu

Puluhan warga menggantungkan hidupnya di Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kelurahan Kawatuna, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Minggu (21/2/2021).

Editor: Haqir Muhakir
TRIBUNPALU.COM/NUR SALEHA
Sejumlah warga di TPA Kawatuna Palu tidak memakai masker dan sarung tangan dan di sekitarnya ada puluhan sapi memakan sampah, Minggu (21/2/2021). 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Nur Saleha

TRIBUNPALU.COM, PALU - Puluhan warga menggantungkan hidupnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Kelurahan Kawatuna, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Minggu (21/2/2021) siang.

Mereka memilih dan memilah sampah rumah tangga yang dibawa mobil armada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Palu.

Para pemulung itu mengumpulkan barang mereka nilai bisa ditukar dengan uang.

Aktivitas pemulung di lokasi itu membuat mereka sangat rentan terpapar Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Sebab sampah rumah tangga yang ditumpuk di lokasi itu berasal dari semua sudut Kota Palu.

Pantauan TribunPalu.com, tampak sejumlah pemulung tak mengenakan masker dan sarung tangan saat bekerja.

Ramalan Zodiak Cinta, Senin 22 Februari 2021: Aquarius Bersikaplah Ramah, Gemini Jangan Salah Paham

Update Covid-19 Indonesia Minggu 21 Februari 2021, Tambah 7.300, Kasus, Total Kini 1.278.653 Orang

Satgas Madago Raya Sebut Ruang Gerak MIT di Sulteng Makin Sempit: Mereka Terdesak dan Kelaparan

Detik-detik Video Kapal Feri Terbalik di Sambas Viral di Media Sosial: Ini Kronologi Kejadiannya

Selain itu, tampak pula ratusan hewan ternak sapi dan kambing.

Melihat dari banyaknya kasus positif Covid-19, pemulung sampah ini banyak tak memakai masker dan sarung tangan.

Sarania (58), salah seorang warga mengatakan, meski hanya rakyat kecil, mereka juga ingin diperhatikan pemerintah.

Terutama dalam pencegahan penyebaran Covid-19, karena sampah yang mereka sentuh tidak menutupkemungkinan berasal dari orang terpapar  Covid-19.

"Kami ini seperti tidak di perhatikan pemerintah," katanya.

Sarania mengungkapkan, karena hsail dari mencari sampah di lokasi itu dia dan keluarganya bisa bertahan hidup. 

"Saya jual itu per minggu, sampai 20 karung biasa, lakunya Rp 200 ribu," ucap Sarania.

INFO BMKG: 2 Kali Gempa Guncang Poso Hari Ini

CEK FAKTA: Benarkah Panaskan Uang di Penanak Nasi Selama 40 Menit Bisa Bunuh Virus Corona?

Soal Isu Selingkuh dengan Nissa Sabyan, Ayus Sabyan Minta Maaf kepada Ririe Fauzi: Saya Khilaf

Sementara itu, Fadli (25) menjelaskan, dirinya menghidupi istri dan dua anak dari hasil memungut sampah di TPA.

"Saya pungut sampah plastik, dos dos juga itu baru saya jual ke pembeli yang biasa datang kemarin (di TPA), hasilnya itu lumayan juga," jelasnya.

Untuk diketahui, tanggal 21 Februari ditetapkan sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). 

Penetapan tanggal itu untuk mengenang tragedi di Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat.

Pada peristiwa itu, sedikitnya 157 jiwa melayang akibat ledakan gas metana dari tumpukan sampah.

Belajar dari kejadian tersebut, pengelolaan sampah merupakan hal yang harus dilakukan dengan serius. (*)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved