Palu Hari Ini

Cegah Stunting, DP2KB Kota Palu akan Lakukan Program BKR dan BKB

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kota Palu, Sulawesi Tengah, akan lakukan program pembinaan untuk cegah stanting.

TribunPalu.com/Nur_Saleha
Kepala Bidang Pendendalian Penduduk, Penuyuluhan dan Penggerakan DP2KB, I Komang GD Mulyantara. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Nur Saleha

TRIBUNPALU.COM, PALU- Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kota Palu, Sulawesi Tengah, akan lakukan program pembinaan untuk cegah stunting.

Program itu adalah, Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Balita (BKB).

Kepala Bidang Pendendalian Penduduk, Penuyuluhan dan Penggerakan DP2KB, I Komang GD Mulyantara, mengatakan hal itu sesuai dengan hasil rapat nasional.

"Pak Presiden menetapkan bahwa kordinator penanggulangan stunting itu adalah BKKBN dan itu PR baru bagi kami sebenarnya," kata I Komang, Rabu (24/2/2021).

Baca juga: Silahkan Cek, Nama Penerima Dana Stimulan Korban Bencana Palu Ada di Kantor Kelurahan

Baca juga: Unismuh Palu Raih Peringkat Kampus Tarbaik se Indonesia dan Universitas Islam Ranking Dunia

"Selama ini kan penanggulangan stunting itu ada di kesehatan, tapi kami diminta untuk melakukan penanggulangan," tambahnya.

I Komang menjelaskan bahwa proses perencanaan jadi hal utama dalam mengatasi stunting.

Ketika seorang Ibu melahirkan bayi dalam kondisi kekurangan gizi, maka hingga berumur lima tahun, anak itu akan bertubuh pendek dan punya pikiran di bawah rata-rata.

Dalam artian anak tersebut kurang normal.

Baca juga: BMKG: Prakiraan Cuaca Besok Rabu, 24 Februari 2021 di Sulteng, Berawan hingga Hujan Sedang

"Anak stanting otaknya pas pasan kerjanya berkelahi terus dan kita berharap mempunyai anak yang kompetitif bertarung sama orang lain, bersaing sama teman-temannya untuk menjadi lebih baik," jelasnya.

Maka dari itu, lanjut I Komang, DP2KB harus tahu di mana kantong-kantong stunting di Kota Palu.

Dijelaskannya, penanggulangan stunting ada dua sifat.

Pertama, bersifat spesifik ada pada kesehatan sebanyak 20 persen.

"Jika bayi kekurangan gizi buruk, maka diberikan tmt oleh kesehatan tetapi tidak semudah itu, karena pasti akan muncul lagi balita-balita seperti itu jika dari keluarga tidak perhatian," katanya.

Baca juga: Begini Pengakuan Emak-emak Saat Kerumunan Jokowi di Maumere: Saya Rindu Bapak Presiden

Kedua, bersifat sensitif sebanyak 80 persen ada pada lintas sektor, mulai dari masyarakat itu sendiri.

Halaman
12
Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved