Kabar Tokoh
Jelang Pilkada DKI Jakarta, Yunarto Wijaya: Bisakah Nilai pada 2012 Itu Kembali atau Tetap Primitif?
Yunarto Wijaya membeberkan kekhawatirannya jelang Pilkada DKI Jakarta. Hal itu fokus pada psikologis pemilih yang menghadapi keragaman kondisi politik
tapi tentang bagaimana kita memastikan nilai-nilai yang sempat hilang," ujar Yunarto Wijaya.
"Menurut saya pribadi, dan saya berani dengan tegas menyatakan itu, yang sempat hilang di 2017,
bisakah kita kembalikan nilai-nilai itu kembali, atau kita akan bertahan di titik bawah dengan nilai-nilai yang saya anggap primitif tadi," pungkasnya.
Baca juga: Kerap Kritik Anies Baswedan, Yunarto Wijaya Akui Sikapnya Bodoh & Sengaja Tunjukkan Keberpihakannya
Diwawancari oleh Helmy Yahya sebelumnya, Yunarto Wijaya menyatakan pemilihan umum mempunya beberapa indikator untuk menjadi kontestasi politik yang sehat.
Mencari yang terbaik di dunia politik adalah hal yang mustahil didapatkan.
Tetapi, dengan membuang indikasi buruk di awal kontestasi akan lebih memberikan pencegahan.
"Kita nggak mungkin kok cari yang best of the best karena kita tahu politik penuh dengan kekurangan secara sistemik dan segala macam.
Prasyarat pertama, kita buang yang worst of the worst.
Jadi kita nggak bisa pastiin yang terbaik tapi kita buang dulu terburuk dari yang terburuk," ujarnya.
Indikator terburuk bagi Yunarto Wijaya adalah isu SARA yang dilibatkan dalam dunia politik.
"Dan buat gue ada beberapa indikator yang nggak bisa gue terima. Penggunaan isu SARA.
Buat gue itu primitif dalam politik. Demokrasi kata kuncinya satu, kesetaraan," jelas Yunarto Wijaya.
Simak video selengkapnya di sini:
(TribunPalu.com/Isti Prasetya)