Palu Hari Ini

Ternyata Pura Agung Wanakertha Jagadnatha Merupakan Pura Terbesar di Sulteng dan Indonesia Timur

Pura Agung Wanakertha Jagadnatha merupakan pusat peribadahan umat Hindu terbesar di Sulawesi Tengah (Sulteng) bahkan di Indonesia Timur.

TRIBUNPALU.COM
Pura Agung Wanakertha Jagadnatha di Jl Bukit Jabal Nur, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Palu, Sulawesi Tengah 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Nur Saleha

TRIBUNPALU.COM, PALU - Pura Agung Wanakertha Jagadnatha merupakan pusat peribadahan umat Hindu terbesar di Sulawesi Tengah (Sulteng) bahkan di Indonesia Timur.

Pura itu didirikan sejak tahun 1983, dengan luas 2 Hektar.

Karena luas wilayah tersebut, pura itu juga menjadi pura terbesar di Indonesia Timur.

Tak hanya itu, pura ini juga menjadi salah satu ikon Kota Palu dan menarik untuk dijadikan sebagai objek wisata religi.

Pura Agung Wanakertha Jagadnatha berlokasi di Jalan Bukit Jabal Nur, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Pura Agung Wanakertha Jagadnatha di Jl Bukit Jabal Nur, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Palu, Sulawesi Tengah
Pura Agung Wanakertha Jagadnatha di Jl Bukit Jabal Nur, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Palu, Sulawesi Tengah (TRIBUNPALU/NUR SALEHA)

Baca juga: Sapa Umat Hindu Kota Palu Jelang Nyepi, Hadianto Rasyid: Sangat Luar Biasa

Baca juga: 20 Ucapan Selamat Hari Raya Nyepi 2021 Tahun Baru Saka 1943 dalam Bahasa Inggris dan Indonesia

Baca juga: Hari Raya Nyepi 2021, Pembimas Hindu Sulteng: Umat Hindu Berdoa agar Pandemi Segera Berakhir

Pura ini berjarak 5,7 Kilometer dari pusat Kota Palu dengan jarak tempuh sekitar 12 menit.

Ketua Parisadha Hindu Indonesia (PHDI), I Nengah Wandra M.Si menjelaskan bahwa pura itu awalnya merupakan sebuah tempat pembuangan sampah di Kota Palu.

"Dulu lokasi ini merupakan sebuah tempat pembuangan sampah, dengan adanya pemerintah daerah memberikan lahan seluas 2 hektar, maka kami umat Hindu yang saat itu masih berjumlah kurang lebih 100 orang yang ada di Sulteng, setelah berkembangnya waktu sehingga berkumpul umat Hindu dari beberapa Kabupaten, maka dibangunlah pura pada tahun 1983," Jelasnya saat diwawancara TribunPalu.com, Minggu (14/3/2021)

Pada tahun tersebut, pura itu dibangun masih dalam kondisi menprihatinkan.

"Waktu itu masih turus lumbung, yang artinya pura yang hanya simbol saja dalam bentuk kayu disini, sehingga itu kita jadikan tempat persembahyangan pemujaan bersama," ungkap lelaki dengan sapaan Wandra

Lanjut, Ketua Parisadha mengatakan pembangunan pura dilanjut seiring berjalananya waktu dengan kebersamaan umat Hindu.

"Dibangun tentunya tidak lepas dari keterlibatan pemerintah daerah yang memberikan bantuan ke kita untuk membangun disamping lokasinya sudah diberikan pemerintah daerah saat itu," tutur Wandra

"Tanah awalnya itu dikasih pemerintah daerah sekitar tahun 80-an, tempat sampah dulunya, jalannya juga belum ada di sini, ketika ada Presiden Gusdur datang maka ada jalan yang mempermudah akses kami," tambahnya.

Umat Hindu Melakukan Ibadah di Pura Agung Wanakertha Jagadnatha di Jl Bukit Jabal Nur, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Palu, Sulawesi Tengah
Umat Hindu Melakukan Ibadah di Pura Agung Wanakertha Jagadnatha di Jl Bukit Jabal Nur, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Palu, Sulawesi Tengah (TRIBUNPALU.COM)

Baca juga: Umat Hindu di Palu Gelar Upacara Sambut Perayaan Nyepi 2021

Baca juga: Upacara Melasti Jelang Nyepi 2021 di Palu: Persembahyangan di Laut Ditiadakan

Baca juga: Dinkes Palu Imbau Warga Sebaiknya Tunda ke Luar Kota Selama Libur Isra Miraj dan Nyepi

Disamping itu, pembiayaan pembangunan pura berasal dari swadaya masyarakat umat Hindu.

"Kebetulan masyarakat kami banyak yang bekerja di perusahaan, di pemerintahan dan memiliki pendapatan untuk membantu kami juga disini," Ungkap I Nengah Wandra

Sekitar tahun 1985 kata Ketua Prisadha itu sudah mulai membangun pura dengan utuh.

"Seiring berkembang waktu juga paling drastis perkembangannya setelah sebelum gempa sebetulnya, setahun duatahun sebelum gempa kami sudah membangun pura," katanya

Pura tersebut dibangun dengan 3 wilayah ibadah yaitu, utama, mandala, dan nistamandala.

Ada juga wilayah paling luar untuk kegiatan perekonomian umat Hindu yaitu lapanpuro.

"Utamo, madyo,nisto dan lapanpuro itu untuk kepentingan ekonomi," ucap I Nengah Wandra.

Baca juga: Kumpulan Ucapan Selamat Hari Raya Nyepi dalam Bahasa Inggris & Bali, Cocok untuk Status Sosmed

Biaya pembuatan Pura Agung Wanakertha Jagadnatha setiap wilayahnya berbeda, terutama pelinggih memakan biaya cukup besar.

"Biaya dulunya Rp 1,6 milIar yang utama, yang madya sekitar Rp 800 juta dan yang paling bawah sana kurang lebih yah Rp 100 juta, yang utama itu kita bangun sebanyak itu karena saat gempa itu hancur, kita bangun ulang karena banyak donasi dari luar daerah juga" jelas Ketua Prisadha

Dalam pura tersebut, ada gedung serba guna letaknya di luar wilayah ibadah.

"Namanya wantilan atau milanagraha jadi itu nilainya hampir 2,2 sudah terselesaikan semuanya, itu untuk lakukan kegiatan apa saja itu disitu," Tutur Wandra.

Terakhir, Ketua Prisadha mengemukakan bahwa umat Hindu di Provinsi Sulawesi Tengah wajib datang ke Pura Agung Wanakertha Jagadnatha.

"Biasa dari luar provinsi juga ada, karena setiap provinsi dan kabupaten ada pura. Karena ini pura provinsi maka wajib hukumnya mereka datang di sini untuk melakukan piodalan yang artinya ulangtahun," tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved