Kabupaten Donggala

SDN 16 Dampelas di Kabupaten Donggala Lakukan Sekolah Tatap Muka dengan Sistem Shift

SDN 16 Dampelas, Desa Talaga, Kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala, mengadakan pembelajaran tatap muka di sekolah dengan sistem shift.

handover
SDN 16 Dampelas, Di desa Talaga, Kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala, Sulawesj Tengah 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Alan Sahril

TRIBUNPALU.COM, DONGGALA - Sekolah Dasar Negeri 16 Dampelas, Desa Talaga, Kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah mengadakan pembelajaran tatap muka di sekolah dengan sistem shift atau masuk secara bergiliran.

Guru SDN 16 Dampelas Mira mengatakan, pemberlakuan sistem tersebut harus melihat kondisi dan melalui hasil rapat dengan aparat desa setempat.

"Ia, kami sudah masuk sekolah tatap muka tapi tergantung kondisi juga, tidak setiap saat seperti ini, dan itu juga tergantung dari hasil pertemuan dengan aparat desa."

Baca juga: Foto Antrean Orang di RSUD Undata Palu Tak Jaga Jarak

Baca juga: Suami Gerebek Bu Kades yang Selingkuh dengan Bawahannya, Kondisi Tanpa Busana di Dalam Kamar

Baca juga: Toilet Kantor Wali Kota Palu Jorok, Dua dari Tiga Toilet Tak Lagi Berfungsi

"Kalau kondisinya tidak memungkinkan, ya kami tutup lagi sekolah dan berlakukan sekolah online," kata Mira.

Ia menyebutkan, sistem tatap muka hanya diberlakukan tidak sampai satu minggu.

"Kami kadang masuk sampai hari kamis, kadang juga cuman sampai hari rabu itupun kadang cuman sampai jam 10 sudah pulang," katanya.

Mira mengatakan, mereka melakukan tatap muka dengan sistem giliran agar dapat mengurangi beban orang tua murid untuk membeli paket internet.

"Ini sudah hasil dari rapat dengan pemerintah desa, pihak sekolah, dinas pendidikan terkait dan masyarakat setempat, karena ini menjadi masalah bagi orang tua jika terus menerus melakukan sekolah online dan membeli paket," terangnya

Sedangkan menurut salah satu orang tua murid SDN 16 Dampelas Nikmawati, pembelajaran tatap muka dengan sistem giliran tersebut masih belum maksimal.

Menurutnya, hal tersebut karena siswa tidak mendapatkan pendidikan secara utuh dan harus belajar mandiri.

"Ia sudah di buka, tapi masih belum setiap hari, kami juga khawatir dengan pandemi ini, tapi bagaimana juga dengan anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan secara utuh," ucap Nikmawati

Ia juga mengeluhkan tidak dapat membagi waktu antara mengawasi anak belajar di rumah dan mengurus rumah tangga.

Baca juga: Jelang Puasa Ramadhan 2021: Simak Tata Cara dan Bacaan Niat Salat Sunah Nisfu Syaban Berikut

Baca juga: Prabowo Ungkap Perannya Jadikan Jokowi Gubernur DKI: PDIP Tak Calonkan Dia, Saya Yakinkan Ibu Mega

Baca juga: Ayam Bakar Papandeng Palu, Menu Makan Siang yang Bikin Mata Melek

"Kami di rumah sibuk bekerja sebagai ibu rumah tangga, ditambah dengan belajar online, pengeluaran makin bertambah, apalagi kalau anak-anak cuman bermain terus tidak ada belajar," terangnya.

Meskipun belum sepenuhnya tatap muka, Nikmawati merasa sedikit terkurangi bebannya.

Karena menurut Nikmawati, memberlakukan sekolah online makin mempersulit keadaan, tidak hanya ekonomi tapi juga kesulitan dalam pembelajaran.

"Di sini juga kalau sekolah online tidak memungkinkan, karena pertama jaringan jelek sekali bahkan hilang. Kedua, rata-rata orang tua hanya bekerja sebagai petani, mana mampu beli paket internet yang sampai puluhan ribu tiap hari," terangnya (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved