Palu Hari Ini
Psikolog Sebut Perhatian pada Kesehatan Mental di Palu Masih Rendah Pasca TrioBencana
Perhatian pada kesehatan mental di Kota Palu, Sulawesi Tengah terbilang sangat rendah pasca trio bencana tahun 2018 silam.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Nur Saleha
TRIBUNPALU.COM, PALU - Perhatian pada kesehatan mental di Kota Palu, Sulawesi Tengah terbilang sangat rendah pasca trio bencana tahun 2018 silam.
Psikolog asal Palu, I Putu Ardika Yana menjelaskan, setelah bencana gempa bumi, tsunami dan likuefaksi hanya berfokus di pemulihan infrastruktur dan fisik saja.
Sedangkan pemulihan mental, hingga tahun 2021 masih terbengkalai alias belum terurus.
"Sudah jalan 3 tahun setelah bencana sampai sekarang tidak ada yang mengerjakan pemulihan mental, akibatnya korban bencana masih ada bermental pengemis," jelas pria dengan sapaan Ardi itu, Selasa (23/3/2021) malam.
Baca juga: Krisdayanti Berikan Pesan untuk Aurel saat Pengajian: Aku Mendoakan dan Mencintaimu Tanpa Syarat
Baca juga: Amalan dan Bacaan Doa saat Malam Nisfu Syaban, Jatuh pada Minggu 28 Maret 2021: Perbanyak Istigfar
Menurutnya, warga dengan mental pengemis itu iyalah mereka yang selalu merasa menderita dan tak berdaya setelah bencana alam.
"Arti mental pengemis itu seperti, orang liat bantuan itu bilang tidak ada bantuan tidak ada bantuan, sudah 3 tahun kita jadi korban, mereka merasa selama 3 tahun ini mereka manjadi korban tanpa perhatian, makanya soal kesehatan di Palu ini rendah sekali," Tambah Ardi.
Ardi juga mengungkapkan, Sulawesi Tengah menduduki peringkat pertama se Indonesia dengan gangguan kesehatan mental.
Akan tetapi justru tidak ada penanganan untuk mengatasi itu.
"Kita juga juara 4 narkoba, orang pikir narkoba itu kejahatan, tapi itu tidak betul narkoba itu ending dari sebuah gangguan stres atau tertekan akhirnya orang itu pake narkoba. Tidak ada orang pake narkoba dulu baru stres," ungkapnya.
Baca juga: Sebut Mahfud MD Sebagai Penyebab Ledakan Massa di Bandara, HRS Heran Kenapa Tidak Diproses Hukum?
Baca juga: 710 Anggota PHRI Sulteng Divaksinasi Covid-19 jadi Langkah Awal Bangkitnya Industri Pariwisata
Lanjut pria berusia 31 tahun itu mengatakan, tahun 2020 ia telah mengajukan program bantuan kesehatan mental di Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang) Kota Palu.
Setelah pengajuan itu, seharusnya direalisasikan di tahun 2021, akan tetapi programnya itu tak kunjung direspon pemerintah.
"Tolong untuk Petobo dan Balaroa, puskesmasnya dipengutkan untuk pelayanan kesehatan mental, salah satunya penempatan psikolog puskesma, kader jiwa atau kapasitas perawat jiwa atau semuanya, supaya bisa membantu kesehatan mental warga di dua tempat itu, tapi sampai hari ini tidak ada masuk padahal sudah saya ajukan," tutup Ardi (*)