Palu Hari Ini
Hari Ini, Sekolah di Palu Simulasi Jelang Pembelajaran Tatap Muka di Masa Pandemi Covid-19
Disdikbud Kota Palu terus mendorong sekolah-sekolah segera melakukan simulasi sebelum proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dimulai.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Moh Salam
TRIBUNPALU.COM, PALU - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Palu terus mendorong sekolah-sekolah segera melakukan simulasi sebelum proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dimulai.
Hal tersebut menyusul adanya Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Palu Ansyar Sutiadi mengatakan, PTM terus dipercepat dengan langkah seperti vaksinasi seluruh tenaga guru, menyiapkan sarana prasarana, serta melakukan pertemuan dengan orangtua siswa.
"Jadi apa yang dilakukan Pemerintah Kota Palu hari ini sudah sesuai dengan SKB 4 Menteri," ungkap Kadisdikbud Kota Palu Ansyar Sutiadi Kamis (1/4/2021).
Baca juga: Soal Aksi Teror di Mabes Polri, Ahli Psikologi Forensik Beri Analisis, Nekat atau Terencana?
Baca juga: Prakiraan Cuaca BMKG 33 Kota Indonesia Besok, Jumat 2 April 2021: Bandar Lampung Hujan Seharian
Baca juga: Tanggapi Serangan Teroris di Mabes Polri, Jokowi: Kita Bersatu Melawan Teroris
Ia menyebutkan, poin terpenting dari SKB 4 Menteri itu ialah mendorong kepala daerah untuk mempersiapkan PTM tersebut.
Selain itu diperlukan simulasi sebelum proses PTM dimulai.
Sehingga dari simulasi akan dapat dievaluasi kekurangan dan celah serta melakukan pembiasaan peserta didik bersekolah di tengah pandemi Covid-19.
"Mulai hari ini sudah dilakukan simulasi itu, jadi kalau simulasi nanti dianggap maksimal maka akan segera membuka pembelajaran tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan sangat ketat," jelas Ansyar.
Masing-masing kepala sekolah diberi kewenangan terkait berapa lama simulasi dilaksanakan.
"Simulasi ini untuk pembiasaan dalam sekolah di masa pandemi," pungkas Ansyar.
Sebelumnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengakui pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah akan merusak sendi-sendi pendidikan dasar satu bangsa.
Pembelajaran dari rumah bagi semua jenjang pendidikan segera diakhiri, dan siswa bisa kembali belajar di kelas di tahun ajaran baru 2021, atau dimulai setelah Lebaran Idul Adha 1442 Hijriyah, atau pertengahan Juli 2021.
Lebaran Idul Fitri 2021 jatuh 14 Mei 2021. Sedangkan Lebaran Idul Adha 1442 H, tanggal 19 Juli 2021.
Secara spesifik, Nadiem juga menyebutkan, belajar tatap muka di sekolah hanya mengakomodir 50% dari kapasitas ruang kelas.
“Jika selama ini satu kelas hanya 36 siswa, maka jika sekolah dibuka hanya 13 siswa tiap rombel.” kata Nadiem dalam sesi pengumuman Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19 secara daring dari Jakarta, Selasa (30/3/2021), pukul 12.30 WITA.
Selain Nadiem hadir juga Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Prof Dr Muhajir Effendi, Wakil Menteri Agama Zainal Tauhid, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Kepala BNPP Mayjen TNI Doni Munardo, dan Satgas Penanggulangan Covid-19.
Dikemukakan juga, belajar tatap muka belum mengizinkan kantin sekolah dibuka.
“Tak ada ekstra-kurikuler, olahraga, dan semua aktivitas yang berkerumun,.”
Pembatasan jarak di sekolah ini, akan dievaluasi selama dua bulan.
Baca juga: Eks Jubir FPI Tuding Aksi Terorisme di Makassar dan Mabes Polri Dirancang untuk Rugikan Umat Islam
Baca juga: Partai Demokrat Pimpinan AHY Siap Terima dan Bantu Moeldoko Jika Ingin Maju di Pilkada DKI Jakarta
Baca juga: Grand Opening Toko Fashion Wanita di Palu, Tawarkan Diskon Hingga 20 Persen
Menteri Nadiem menyebutkan, pembelajaran tatap muka dijadwalkan Juli 2021 mendatang.
Penerapan harus sesuai protokol kesehatan ketat.
“Juli 2021 itu hanya aspirasi dari pemerintah pusat. Daerah dan sekolah yang sudah buka saat ini silakan dilanjutkan Kalau zonasi wilayahnya sudah hijau, lanjutkan, mulai sekarang..”
Tahapan kembali belajar di sekolah dijadwalkan Juli 2021.
Ini bersamaan awal tahun ajaran baru reguler di seluruh negeri.
“Kita mulai setelah semua tenaga pendidik dan peserta didik divaksin, lebih dulu,” ujarnya.
Vaksin untuk murid PAUD, TKU, SD siswa SMP, SMA, madrasah, pesantren dan perguruan tinggi, dimulai Mei 2021 hingga Juni 2021.
Indonesia, kata dia, adalah salah satu dari empat negara di kawasan timur Asia dan Pasifik yang belum menerapkan pembelajaran tatap muka penuh di masa pandemi.
Sekitar 85% negara di kawasan ini atau 23 negara lainnya sudah memberlakukan, anara lain Laos, Vietnam, Kamboja dan RRT.
“Jika pembelajaran tatap muka tak segera kita berlakukan, maka kita akan kehilangan satu generasi. Ini hasil survei dan penelitian Bank Dunia, WHO, Unicef dan banyak lembaga lain,”
Dalam penjelasannya, secara spesifik, Nadiem menyitir hasil penelitian World Bank; “Diperkirakan bahwa penutupan sekolah di seluruh dunia dapat mengakibatkan hilangnya pendapatan seumur hidup dari generasi yang saat ini berada di usia sekolah sebesar paling tidak 10 triliun US dolar.”
Dia juga mengutip pernyataan WHO: “penutupan sekolah memiliki dampak negatif yang jelas pada kesehatan anak, pendidikan, perkembangan dan pendapatan keluarga dan perekonomian secara keseluruhan.”
UNICEF juga menyitir kekhawatiran; “Seiring berlalunya hari, anak-anak yang tidak dapat mengakses sekolah secara langsung semakin teringgal, di mana anak-anak yang paling termarjinalisasi adalah yang paling terdampak. Pesan kami (UNICEF) kepada para pemimpin dunia jelas: Segala upaya harus kita lakukan untuk sekolah dibuka atau memprioritaskan sekolah bisa kembali buka.” (*)