Tak Banyak yang Tahu, Ini 3 Baju Adat di Kabupaten Banggai Berdasarkan Etnis
Ternyata, ada 3 baju jenis adat di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah berdasarkan etnis. Kabupaten Banggai merupakan salah satu kabupaten di Sulteng.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Nur Saleha
TRIBUNPALU.COM, BANGGAI - Ternyata, ada 3 baju jenis adat di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah berdasarkan etnis.
Kabupaten Banggai merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah.
Ibu Kotanya yaitu Luwuk.
Kabupaten itu memiliki luas wilayah 9.672.70 Km².
Berpenduduk sebanyak 376.808 jiwa
Banggai memiliki 32 kecamatan dan 291 desa.
Di Kabupaten Banggai terdapat tiga suku terkenal yaitu Saluan, Banggai dan Balantak.
Baca juga: Universitas Padjadjaran Buka Seleksi Jalur Mandiri dan Prestasi, Berikut Syarat dan Cara Daftarnya
Baca juga: Bobotoh Ingin Persib Bandung Juara Piala Menpora, Robert: Dukungan Itu Membuat Kami Lebih Hidup
Baca juga: Temukan Uang Rp 10 Juta di Jalan, Joko Kembalikan ke Pemiliknya: Yang Penting Saya Kembalikan Utuh
Dengan adanya suku itu, Banggai punya ragam kebudayaan termasuk pakaian adatnya.
Setiap pakaian adat tersebut mempunyai khas tersendiri.
Khas itu masih terus dipakai dalam upacara adat maupun acara penting lainnya.
Ini dia baju adat dari Kabupaten Banggai yang sesuai dengan etnisnya.
1. Baju adat Suku Saluan
Suku Saluan merupakan suku mendiami wilayah Kabupaten Banggai.
Masyarakat suku ini dijuluki orang Loinang atau orang yang mendiami wilayah gunung.
Dijuluki seperti itu karena sesuai dengan tempat tinggal suku asli Saluan yang sebagian besar di daerah pegunungan.
Suku Saluan juga merupakan suku terbesar di Kabupaten Banggai.
Suku Saluan terbagi atas beberapa bagian yaitu Saluan Lingketeng, Saluan Loinang dan juga Saluan Obo.
Ketiga bagian itu perbedaannya dari dialek bahasa yang sedikit berbeda
Untuk adat istiadat Suku Saluan mempunyai pakaian adat.
Pakaian adat dari Suku Saluan dipakai khusus untuk upacara adat baik berupa upacara adat penyambutan, pernikahan, maupun upacara adat lainnya.
Baca juga: Temukan Uang Rp 10 Juta di Jalan, Joko Kembalikan ke Pemiliknya: Yang Penting Saya Kembalikan Utuh
Pakaian adat dari Suku Saluan merupakan pakaian adat dari masyarakat etnis Saluan.
Busana itu sering ditampilkan atau dipakai pada saat acara penyambutan
kehormatan, upacara adat perkawinan dan upacara adat lainnya.
Busana Adat Saluan ini terdiri dari busana adat pria dan wanita.
Busana wanita bagian atasan terdiri dari blus disebut dalam Bahasa Saluan adalah Pakean Nu'boune.
Untuk bawahannya menggunakan rok panjang hingga mata kaki disebut dalam Bahasa Saluan adalah Rok Mahantan.
Di busana tersebut dibarengi dengan perhiasan berbentuk bintang.
Dalam bahasa saluan perhiasannya terdiri dari gelang atau potto, rantai atau kalong, anting atau sunting atau jaling, dan salempang atau salandoeng
Sedangkan busana pria bagian atas disebut dalam bahasa Saluan adalah Pakean Nu'moane.
Bagian bawahnya adalah celana panjang disebut dalan bahasa Saluan adalah Koja.
Untuk penutup kepala atau topi disebut dalam bahasa Saluan adalah Sungkup Nu'ubak.
Sarung pelengkap celana panjang disebut dalam Bahasa Saluan adalah Lipa.
Warna dari busana Saluan yaitu kuning melambangkan kayu ulin.
2. Baju Adat Suku Balantak
Suku Balantak merupakan kelompok suku bangsa yang mendiami Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
Balantak berasal dari kata "Bala" artinya pagar atau benteng dan "Tak" artinya kita, sehingga Balantak dapat diartikan sebagai pertahanan kita.
Sebagian besar masyarakat Balantak di Banggai tinggal di bagian semenanjung ujung.
Masyarakat Balantak bertumpu pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian utamanya.
Masyarakat Balantak memiliki dua subsuku bangsa terdiri dari orang Tanoturan dan Dale-Dale.
Bagi orang Balantak ada empat hal dianggap sebagai unsur paling penting dalam kebudayaannya.
Keempat hal itu adalah martabat, kekeluargaan, keteraturan sosial, dan kemurahan hati.
Baca juga: Jadwal dan Panduan Belajar dari Rumah Jumat 9 April 2021, Kelas 5 SD Belajar Topeng Dadak Merak
Dalam urusan kekeluargaan masyarakat Balantak terbilang memiliki ikatan sangat erat.
Semangat gotong royong dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu perwujudannya.
Adapun busana adat yang merupakan pakaian adat dari masyarakat etnis Balantak.
Busana itu sering ditampilkan atau dipakai pada saat acara penyambutan
kehormatan, upacara adat perkawinan dan upacara adat lainnya.
Busana Adat Balantak ini terdiri dari busana adat pria dan wanita.
Busana wanita bagian atas menggunakan blus disebut dalam Bahasa Balantak adalah Bokukum Na Wiwine.
Bagian bawah busana menggunakan rok panjang disebut dalam Bahasa Balantak adalah Andorok.
Busana adat suku Balantak dihiasi aksesoris atau perhiasan lengkap.
Baca juga: Catat! Ini Hukum Puasa, Doa Sahur dan Berbuka, Serta Hal yang Membatalkan Puasa Ramadan
Perhiasan itu antara lain rantai atau buso', mahkota atau Galeleng, Anting atau Sunting, Giwang atau Sikonde, selempang, ikat pinggang dan ban.
Sedangkan busan adat Suku Balantak untuk pria yaitu kemeja disebut dalam Bahasa Balantak adalah Kemeja Na Moro'one.
Untuk bagian bawahnya yaitu celana panjang disebut dalam Bahasa Balantak adalah Jengko atau Saruar Alayo'
Penutup kepala atau topi disebut dalam Bahasa Balantak adalah Songko'
Sarung pelengkap celana panjang disebut dalam Bahasa Balantak adalah
Baakan
Warna ciri khas dari busana Suku Balantak adalah Hitam.
3. Baju Adat Suku Banggai
Suku Banggai merupakan suku yang mendiami hampir seluruh wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Banggai Laut, dan sebagian wilayah Kabupaten Banggai.
Pendahulu suku Banggai berasal dari Banggai Laut yang dahulunya adalah bekas Kerajaan Banggai dan juga dari Banggai Kepulauan.
Suku Banggai terbagi menjadi dua yaitu suku Sea-sea yang tinggal di pegunungan dan suku Banggai yang tinggal di pesisir pantai.
Suku Banggai mempunyai kemiripan bahasa, budaya dan tradisi dengan Suku Saluan dan Suku Balantak yang mendiami Kabupaten Banggai. Hampir seluruh orang Banggai memeluk agama Islam.
Pekerjaan suku Banggai biasanya sebagai petani, nelayan, pejabat pemerintahan, dan sebagainya.
Berbagai macam adat serta kebudayaan dari suku Banggai sangat melekat dalam masyarakat yang memang sangat menarik, musik yang di antaranya; batongan, kanjar, libul dan lain sebagainya, juga ada tarian, yang termasuk Onsulen, Balatindak, Ridan.
Cerita rakyat atau legenda yang sangat banyak yang di kenal dengan nama Banunut, lagu atau puisi yaitu Baode, Paupe. dan masih banyak lagi kesenian tradisional lainnya.
Baca juga: Tahun Ajaran Baru 2021/2022: SMPN 4 Palu Tes Urine Siswa-siswinya
Ada pun beberapa tradisi yang masih dipegang secara menyeluruh dari suku Banggai, misalnya pada saat perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad saw, para masyarakat suku Banggai akan membuat sejenis kue yang di beri nama Kala-kalas, ada juga yang menyebutnya kaakaras.
Kue ini tebuat dari tepung beras yang bentuk jadinya di goreng, dan kue ini sangat unik sekali, bahkan hanya akan di jumpai pada saat perayaan Maulid Nabi saw saja.
Selain itu, masih banyak tradisi lainnya, Upacara Adat misalnya, upacara pelantikan Tomundo, upacara pelantikan Basalo, dan lain sebagainya.
Tradisi-tradisi dalam masyarakat pun bahkan beragam, masyarakat yang tinggal di tepian pantai dengan masyarakat yang tinggal di pedalaman akan memberikan suatu gambaran yang jauh berbeda, kesenian, upacara adat, bahkan kehidupan adat sehari-haripun tidak banyak menunjukan kesamaan.
Contohnya, ada sebuah upacara adat atau perayaan ketika para nelayan telah menangkap ikan, yang cara menangkapnya di kenal dengan nama sero.
Sedangkan di pedalaman akan ada penanaman sejenis Umbi yang memang satu-satunya di dunia ini hanya terdapat dan berasal dari Banggai.
Sehingga di kenal dengan nama Ubi Banggai, ini akan memberikan suatu cerita tersendiri yang sangat menakjubkan, yang di mulai dari proses hingga selesai, akan banyak sisi-sisi kehidupan tradisi yang memberikan gaya artistik yang sangat berharga. (*)