Cerita Dekan FISIP Untad Menjemput Napi Teroris yang Bebas dari Penjara
Dekan FISIP Universitas Tadulako (Untad) Prof Muhammad Khairil cerita pengalaman saat melakukan riset tentang tindak pidana terorisme.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Fandy Ahmat
TRIBUNPALU.COM, PALU - Dekan FISIP Universitas Tadulako (Untad) Prof Muhammad Khairil cerita pengalaman saat melakukan riset tentang tindak pidana terorisme.
Selama penelitian dari 2001 hingga 2017, Prof Khairil mengaku telah berjumpa dengan semua terpidana kasus terorisme Sulawesi Tengah di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).
Mulai dari mereka yang ditahan di Lapas Petobo (Palu), Ampana (Kabupaten Tojo Una-Una), Luwuk (Kabupaten Banggai), Makassar (Sulawesi Selatan) hingga Cirebon (Jawa Barat).
Para terpidana kasus terorisme itu digambarkan berwatak keras dan suka menuduh.
Selain itu, kata Prof Khairil, mereka cenderung tidak menyukai orang lain yang memiliki ideologi berbeda.
"Mereka (teroris) menganggap selama ini perbuatannya benar. Ideologinya sudah sedemikian kuat tertanam dan fenomena itu memang sulit dihindari," ujarnya, Sabtu (1/5/2021).
Pengalaman menarik pun dialami Prof Khairil ketika dirinya menjemput seorang terpidana terorisme usai bebas dari penjara.
Diceritakan Prof Khairil, hal itu terjadi ketika dirinya sedang berada di Tegal, Jawa Tengah untuk merayakan Hari Raya Idulfitri.
Ia dihubungi seorang terpidana terorisme yang sempat ditemuinya di Lapas Cirebon, Jawa Barat.
Menurutnya, mantan teroris itu merupakan pelaku kasus penembakan di salah satu rumah ibadah dan sempat ditahan di Jakarta.
"Ketika keluar dari penjara di Cirebon, beliau menelepon untuk minta dijemput. Kebetulan jarak tempuh Tegal-Cirebon itu 2 jam. Jadi saya menuju ke sana dan membawanya ke rumah mertua hingga Lebaran," tutur Prof Khairil.
Baca juga: Ada 3 Konsekuensi KKB Papua Dicap Teroris, Peneliti UI: Hati-hati Salah Sebut
Baca juga: KKB Papua Diduga Punya Penembak Jitu, IPW Desak Pasukan Burung Hantu Turun Tangan
Baca juga: Murka KKB Disebut Teroris, Benny Wenda Tantang Jokowi Duduk Bersama Selesaikan Masalah
Selama di rumah, Guru Besar Termuda Untad itu mendengar kisah dari mantan teroris tersebut tentang latar belakang perbuatannya.
"Dia bercerita bahwa dirinya adalah korban dan merasa tindakannya itu bagian dari jihad. Tapi pandangan itu subjektif. Karena secara hukum, mereka masuk ke Lapas itu sudah melewati proses pembuktian, ujar Prof Khairil.
Pada umumnya, kata dia, para pelaku teror ini adalah pemuda yang terlibat langsung ketika terjadi konflik Poso pada 1998 hingga 2001, bahkan sebagian mereka adalah korban.