Sulteng Hari Ini
Infodemi Marak di Media Sosial, Ini Penjelasan Diskominfo Sulteng
Infodemi alias fenomena hoaks seputaran Covid-19 ramai dijumpai di media sosial.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Ketut Suta
TRIBUNPALU.COM, PALU - Infodemi alias fenomena hoaks seputaran Covid-19 ramai dijumpai di media sosial.
Hingga pertengahan April lalu pemerintah telah mengidentifikasi lebih dari 500 hoaks terkait kasus Covid-19 di media sosial.
Kepala Dinas Komunikasi dan informatika (Diskominfo) Sulawesi Tengah Faridha Lamarauna mengatakan, ada beberapa penyebab Infodemi banyak dijumpai di Media Sosial.
Dimana salah satunya, insting dasar atau keingintahuan lebih oleh masyarakat itu sendiri.
Dengan rasa penasaran itu, sekaligus menjadi kecemasan tinggi dimasa pandemi.
"Orang cenderung menerima informasi tentang Covid-19 yang dianggap menarik dan penting," ujar Kepala Dinas KIPS Sulteng Faridha Lamarauna.
Baca juga: Diskominfo Sulawesi Tengah Luncurkan Program Literasi Digital
Baca juga: Timbunan Depan SPBU Destik Membahayakan Pengguna Jalan, Ini Tanggapan Kadis Bina Marga
"Penerimaan ini sering mengabaikan proses berpikir kritis, dalam mengolah informasi," tambahnya.
Ia juga mengatakan, dalam perkembangan teknologi informasi komunikasi yang semakin canggih.
Membuat setiap penggunanya bisa menjadi penerima, sekaligus pengirim pesan.
Sehingga tanggung jawab dan etika pengguna media sosial seringkali terlupakan.
"Karena keinginan tinggi untuk segera berbagi, atau memproduksi informasi terkait Covid-19," kata Faridha.
Selain itu Faridha juga mengatakan, dengan kemudahan mengakses informasi di media sosial.
Baca juga: Timbunan Depan SPBU Destik Membahayakan Pengguna Jalan, Ini Tanggapan Kadis Bina Marga
Baca juga: Sampah Plastik Kotori Teluk Lalong Luwuk
Membuat masyarakat cenderung lupa melakukan verifikasi, analisis, dan evaluasi terhadap informasi seputar Covid-19.
"Dengan kata lain, orang mengabaikan proses mengolah informasi, sebelum menyebarkannya kepada pengguna media sosial lainnya," terang Faridha.
Kemudian ia juga mengatakan, karena faktor itu membuat ketidakadaan masyarakat untuk berifikir kritis.
Ditambah lagi dengan dukungan perkembangan teknologi informasi dan kecanggihan aplikasi media sosial.
"Jadi hal itu yang membuat infodemi membanjiri media sosial," tutup Kepala Dinas KPIS Sulteng Faridha Lamarauna.(*)