Untuk Minimalisir Penyebaran Covid-19, Ketua Fraksi PAN DPR RI Usulkan Lock Down Akhir Pekan Ini

Ketua Fraksi PAN DPR RI Saleh Partaonan Daulay meminta pemerintah mempertimbangkan usulan lockdown akhir pekan ini di sejumlah daerah.

Editor: Imam Saputro
KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA
Foto Ilustrasi: Akses jalan ke wilayah RT 01 dan RT 02 Dusun Randu, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman ditutup dan ditulisi lockdown. 

Untuk Meminimalisir Penyebaran Covid-19, Ketua Fraksi PAN DPR RI Usulkan Lock Down Akhir Pekan Ini

TRIBUNPALU.COM - Ketua Fraksi PAN DPR RI Saleh Partaonan Daulay meminta pemerintah mempertimbangkan usulan lockdown akhir pekan ini di sejumlah daerah.

Hal tersebut dilakukan lantaran lonjakan kasus Covid-19 secara nasional masih belum bisa dikendalikan dengan baik.

Saleh menilai jika pemerintah melakukan lockdown secara keseluruhan, maka akan ditemui banyak kesusahan.

Sehingga ia mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk melakukan lockdown sementara.

"Kalau lockdown secara total kelihatannya pemerintah akan kesusahan, tapi kalau yang saya tawarkan awalnya dulu lockdown akhir pekan," kata Saleh di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta yang dikutip TribunPalu dari Tribunnews, Selasa (22/6/2021).

Lebih lanjut lagi ia menjelaskan perihal usulannya tersebut.

Lockdown bisa dimulai akhir pekan ini yakni Jumat sore (25/6/2021) hingga Senin pagi (28/6/2021).

Baca juga: Update Vaksin Covid-19 di Indonesia, Senin 21 Juni 2021: 19.94% Lansia Mendapat Vaksin Dosis Pertama

Baca juga: Kasus Covid-19 di Kota Palu Kembali Meningkat, RSUD Anutapura Hapus Jam Besuk Pasien

Seluruh masyarakat tidak diperbolehkan melakukan aktivitas di luar rumah kecuali hal-hal yang mendesak.

Jika usulan tersebut disetujui oleh pemerintah pusat, maka diharapkan penyebaran Covid-19 akan terhenti.

"Kalau dua malam (ini) orang tidak keluar rumah, diharapkan tidak ada penyebaran. Jadi saya minta tolong dipikirkan," ucapnya.

Anggota Komisi IX DPR RI ini mengatakan, lockdown akhir pekan bakal menekan kegiatan kerumunan di sejumlah titik keramaian.

Saleh berharap pemerintah berani mengeluarkan kebijakan tersebut.

Apabila pemerintah pusat terlambat dalam menangani kasus saat ini, dikhawatirkan pemerintah akan kewelahan sata menanganinya.

"Jangan sampai terlambat. Karena kalau nanti sudah terlalu banyak (penularan), kita yang akan kewalahan sendiri. Sementara kita mengerti betul bagaimana kemampuan fasilitas kesehatan dan tenaga-tenaga medis di seluruh Indonesia," pungkasnya.

Kasus Covid-19 Meroket, Anggota Komisi VIII DPR RI:Masyarakat Nyaris Langgar Semua Aturan Pencegahan

Ketua Komisi VIII DPR RI Yandri Susanto mengatakan jika lonjakan kasus baru itu dikarenakan masyarakat yang tidak taat dalam aturan protokol kesehatan.

Yandri menyebut penerapan protokol kesehatan di masyarakat mengalami kelonggaran dan kelengahan.

"Artinya yang aturan untuk mencegah penularan Covid-19 itu nyaris dilanggar semua," kata Yandri yang TribunPalu kutip dari laman Tribunnews, Selasa (22/6/2021).

Baca juga: 7 Nakes Positif Covid-19, RSUD Madani Hentikan Pelayanan Kesehatan

Update perkembangan kasus persebaran Covid-19 di Sulawesi Tengah, 21 Juni 2021
Update perkembangan kasus persebaran Covid-19 di Sulawesi Tengah, 21 Juni 2021 (dinkes sulteng)

Lebih lanjut, Yandri mengatakan apabila Indonesia tidak ingin mengalami tsunami kasus baru Covid-19 layaknya India.

Sehingga diperlukan kolaborasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat.

Seperti halnya pengadaan swab antigen, pembagian masker dna mengkampanyekan protokol kesehatan secara berkala.

Hal itu juga harus diimbangi dengan ketaatan masyarakat dalam menjalankan kedisiplinan protokol kesehatan.

"Artinya, harus ada kelihatan gerak pemerintah bahwa ini pure untuk menangani masalah pandemi ini sebagai persoalan kita semua," ucap Yandri.

Diketahui, pada Senin (21/6/2021), kasus positif Covid-19 di RI bertambah sebanyak 14.536 kasus. Sehingga, kasus konformasi Covid-19 mencapai 2 juta orang.

Angka ini terus meningkat semenjak satu pekan lalu. Bahkan, dilaporkan sejumlah rumah sakit juga mengalami lonjakan pasien Covid-19.

Baca juga: VIDEO: Ciptakan Kota Sehat Bebas Covid-19, Pemkot Palu Gelar Festival Vaksinasi Selama 3 Hari

Virus Corona Varian Delta Lebih Banyak Ditemui Pada Anak Muda

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng Muhammad Faqih mengatakan, varian delta virus corona yang kini sudah menyebar di Indonesia lebih berbahaya bagi masyarakat.

Ia mengatakan jika varian ini lebih banyak menyerang masyarakat yang masih berusia muda.

Hal itu diungkapkannya saat diskusi virtual bertajuk "Covid-19 Meradang Setelah Libur Panjang" pada Sabtu (19/6/2021).

"Untuk varian delta, selain lebih cepat menular, juga lebih berbahaya. Varian delta ini justru sekarang banyak menularkan ke yang masih muda-muda. Lalu langsung datang (ke fasilitas kesehatan) dalam kondisi yang berat," ujanya.

Gejala yang ditimbulkan dari varian ini juga mengalami percepatan untuk menjadi lebih buruk lagi.

Pada awalnya memang ditemui gejala ringan, namun dalam waktu cepat akan menjadi gejala berat.

"Mulanya menimbulkan gejala ringan, tapi perburukannya menjadi lebih cepat. Jadi sesak nafas, pegal-pegal, dan sebagainya lalu lebih cepat memburuk," sambungnya.

Baca juga: Indonesia Terus Alami Lonjakan Kasus Positif Covid-19, IDI: Nakes di Kudus Sudah Lelah

Baca juga: Bahaya Covid Varian Delta, Bisa Diketahui Jika Sudah Banyak Memenuhi Paru-paru

Menurut Daeng, kondisi ini bisa jadi disebabkan individu yang berusia muda sering mengesampingkan gejala-gejala penyakit yang bersifat ringan.

Padahal, dengan adanya mutasi, varian delta memiliki kecenderungan perburukan lebih cepat.

"Sehingga masyarakat usia muda yang datang banyak yang langsung dengan gejala berat. Ini yang kita khawatirkan.

Jika demikian kondisinya, potensi kesembuhan makin kecil," tegas Daeng yang dikutip TribunPalu dari laman Kompas.com.

Daeng juga menyoroti kasus Covid-19 yang mengalami peningkatan drastis di Kudus, Jawa Tengah usai libur panjang lebaran.

Dilansir dari laman Tribunnews.com, ia mengatakan lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten menjadi salah satu bukti bahwa Tenaga Kesehatan (Nakes) sudah mengalami kelelahan.

Hal ini sejalan dengan 308 Nakes di Kabupaten Kudus yang terkonfirmasi posotif Covid-19.
"Nah kalau seperti itu pasti beban terhadap tenaga kesehatan itu sudah sangat meningkat, dan kelelahan pasti terjadi," ujar Daeng dalam diskusi virtual, Sabtu (19/6/2021).

Daeng menambahkan jika pasien Covid-19 di Kabupaten Kudus harus dibantu dengan relawan medis di daerah sekitar.

"Memang di beberapa tempat seperti di Kudus karena selain banyaknya dan kemudian banyak tenaga kesehatan yang terpapar. Itu sudah dibantu dari tenaga medis relawan dari sekitar Kudus," pungkasnya

(TribunPalu.com/Hakim)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved