6 Bulan Usai Disuntik Vaksin Sinovac, dr Tirta Ungkap Hasil Cek Antibodi: Stabil di Atas Rata-rata

Influencer sekaligus tenaga kesehatan dr. Tirta Mandira Hudhi atau lebih dikenal dr Tirta ungkap hasil cek antibodi usai 6 bulan disuntik Sinovac.

Instagram/dr.tirta
Tirta Mandiri Hudhi atau Dokter Tirta. 

TRIBUNPALU.COM - Influencer sekaligus tenaga kesehatan dr. Tirta Mandira Hudhi atau lebih dikenal dr Tirta ungkap hasil cek antibodi usai 6 bulan disuntik Vaksin Sinovac.

Cek antibodi digunakan untuk mengetahui kadar antibodi yang ada di dalam tubuh, termasuk setelah mendapat vaksinasi.

Antibodi sendiri merupakan zat kimia yang beredar di aliran darah dan termasuk bagian dari sistem imunitas atau kekebalan tubuh.

Seperti diketahui, dr Tirta adalah salah satu influencer yang menjadi angkatan pertama penerimaVaksin Sinovac.

Setelah enam bulan disuntik Vaksin Sinovac, dr Tirta mengaku sudah merasakan efek sampingnya.

Baca juga: 8 Warga Kedapatan Gali Kabel Tembaga Milik PT Telkom, Langsung Digelandang ke Polres Sigi

Baca juga: Lowongan Kerja PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga (BRI AGRO) Penempatan Jakarta, Intip Syaratnya

Dilansir dari TribunWow.com, lewat unggahan akun Instagram miliknya @dr.tirta, Selasa (22/6/2021), dr. Tirta memamerkan efek dari Vaksin Sinovac di tubuhnya.

Sebelum membahas efek positif vaksin, dr. Tirta menuliskan peringatan kepada warganet yang anti vaksin agar tidak usah membaca postingan miliknya.

Di dalam unggahannya itu, dr. Tirta menceritakan bagaimana tubuhnya sudah mulai membentuk sistem kekebalan terhadap Sars Cov-2.

Selain karena vaksin, dr. Tirta menuliskan hal itu juga dipengaruhi oleh pola hidupnya yang sehat.

Dirinya menegaskan, tidak peduli apabila dianggap menjadi sales vaksin gara-gara unggahannya itu.

Hal nyata yang dirasakan oleh dr. Tirta di antaranya adalah selama satu tahun lebih pandemi, dirinya selalu negatif Covid-19.

Berikut caption lengkap yang ditulis oleh dr. Tirta:

"PERINGATAN : JIKA ANDA GA SUKA VAKSIN, SKIP POSTINGAN INI, DARIPADA BIKIN PANAS , RELAKSIN AJA SKUY MATIKAN MEDIAMU. ENJOY IDUPMU. SIMPLE SOB

Tepat stelah 6 bulan saya menerima vaksin sinovac di puskesmas ngemplak sleman. Yup 6 bulan. Gue termasuk angkatan pertama yg vaksin

Saya iseng cek antibody serology di @bumame_farmasi . Stelah 6 bulan menerima sinovac. (Sistem Kekebalan mulai muncul stelah 2-3 bulan abis vaksin)

Hasil antibody sars cov saya alhamdulillah walau stelah 6 bulan, tetap reaktif, menandakan sistem kekebalan buat sars cov 2 sudah mulai terbentuk dan cenderung stabil di atas rata2. Kata @dokterdecsa malah cenderung tinggi ini hahaha. Ditambah MAKAN tratur, olahraga, dan sebisa mngkin jaga kesehatan dan disiplin jaga diri ! Dan JUGA KUDU POSITIVE MIND !

Mau gue disebut Antek sales vaksin taek lah. Ga peduli gua. Yg penting antibodi gue dah terbentuk.

Anyway. Selama hampir 17 bulan pandemi, gua swab 32x negatif trus . Alhamdulillah. Fokus melayani meneh. Pasien banyak . Baik pasien orang dan pasien @shoesandcare."

dr Tirta: Stop Panik, Semua Harus Optimis

Sebelumnya diberitakan, Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana menyoroti soal peningkatan kasus Covid-19 di Bandung.

Ia khawatir, peningkatan kasus yang terus terjadi ini akan membuat fasilitas kesehatan atau tenaga medis di Bandung kolaps atau tumbang.

Menanggapi hal ini, influencer sekaligus tenaga kesehatan dr. Tirta Mandira Hudhi meminta agar semua unsur harus tetap optimis.

Pernyataan itu disampaikan oleh dr. Tirta lewat akun Instagram miliknya @dr.tirta, Minggu (6/6/2021).

Dalam unggahannya itu, ia mengutip berita dari TribunJabar.id berjudul "Kota Bandung Terancam Kolaps oleh Covid-19, Kasus Melonjak, Keterisian Tempat Tidur 79,9 persen"

Berita tersebut mengutip pernyataan Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana sebagai berikut:

"Trennya naik terus. Saya pikir sudah di titik psikologis yang menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan baik di rumah sakit atau tenaga medisnya sebentar lagi kolaps," kata Yana di Lodaya, Minggu (6/6/2021).

Dokter Tirta berpesan, agar semua pihak harus selalu optimis dan tidak panik.

Dirinya juga berpesan agar tidak menyebarkan narasi yang saling menyalahkan satu sama lain.

Berikut caption lengkap yang ditulis oleh dr. Tirta:

"Stop panik. Yang penting. Semua harus tetap optimis. Jaga diri jaga sesama

Dan saya kira stop narasi saling menyalahkan ya kawan2

Suwun dan terimakasih"

Diketahui , kasus harian di Kota Bandung pada Minggu (6/6/2021) mencapai rekor hingga 100 orang yang sebelumnya sekitar 30-an orang per hari.

Suwun dan terimakasih"

Diketahui , kasus harian di Kota Bandung pada Minggu (6/6/2021) mencapai rekor hingga 100 orang yang sebelumnya sekitar 30-an orang per hari.

"Trennya naik terus. Saya pikir sudah di titik psikologis yang menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan baik di rumah sakit atau tenaga medisnya sebentar lagi kolaps," katanya.

Baca juga: Dosen dan Mahasiswa STIFA Pelita Mas Palu Sosialisasi Budaya Sadar Obat dan Kosmetik di Sigi

Baca juga: Tips Instagram: Apa Itu Reels? Fitur Baru untuk Unggah Video Layaknya TikTok

Kini Pemkot Bandung tengah berupaya agar virus tersebut tidak menyebar dan meluas ke tempat lain atau membuat orang lain ikut terpapar.

Hal tersebut dilakukan melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro di kewilayahan.

"Kalau saya sih kuncinya pada PPKM mikro. Sebab, RT dan RW yang tahu betul warganya apakah mereka mudik atau tidak. Jadi, ketika ketahuan ada yang mudik atau tak ada selama beberapa hari bisa langsung diisolasi," katanya.

Sinovac Tak Boleh untuk Vaksinasi Gotong Royong

Vaksin Sinovac termasuk dalam empat vaksi yang tidak akan digunakan dalam vaksinasi gotong royong.

Dilansir dari Tribunnews.com, hal itu disampaikan Juru Bicara COVID-19 dari Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.

"Kami tegaskan kembali bahwa vaksin yang digunakan dalam vaksinasi program pemerintah itu tidak boleh sama jenis dan merknya dengan yang digunakan oleh vaksin dalam program vaksinasi gotong royong," ujar Nadia dalam dialog KCPEN virtual, Rabu (16/6/2021).

Baca juga: Nasib Mengenaskan Bos KKB Purom Wenda, Markasnya Diduduki TNI-Polri hingga Kehilangan 15 Anggota

Ia menjelaskan, dalam Permenkes terbaru disebutkan vaksin hibah atau bantuan dari negara-negara ataupun institusi dengan merk atau jenis yang sama dengan vaksin yang digunakan dalam vaksinasi gotong-royong, dapat digunakan dalam vaksinasi program pemerintahan.

"Kebetulan merknya sama, yang saat ini kita sudah terima ya Sinopharm dari negara yang UEA itu sifatnya bukan kita beli tapi itu merupakan sumbangan, maka walaupun itu vaksin Sinopharm digunakan dalam vaksin gotong royong kita akan menggunakan vaksin sinophram ini dalam program pemerintah," jelas Nadia.

Nadia mengatakan, vaksinasi program pemerintah memungkinkan menggunakan jenis atau merk vaksin yang sama dengan program gotong royong dikarenakan sumbangan atau hibah.

"Tapi tidak sebaliknya atau merk vaksin yang ada di dalam program pemerintah kita tidak boleh digunakan di dalam vaksinasi gotong royong," kata Nadia.(*)

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved