Teroris Poso Tewas
2 Teroris Poso Tewas Ditembak, Amunisi dan Bom Lontong Tertinggal di Lokasi Penyergapan
2 Teroris Poso Tewas Ditembak, Amunisi dan Bom Lontong Tertinggal di Lokasi Penyergapan
Mereka akhirnya membentuk sel-sel teroris masing-masing namun saling terhubung satu sama lain.
Setelah pelatihan militer di Aceh gagal, seorang pimpinan Jemaah Islamiyah (JI) Abu Tholut yang dikenal pernah dekat dengan Ba’asyir, datang ke Poso dan bertemu Yasin serta Santoso.
Abu Tholut kemudian menjelaskan rencana menjadikan Poso sebagai markas Negara Islam.
Abu Tholut juga mengusulkan berdirinya JAT Poso, sebagai cikal bakal wadah kelompok yang memperjuangkan Negara Islam di sana.
Santoso kemudian diangkat menjadi penanggung jawab pelatihan militer di JAT Poso. Ketika itu JAT Poso dipimpin oleh Yasin.
Santoso kemudian merealisasikan proyek tersebut dengan merekrut peserta untuk mengikui pelatihan militer.

Pada 2010, Santoso dan rekan-rekannya berhasil mengumpulkan senjata dan menemukan tempat pelatihan militer di Gunung Mauro, Tambarana, Poso, serta di daerah Gunung Biru, Tamanjeka, Poso, Sulawesi Tengah.
Gerakan MIT mendapatkan dukungan dari kelompok terduga teroris lain yang terhubung dalam jaringan mereka.
Di antaranya dari kelompok Mujahidin Indonesia Barat (MIB) pimpinan Abu Roban, sebuah sel yang berperan untuk mendapatkan dana melalui perampokan di berbagai daerah di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta.
Pada 2012, Santoso lalu diangkat menjadi pemimpin MIT.
Serangkaian aksi teror Beberapa aksi teror MIT yang terkenal yakni saat mereka membunuh dua orang polisi yakni Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman pada 16 Oktober 2012.
Keduanya ditemukan tewas di Dusun Tamanjeka, Desa Masani.
Kemudian pada 20 Desember 2012 MKIT juga menyerang tiga anggota Brimob.
Mereka tewas setelah ditembak dari belakang saat patroli di desa Kalora, Poso Pesisir Utara.
Mereka bertiga ialah Briptu Ruslan, Briptu Winarto, dan Briptu Wayan Putu Ariawan.