Suleng Hari Ini

Minat Baca Tulis Anak Muda di Sulteng Terbilang Rendah, Begini Komentar Pegiat Literasi

saat menghadiri Deklarasi Duta Siber PB HMI di Jl Nokilalaki Utara, Kelurahan Besusu Tengah, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Sabtu (13/11/2021) malam

Editor: Haqir Muhakir
TRIBUNPALU.COM/FANDY
Pegiat Literasi Sulteng Neni Muhidin (kanan) saat menghadiri Deklarasi Duta Siber PB HMI di Jl Nokilalaki Utara, Kelurahan Besusu Tengah, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Sabtu (13/11/2021) malam.  

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Fandy Ahmat

TRIBUNPALU.COM, PALU - Pegiat Literasi Sulawesi Tengah (Sulteng) Neni Muhidin soroti rendahnya kemampuan baca tulis masyarakat terutama anak muda di era digitalisasi. 

Hal ini ia ungkapkan usai menghadiri Deklarasi Duta Siber Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Kota Palu. 

"Problem saat ini kebanyakan orang langsung melompat. Belum selesai urusan baca tulis tapi malah langsung bicara literasi digital," kata Neni, saat menghadiri Deklarasi Duta Siber PB HMI di Jl Nokilalaki Utara, Kelurahan Besusu Tengah, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Sabtu (13/11/2021) malam.

Neni menuturkan, literasi baca tulis dan literasi digital secara prinsip merupakan dua hal berbeda. 

Ia menyebut Sulawesi Tengah menjadi daerah dengan tingkat kegemaran membaca terendah di Indonesia per 2020.

Baca juga: Operasi Zebra Tinombala di Sigi Dimulai, Kapolres: Imbau Warga Menerapkan Protokol Kesehatan

Baca juga: Guru PAUD di Banggai Ikuti Peningkatan Kompotensi, Ini Harapan Bunda PAUD

Secara tingkatan, terdapat enam literasi dasar menurut Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Tinggi (Dikti). 

Di antaranya literasi baca tulis, numerasi, sains, finansial, digital dan kebudayaan. 

Sementara, menurut Neni, kebanyakan orang langsung ingin memahami literasi digital dan mengesampingkan kemampuan literasi lainnya. 

"Negara seperti Jepang dan Jerman begitu maju praktek teknologinya. Namun di saat yang sama, warganya kemana-kemana itu dengan buku fisik," ujarnya. 

Neni menegaskan, informasi melalui mesin pencari Google hanyalah sebagai pintu awal masuk kepada pengetahuan. 

"Inilah penyebab khususnya di Sulteng literasi baca tulisnya rendah. Konsepnya terbalik dan tidak mau memahami secara mendalam. Kita bicara literasi digital sementara baca tulis belum tuntas. Kalau pondasinya tidak kuat, maka akan roboh semua," ucapnya.(*) 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved