Dokter Beberkan Gejala Omicron 'Mengerikan' yang Dialami saat Bangun Tidur di Pagi Hari
Seorang dokter di San Fransisco menceritakan gejala Omicron saat bangun tidur yang dialami putranya.
TRIBUNPALU.COM - Virus Covid-19 varian Omicron menyebar luas hampir di seluruh dunia.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) saat ini telah ada lebih dari 171 negara yang tengah menangani Omicron.
Berbagai gejala yang dialami oleh masyarakat yang terpapar Omicron di beberapa negara telah dilaporkan.
Seperti halnya, seorang dokter di San Fransisco menceritakan gejala Omicron saat bangun tidur yang dialami putranya.
Dilansir dari Express, Senin (7/1/2022) Dokter Wachter menjelaskan bahwa anaknya yang berusia 28 tahun mengalami gejala Omicron 'mengerikan' saat bangun tidur.
Anak Dokter Wachter menunjukkan gejala seperti sedang sakit demam seperti flu, sakit tenggorokan, batuk kering, nyeri otot, dan kedinginan.
“Anak saya seharusnya baik-baik saja, tetapi penyakit dan kecemasan yang disebabkan (Omicron) menyedihkan,” tulis dokter itu di Twitter.
Saat itu, anak Dokter Wachter sudah mendapat vaksinasi Moderna 3 dosis.
Baca juga: Dokter Peringatkan 2 Gejala Omicron yang Harus Diwaspadai, Beda dari Varian Alpha, Beta dan Delta
Menurut studi Gejala Covid ZOE, lebih dari 60 persen orang yang terinfeksi Omicron mengeluh sakit tenggorokan.
Namun, gejala Omicron saat ini yang paling umum saat ini adalah pilek (73 persen), sakit kepala (68 persen), kelelahan (64 persen) dan bersin (60 persen).
Pemimpin studi Prof Tim Spector mengatakan bahwa penelitian tersebut menunjukkan gejala Covid-19 lebih umum terjadi di musim dingin ini daripada pilek dan flu, tetapi juga tidak dapat dibedakan.
Ia juga melakukan penelitian mengenai apakah sakit punggung termasuk gejala Omicron atau tidak.
Meskipun telah dilaporkan secara global sebagai sesuatu yang harus diwaspadai, namun sakit punggung masih belum dibuktikan sebagai gejala Omicron.
Selain itu, menurut Prof Spector gejala Omicron berdurasi lebih pendek daripada di varian Delta.
“Jadi orang-orang mengalami gejala untuk periode waktu yang lebih singkat, terutama di minggu pertama itu," kata Prof Spector.