KKB Papua
Kepala Suku Beoga Murka Anaknya Ditembak KKB Papua, Kutuk Penyerangan Terhadap 8 Karyawan PTT
Aksi penyerangan yang dilakukan kelompok separatis di Papua membuat Kepala Suku Distrik Beoga, Abeloni Tabuni murka.
TRIBUNPALU.COM - Aksi penyerangan yang dilakukan kelompok separatis di Papua membuat Kepala Suku Distrik Beoga, Abeloni Tabuni murka.
Pasalnya, salah satu dari delapan korban tewas dari penyerangan tersebut merupakan anak sang kepala suku bernama Bebi Tabuni.
Adapun penyerangan brutal tersebut dilakukan kelompok separatis di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, pada Rabu (2/3/2022).
Selain Bebi Tabuni, tujuh pekerja jaringan telekomunikasi tewas dalam serangan tersebut.
Abeloni pun tak bisa menyembunyikan amarahnya saat mendatangi Polsek Beoga pada Sabtu (5/3/2022).
Baca juga: Diwarnai Adu Argumen, DPRD Donggala Tetapkan Retribusi Pajak Sarang Walet 2,5 hingga 5 Persen
"Saya punya anak bernama Bebi Tabuni sudah kena tembak. Padahal anak saya ini pasang jaringan untuk Kabupaten Puncak namun ditembak," ujarnya, dikutip dari Tribun Papua, Senin (7/3/2022).
Dalam video yang diterima Tribun Papua, Minggu (6/3/2022), Abeloni mengatakan bahwa perbuatan KKB itu merupakan pelanggaran besar dan melanggar hukum.
"Kalian jangan datang untuk menyerang dengan kekerasan, itu sama sekali tidak boleh. Dan masyarakat jangan kalian tembak. Saya punya anak tidak melakukan apa-apa. Dia hanya pekerja dan banyak berpatisipasi dalam pembangunan di Puncak termasuk membangun jaringan," ucapnya.
Dia menyampaikan, pembunuhan yang dilakukan KKB adalah kesalahan besar.
Abelonui mengutuk aksi penyerangan tersebut dan menyebut kelompok separatis akan berhadapan dengan Tuhan.
Menjadi Pendamping Pekerja
Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Aqsha Erlangga menuturkan, Bebi merupakan anak kepala Suku Gome di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua.
"Salah satu korban adalah anaknya kepala Suku Gome di Ilaga atas nama Bebi Tabuni," ungkapnya kepada Kompas.com, Sabtu (5/3/2022) malam.
Aqsha menjelaskan, Bebi berada di lokasi karena menjadi pendamping para pekerja jaringan telekomunikasi.
Saat itu, para pekerja hendak memperbaiki tower di lokasi berketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut.