PBB Sudah Buka Suara, Sebut Perang Nuklir Makin Dekati Kenyataan Akibat Ulah Rusia
Hingga memasuki hari ke-20, Selasa (15/3/2022), tidak ada tanda-tanda kedua negara bakal melakukan gencatan senjata.
TRIBUNPALU.COM - Perkembangan perang antara Rusia dan Ukraina semakin mengkhawatirkan.
Hingga memasuki hari ke-20, Selasa (15/3/2022), tidak ada tanda-tanda kedua negara bakal melakukan gencatan senjata.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan telah buka suara soal kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi.
Salah satunya perang nuklir yang akan melibatkan negara-negara besar.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan pada hari Senin tentang kemungkinan bahwa krisis Ukraina-Rusia dapat meningkat menjadi perang nuklir.
Baca juga: Ancaman Rusia Serius, Kota di Amerika Bisa Dihancurkan dalam Sekejap dengan Nuklir Hipersonic
“Meningkatkan tingkat kewaspadaan pasukan nuklir Rusia adalah perkembangan yang mengerikan,” kata António Guterres kepada wartawan pada hari Senin, Reuters pertama kali melaporkan.
“Prospek konflik nuklir, yang dulu tidak terpikirkan, sekarang kembali ke ranah kemungkinan.”
Guterres mendesak negosiasi dan rekonsiliasi, mencatat dampak yang dialami warga sipil Ukraina sebagai akibat dari invasi Rusia.
"Sudah waktunya untuk menghentikan kengerian yang terjadi pada rakyat Ukraina dan mengambil jalur diplomasi dan perdamaian," katanya. “Seruan untuk perdamaian harus didengar. Tragedi ini harus dihentikan.”
Rusia sendiri memang sudah menyiagak nuklirnya dei tengah agresi NATO yang terus memberikan perhatian pada Ukraina.
Hal yang tentu saja memicu Rusia bertindak semakin agresif dengan kemampuan tempur mereka.
Di tengah serangan Rusia baru-baru ini di sekitar pembangkit nuklir di Ukraina, seperti fasilitas pelatihan di luar perimeter pabrik Zaporizhzhia di Ukraina timur yang terbakar karena pertempuran silang, Guterres menuntut perlindungan fasilitas nuklir Ukraina.
Baca juga: Dunia Sedang Fokus ke Invasi Rusia, Korea Utara Berulah hingga bikin AS Pusing, Korsel Sasarannya
PBB mengarahkan $40 juta dari dana Tanggap Darurat Pusat untuk bantuan kemanusiaan bagi Ukraina, tambahnya.
“Pendanaan ini akan membantu mendapatkan pasokan penting makanan, air, obat-obatan dan bantuan penyelamatan nyawa lainnya ke negara serta memberikan bantuan tunai,” kata Guterres.
Empat hari setelah Rusia memulai serangan udara, laut, dan daratnya ke Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin menempatkan pasukan pencegah nuklirnya dalam "siaga tinggi" untuk "tugas tempur rezim khusus," yang katanya sebagai tanggapan atas apa yang dia klaim. adalah agresi NATO.
