Sosok Philip Bowring, Tokoh Pers Internasional yang Sebut Jokowi sebagai Presiden Penakut

Profil Philip Bowring, seorang jurnalis internasional yang memberikan kritikan pedas terhadap Presiden Jokowi.

scmp.com
Presiden Joko Widodo 

TRIBUNPALU.COM- Tokoh pers internasional, Philip Bowring mengkritik sikap pemerintah Indonesia di tengah konflik yang bergejolak antara Rusia da Ukraina.

Lantas siapa sebenarnya Pilip Bowriing itu?

Philip Bowring adalah seorang jurnalis yang berbasis di Asia sejak tahun 1973.

Sejak 1992, ia menjadi kolumnis halaman opini untuk International Herald Tribune dan South China Morning Post.

Dikutip dari laman globisinsights.com Philip Bowring pernah berkontribusi pada publikasi lain, termasuk Wall Street Journal dan Asia Sentinel, sebuah situs web yang dia dirikan.

Selama bertahun-tahun sebelum tahun 1992, ia bekerja di Far Eastern Economic Review mingguan, yang terakhir sebagai editor.

Dia juga sebelumnya adalah koresponden Asia Tenggara dari Financial Times.

Baca juga: Jokowi Terjebak , Jika Dukung Rusia Acara Besar Ini Terancam Bubar, Jika Tak Dukung Ini Ancamannya

Sebelum pindah ke Asia, Mr. Bowring adalah seorang jurnalis untuk Investors Chronicle di London dan bekerja sebagai pekerja lepas di Afrika dan Australia.

Diketahui baru-baru ini Philip Bowring melayangkan kritikan pedas kepada Presiden Jokowi.

Bowring menyebut, Indonesia yang dipercaya memegang Presidensi G20 harusnya bersikap lebih kritis terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

Pendiri dan editor konsultan Asia Sentinel itu secara khusus mengkritik Presiden Joko Widodo yang menurutnya tidak bisa berbicara mewakili Indonesia di kancah internasional.

“Presiden Joko Widodo bercita-cita menjadi tokoh internasional mewakili negara besar dan juga demokratis, tetapi tampaknya tidak tahu bagaimana cara untuk mewujudkannya,” ujar Bowring dalam artikelnya.

Sebagai pemegang Presidensi G20, Bowring menyebut Indonesia harusnya lebih memperhatikan hal-hal yang dapat mengancam kerusakan ekonomi global.

Salah satunya invansi Rusia ke Ukraina yang menurut Bowring dampaknya kurang lebih sama seperti Pandemi Covid-19.

Di sisi lain, Bowring menyayangkan Indonesia yang hanya fokus pada hal-hal sepele seperti promosi pariwisata.

Sebagai contoh, Bowring mengingatkan Rusia memasok 40 persen gas alam, 27 persen impor minyak, dan 40 persen impor batu bara ke Uni Eropa.

Sementara Ukraina mengekspor sepertiga biji-bijian dunia.

Oleh sebab itu, konflik kedua negara ini akan menciptakan gangguan pasokan yang bermuara pada bahaya ekonomi besar bagi dunia.

“Pembuat kebijakan Indonesia perlu memahami bahwa menjadi negara besar terkadang berarti harus membuat pilihan yang tidak nyaman dalam urusan internasional,” ujar Bowring.

Jurnalis berusia 79 tahun itu meminta Indonesia mengambil sikap jelas di tengah konflik Rusia dan Ukraina.

Bowring pun menyinggung sikap Jokowi yang seolah terlena dengan proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Menurutnya, proyek itu bukan alasan Indonesia bakal menjadi negara yang disegani.

“Jokowi mungkin masih menikmati kesuksesan proyek ibu kota barunya, Nusantara. Tetapi itu tidak akan menghasilkan apa-apa, setidaknya selama satu dekade, untuk meningkatkan status Indonesia di dunia,” kata Bowring.

“Sudah waktunya bagi Indonesia hari ini untuk berhenti bersembunyi di balik omong kosong,”

“Saatnya Anda, Presiden Widodo, untuk melangkah,” tutup Bowring.

(TribunPalu.com)

Sumber: Tribun Palu
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved