Rusia Frustasi Ditinggal Sekutu Terkuat, Presiden Putin Tersinggung hingga Jalankan 'Rencana B'
Invasi ke Ukraina yang tidak menunjukan arah ke mana pun memasuki pekan keempat menjadi sinyal Rusia telah kehilangan dukungan.
TRIBUNPALU.COM - Rusia dikabarkan telah kehilangan pasokan bantuan dari beberapa negara sekutu.
Invasi ke Ukraina yang tidak menunjukan arah ke mana pun memasuki pekan keempat menjadi sinyal Rusia telah kehilangan dukungan.
Salah satunya dari negara yang selama ini mesra dengan Rusia, yaitu Korea Utara.
Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un dikabarkan menolak permintaan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai bantuan militer ke Ukraina.
Bahkan Putin yang tersinggung dengan penolakan itu tengah mempertimbangkan untuk melakukan 'rencana B'.
Rusia mengklaim telah mengamankan seluruh Oblast Kherson (wilayah) setelah pertama kali merebut kota itu dua minggu lalu.
Baca juga: Bak Mengejek, Ukraina Tukar 6 Mayat Tentara Rusia dengan 2 Prajuritnya yang Masih Hidup
Namun para pasukan bertahan Ukraina tetap menantang dan terus mencetak kemenangan taktis di lapangan.
Laporan yang muncul menunjukkan, Rusia telah kehilangan hingga 13.500 tentara dalam konflik, bersama dengan sejumlah aset perangkat keras.
The Express melaporkan, situasi dan posisi tersebut telah memaksa Moskow untuk menjangkau teman-temannya di luar negeri.
Dikabarkan, Rusia diduga meminta bantuan keuangan dan militer China dalam perang yang sedang berlangsung di Ukraina.
Tetapi China telah membantah hal ini.
Rusia yang meminta bantuan Korea Utara seharusnya bukan hal yang mengejutkan, di mana Pyongyang secara historis menjadi sekutu utama Moskow melalui hubungan historisnya dengan era Komunis uni soviet.
Namun, menurut penulis XSoviet-News Sarah Hurst yang punya jaringan kuat ke Kim Jong Un di Pyongyang menyebutkan bahwa Kim dengan cepat menolak bantuan Putin.
Dalam postingannya di Twitter dia mengklaim: “Rusia dilaporkan meminta bantuan Korea Utara dengan invasi yang gagal. Korea Utara menjawab, 'Kamu terlalu gila untuk kami'." Tapi laporan ini belum diverifikasi oleh Pyongyang.

Meskipun kurangnya bantuan secara aktif, diktator Korea Utara Kim Jong-un sebelumnya secara terbuka mendukung Presiden Vladimir Putin atas tindakannya di Ukraina.