Rusia-Ukraina Rundingkan Damai, Panglima Perang Chechnya Punya Misi Lain, Abaikan Putin & Zelensky

Panglima perang Chechnya, Ramzan Kadyrov mengatakan pembicaraan damai Rusia dan Ukraina tidak ada guna.

TASS/DENIS ABRAMOV
Ramzan Kadyrov, pemimpin Republik Chechnya, negara bagian Rusia. 

"Saya percaya, kita harus mengakhiri apa yang telah dimulai, untuk menghancurkan Banderit, Nazi, dan iblis di Ukraina," sebutnya.

"Baru setelah itu, kita perlu membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya," jelas Kadyrov.

Banderites, sekelompok nasionalis sayap kanan yang dibentuk selama Perang Dunia II.

Istilah ini sekarang digunakan secara lebih umum untuk merujuk pada nasionalis Ukraina.

Kadyrov juga mengacu pada klaim tak berdasar Rusia, Ukraina telah diambil alih oleh Nazi, dan menggunakan "denazifikasi" sebagai pembenaran untuk invasi.

Kadyrov memimpin Chechnya, bagian semi-otonom Rusia.

Human Rights Watch menggambarkannya sebagai seorang pemimpin otoriter yang telah mengawasi kemunduran hak-hak gay. yang telah dilarang dalam Islam,.

Bahkan, penyiksaan secara ekstensif, penghilangan paksa, dan pembunuhan di luar proses hukum.

Sebelumnya, pada akhir pekan lalu, pejabat militer Rusia telah mengumumkan “tahap kedua” invasi yang berfokus pada “pembebasan” kawasan Donbass di timur, dengan kata lain mengurangi atau justru meniadakan operasi militer ke jantung Ukraina.

Komando militer Ukraina sendiri telah mendeteksi penarikan pasukan Rusia di sekitar Kiev dan Chernihiv sebelum perundingan di Istanbul.

“Berdasarkan fakta bahwa negosiasi persiapan kesepakatan tentang netralitas dan status non-nuklir Ukraina, serta tentang penyediaan jaminan keamanan bagi Ukraina, sudah beranjak ke persoalan praktis, mengingat prinsip-prinsip yang dibicarakan selama pertemuan hari ini (di Istanbul), Kementerian Pertahanan Federasi Rusia memutuskan untuk, secara fundamental, seiring waktu, menghentikan aktivitas militer ke arah Kiev dan Chernihiv untuk meningkatkan kesalingpercayaan dan membuat kondisi yang diperlukan untuk negosiasi lebih lanjut,” kata Formin dikutip Associated Press.

Sementara itu, kepala delegasi Rusia, Vladimir Medinsky menyebut kedua pihak menempuh “pembicaraan substansial” di Istanbul.

Medinsky menyatakan bahwa kedua pihak sepakat untuk mulai menyusul perjanjian untuk kemudian mempertemukan kedua kepala negara. Namun, detail-detail perjanjian masih perlu dibahas lebih lanjut.

“Apabila perjanjian dikerjakan dengan cepat, kesempatan untuk menghasilkan perdamaian akan semakin dekat,” kata Medinsky.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu selaku salah satu mediator menyebut pertemuan di Istanbul berhasil mencapai “progres yang paling berarti” dengan delegasi Rusia-Ukraina berbagi “konsensus dan saling pengertian”.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved