KKB Papua
Pola Baru KKB Papua Diungkap Komnas HAM, Cari 'Mangsa' Jika Anggotanya Dibunuh: Mereka Punya Problem
Aksi penembakan yang dilakukan kelompok separatis di Papua menyita perhatian Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
TRIBUNPALU.COM - Aksi penembakan yang dilakukan kelompok separatis di Papua menyita perhatian Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Seperti diketahui, KKB Papua makin sering melakukan aksi teror sepanjang tahun 2022.
Tak hanya aparat TNI-Polri, masyarakat sipil dan para pekerja juga kerap menjadi korban kebrutalan KKB Papua.
Terkait hal ini, Komnas HAM menyebut penembakan yang dilakukan KKB Papua merupakan aksi balasan ketika mendapat tekanan dari aparat.
Baca juga: Keluar dari Hutan Pakai Kostum Seperti TNI, KKB Papua Lari Terbirit-birit Sampai Nyemplung ke Kali
Demikian juga bila ada anggota kelompok tersebut tewas dalam operasi penegakan hukum.
Hal ini diungkapkan Kepala Kantor Komnas HAM Perwakilan Papua dan Papua Barat, Frits Ramandey, saat berkunjung ke Timika.
"Mereka (KKB) akan cari sasaran kalau bukan anggota maka warga sipil dan sedikit menyasar non-Papua," ujar Frits Ramandey kepada Tribun-Papua.com, di Bandara Mozes Kilangin Timika, Selasa (26/4/2022).
Baca juga: Bos KKB Papua Ketar-ketir Ada Pasukan Brewok Masuk Ndunga, Kini Ruang Geraknya Mulai Terbatas
Menurut Frits, aksi balasan KKB, menyusul tewasnya dua anggota kelompok tersebut di tangan Satgas Penegakan Hukum Damai Cartenz.
Komnas HAM juga turut prihatin atas tewasnya Samsul Sattu (45), warga sipil yang ditembak KKB di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua, pada Senin (25/4/2022).
Samsul Sattu merupakan warga Toraja yang bekerja sebagai tukang ojek di Distrik Ilaga, ibu kota Kabupaten Puncak.
Baca juga: Rahasia Besar KKB di Hutan Papua Dibongkar Eks Dedengkot: Sembunyi di Lubang-lubang agar Selamat
Ia ditembak sekira pukul 16.30 WIT, saat menikmati kopi di teras rumahnya.
"Kelompok ini memang punya problem, di mana kalau anggota mereka dibunuh, baru tidak dibalas, maka akan terkena sanksi."
"Jadi kemungkinan pola ini digunakan KKB. Ini adalah pola dan hubungan adat," ucapnya.
Meski begitu, teror dan kekerasan KKB yang terus-menerus tak akan mendapat simpati dari publik.
"Kami Komnas HAM menekankan, kalau mau Papua damai harus ada keterlibatan semua pihak, termasuk aparat. Mestinya secara organisasi, pelaku harus ditegur pimpinannya," kata Frits.
Baca juga: 3 Jenderal KKB Papua Berulah, Jubir OPM Ultimatum Warga Sipil: Kami Sudah Kuasai!
Dia menambahkan, tujuan Organisasi Papua Merdeka (OPM) tak akan tercapai apabila tak bisa mengendalikan sayap militernya.
"Kami sudah bertemu dengan pimpinan KKB di Ilaga dan bicara sama mereka, jangan ada kekerasan. Jadi sekali lagi, Komnas HAM prihatin atas insiden mengakibatkan warga sipil tak berdaya menjadi sasaran," pungkasnya. (*)
(Sumber: Tribun-Papua.com)