Nyawa Terancam Hingga Hidup Berpindah-pindah, Hal Ini yang Buat KKB Papua Setia Tunggu Perintah

Jangankan untuk makan, untuk bisa bertahan hidup saja sudah bersyukur. Jangankan tempat layak untuk ditempati, sudah bisa tidur saja sudah lumayan

Tangkap layar YouTube/Wartakotalive
Anggota KKB lari terbirit-birit Kabur Masuk Hutansaat dipergoki drone TNI 

TRIBUNPALU.COM - Terkuak fakta terkait kehidupan sulit dengan kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Jangankan untuk makan, untuk bisa bertahan hidup saja sudah bersyukur.

Jangankan tempat yang layak untuk ditempati, sudah bisa tidur saja sudah lumayan.

Tidak penah melihat kota dan paling parahnya tentu tidak akan bertmu dnegan anak serta istri.

Hidup bergerilya. Pindah sana, pindah sini. Dikejar, kabur dan sembunyi. Nyawa juga tak ada arti lagi

Hal ini diungkapkan mantan anggota KKB Papua, Delson Telenggen.

Delson Telenggen sepertinya tak tahan dengan sikap KKB Papua yang bertindak sangat kejam terhadap sesama warga, juga TNI Polri

Delson Telenggen sendiri menuturkan bahwa ia tak pernah merasakan adanya keamanan dan kenyamanan selama bergabung dengan kelompok separatis tersebut.

Hingga akhirnya ia menyerah dan kembali ke NKRI.

Jangankan kenyamanan, untuk aman saja KKB Papua sulit mendapatkannya.

Sebab setiap saat mereka harus bergerak untuk menyerang, menghindar, berlari dan bersembunyi dari kejaran aparat keamanan.

Kesulitan lain yang saban hari dihadapi pria berusia sekitar 50 tahun ini, adalah persediaan makanan yang sangat kurang.

Seperti dilansir dari Pos-Kupang.com, jangankan untuk sarapan pagi, ungkap Delson Telenggen, untuk bisa makan saja susahnya minta ampun.

"Selama bergabung dengan KKB, kami hidup susah sekali.

Makan susah, tidur juga susah. Supaya selamat, kami harus sembunyi di lubang-lubang," bebernya.

Kalau ada makanan, katanya, semuanya serba terbatas, sehingga persediaan makanan itu harus diatur. Makanya, setiap anggota KKB itu, tidak bisa makan sesuka hati

Makanan yang ada harus diatur supaya persediannya tetap ada. Bahkan untuk menjaga persediaan makanan itu, pola makan anggota KKB yang harus diatur.

Sehari, katanya, sangat bersyukur bila ada yang bisa dimakan. Jika tidak, sejak pagi hingga malam tiba, tak ada makanan yang bisa mengganjal perut.

Jika mendapat tembakan TNI Polri, tak jarang anggota KKB sembunyi di lubang hingga di gua-gua.

Dalam situasi yang demikian, katanya, mereka dipaksa harus bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Makanya, meski perut terasa lapar, badan terasa lelah, tapi tidak ada cara lain kecuali mengikuti pergerakkan KKB, mengikuti perintah pimpinan.

Delson Telenggan mengaku bahwa selama berada di hutan, ia dan puluhan teman lainnya dipimpin oleh Puron Wenda.

Puron Wenda merupakan salah satu orang kepercayaan Benny Wenda. Sementara Benny Wenda baru-baru ini mengklaim dirinya sebagai Presiden Sementara Papua Barat.

Delson Telenggen mengatakan bahwa seperti halnya pimpinan KKB yang lain, Puron Wenda juga tegas dalam memimpin pasukan.

Setiap pergerakan KKB, misalnya, harus sesuai target. Bila targetnya adalah penyerangan pos TNI, maka itu harus dilaksanakan.

Bila targetnya adalah menembak TNI Polri saat berada di tengah hutan, katanya, maka itu mutlak dijalankan, seperti yang terjadi selama ini.

Begitu juga bila yang disasar adalah warga sipil, maka anggota KKB itu bergerak menyasar orang-orang yang diincar.

Selama bergabung dengan kelompok bersenjata, ungkap Delson Telenggen, dirinya tak pernah melihat kota. Hal yang sama dialami anggota lainnya.

Bahkan untuk berbelanja saja, anggota KKB sulit mendapatkan akses. Sebab semua pintu telah disekat habis oleh TNI Polri.

Dalam keadaan yang serba susah itu, katanya, ia lantas memutuskan untuk meninggalkan kelompok separatis tersebut.

Ia ingin kembali ke kampung halamannya dan merenda hidup bersama keluarga dan sesama warga lainnya di Pori Kampung Tarpajo.

Keputusannya itu, lanjut dia, tentu saja tidak disampaikan kepada Puron Wenda, atau sesama anggotanya.

Ia merahasiakan keputusannya sambil menunggu waktu yang tepat untuk berjalan pulang ke tanah kelahirannya di Pori.

Dan, ketika tiba waktunya untuk pulang, ia pun mulai meninggalkan kelompoknya,

Ia perlahan-lahan menjauh dengan alasan mencari makan atau alasan lainnya.

Sejak itu, Delson Telenggen berjalan sendirian hingga akhirnya menyerahkan diri kepada aparat keamanan.

Dalam video yang viral di media sosial, terlihat Delson Telenggen membeberkan semua fakta yang dialami selama di hutan dan bergabung dengan KKB.

Ia juga tak sungkan-sungkan membeberkan kegetiran hidup bersama anggota KKB lainnya, terutama soal persediaan bahan makanan.

Meski saban hari nyawa jadi taruhannya, kata Delson Telenggen, namun keselamatan anggota KKB sama sekali tak diperhatikan.

Jika sampai sekarang anggota KKB masih selamat dari incaran TNI Polri, katanya, itu semua karena kemahiran sang anggota.

Sebab, pimpinan KKB tak memperhatikan sama sekali soal itu. Yang diperhatikan pimpinan KKB hanyalah berperang dan menghindar.

Pasalnya, hanya itulah cara terbaik untuk selamat dari terjangan peluru TNI Polri, selamat dari incaran aparat keamanan.

"Itu yang membuat kami susah. Kami hidup susah sekali di dalam hutan," ujar Delson dalan video yang viral di medsos.

Daripada terus dibelit pelbagai kesulitan, kata Delson Telenggen, lebih baik ia memilih berhenti jadi anggota KKB dan kembali ke pangkuan NKRI (Nekara Kesatuan Republik Indonesia).

"Saya sudah memilih tinggalkan KKB. Saya tidak mau bergabung lagi. Saya tobat," ujarnya dengan nada tegas.

Apa yang diputuskan itu, kata Delson Telenggen, kini sedang dijalaninya. Ia tak mau kembali ke masa lalu yang penuh dengan duka nestapa.

Tentu ini menajdi hal yang menarik untuk terus diikuti. Mengapa begitu gigihnya anggota KKB untuk melakukan aksi melawan negara.

Padahal jika mereka ingin berda,mai hidup dnegan normal bersama anak dan istri.

Selain itu tentu saja bisa menikmati kekayaan alam papua dengan pekerjaan yang lebih layak.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved