Sulteng Hari Ini

Sebulan 3 Nelayan Tewas Diterkam, Walhi Minta Pemda dan BKSDA Seriusi Ancaman Buaya

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Tengah meminta Pemerintah Daerah dan Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) seriusi ancaman

Editor: Haqir Muhakir
Handover
Direktur Walhi Sulawesi Tengah, Sunardi 

TRIBUNPALU.COM, PALU - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Tengah meminta Pemerintah Daerah dan Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) seriusi ancaman buaya terhadap warga dan nelayan yang bergantung kehidupannya laut.

Direktur Walhi Sulawesi Tengah, Sunardi mengatakan, hingga pada 31 Mei 2022, satu lagi korban jiwa, seorang nelayan saat hendak memanah ikan diterkam buaya diperairan Donggala tepatnya Sojol Utara Desa Ogo Amas.

Sebelumnya pada 7 Mei 2022, warga asal Loli Saluran Banawa meregang nyawa akibat dimangsa di sekitar Dermaga Pusat Pelelangan Ikan (PPI) tidak jauh dari Objek Wisata Tanjung Karang Donggala,

kejadian serupa terjadi sekitaran dermaga Lpg Mamboro Palu Utara pada 28 April 2022, saat korban sedang memanah ikan diterkam buaya.

Juga pada 13 Desember 2020 seorang warga sedang mandi terapi air laut di Pantai Talise Teluk Palu diterkam buaya hingga terluka di tangan.

Baca juga: Solidaritas Musisi Banggai Gelar Event Banggai Rockin Fest 2022

Pada November 2021 warga Dalaka Donggala tengah memanah ikan tiba-tiba tewas diterkam buaya dan diseret ketengah laut.

Bulan November 2020 silam reptil buas ini merangsek kepelataran parker Palu Gram Mall (PGM) Kota Palu hingga membuat para pengunjung mall panik.

"Ini adalah fenomena perkembangan buaya jika tidak dikendalikan akan berbahaya bagi manusia, kalau dilihat kurun satu bulan sejak Mei dan April 2022 saja ini sudah ada 3 nelayan tewas dengan waktu tidak terlalu jauh," jelas Direktur Walhi Sulawesi Tengah, Sunardi, Rabu (1/6/2022) malam.

Lanjut Undeng, sapaan akrabnya mengatakan, kejadian ini sangat mengkawatirkan, sepanjang Teluk Palu hingga Tanjung Karang Donggala.

Sebagai tempat wisata maupun tempat mencari ikan para nelayan, lokasi itu telah menjadi lalu lintas buaya yang diduga berasal dari Sungai Palu.

Menurutnya, hal ini perlu jadi perhatian Pemerintah Provinsi bersama BKSDA Sulawesi Tengah dalam penaganan satwa liar ini.

Data BKSDA Sulawesi Tengah hingga tahun 2022 ini tidak kurang dari 36 ekor buaya hidup di Sungai Palu, jumlah tersebut telah berkurang yang diperkirakan oleh tim pencinta reptile Panji Petualang mencapai 100 ekor, kendati demikian konflik antara buaya dan manusia masih cukup intens sejak 2019 hingga 2022.

Bersamaan dengan situasi itu, bulan lalu Walhi Sulawesi Tengah telah dua kali diundang rapat dengar pendapat (RDP) oleh DPRD Provinsi bersama stakeholder terkait.

Saat RDP itu Walhi mengusulkan agar pihak terkait adakan tempat penangkaran buaya sekaligus lakukan penangkapan tetapi nampaknya belum terlihat bentuk penyelesaian dan aksi lapangan.

"Berharap di masa datang tidak akan lagi korban akibat terkaman hewan predator berdarah dingin ini di peraian Palu maupun Donggala," ujarnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved