Iduladha 2022
Warga Muhammadiyah Salat Iduladha 2022 di Kampus Unismuh Luwuk Banggai, Berikut Isi Khutbahnya
Pelaksanaan salat Iduladha 1443 Hijriyah di pelataran kampus Unismuh Luwuk Banggai, Jl Ahmad Dahlan Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengan, Sabtu (
Penulis: Asnawi Zikri | Editor: Haqir Muhakir
Saat itu, istri setia mendampinginya belum memperoleh seorang anak, sedang usianya sudah beranjak senja.
Harapan untuk memperoleh keturunan semakin sirna.
Dengan sikap yang ikhlas, Siti Sarah pun rela, Nabi Ibrahim diperkenankan mengambil Siti Hajar menjadi istri yang kedua.
Mulailah muncul harapan baru bagi Nabi Ibrahim. Ia membayangkan masa depan yang cerah dan ceria.
Doa disenandungkannya keharibaan Ilahi Rabbi dari hatinya yang paling dalam.

“Wahai Tuhanku, anugerahilah aku seorang anak yang saleh,” (Quran, Surah As Shafaat: 100).
Doa Ibrahim pun didengar oleh Sang Khaliq, malaikat Jibril datang menyampaikan berita gembira itu, bahwa ia akan segera mendapatkan seorang putra yang saleh.
Seorang anak yang sabar melebihi kesabaran siapa pun yang pernah lahir ke dunia ini. Berita ini disambut rasa syukur, bangga, dan bahagia oleh Nabi Ibrahim.
Ketika anak itu lahir, diberilah nama Ismail.
Suatu ketika saat Ismail sedang tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas dan pintar, pada malam tanggal 8 Zulhijjah, Nabi Ibrahim tersentak dari mimpinya.
Dalam mimpinya Nabi Ibrahim mendapatkan perintah untuk menyembelih Ismail, putra tunggal belahan jiwa yang kelahirannya sudah teramat didambakan itu.
Semula Nabi Ibrahim masih ragu dan bimbang. Seharian ia berpikir. Apakah perintah itu betul–betul dari Allah ataukah hanya mimpi buruk.
Karenanya hari itu disebut Hari Tarwiyah, yakni Hari berpikir atau hari pertimbangan.
Pada malam tanggal 9 Zulhijjah, mimpi itu datang lagi dan persis seperti mimpi pada malam pertama.
Mengertilah sudah Nabi Ibrahim, bahwa perintah itu benar-benar dari Allah, tempat asal segala nikmat karunia.
Sehingga pada hari itu disebut Hari Arafah, yaitu hari mengetahui dan siap melaksanakan perintah qurban.
Pada malam tanggal 10 Zulhijjah, mimpi itu pun muncul kembali, dalam kondisi batin Nabi Ibrahim sudah sampai pada puncak ketaqwaannya.